Shuttlecock, atau yang lebih dikenal dengan sebutan “kok” dalam bahasa Indonesia, merupakan salah satu komponen utama dalam olahraga bulu tangkis. Shuttlecock adalah istilah dalam bahasa Inggris yang terdiri dari dua kata, yaitu “shuttle” yang artinya bolak-balik, dan “cock” yang berarti ayam jantan.
Pada awalnya, shuttlecock dibuat dengan menggunakan bulu dari ayam. Namun, seiring berjalannya waktu, bulu yang digunakan untuk membuat shuttlecock beralih dari bulu ayam menjadi bulu angsa. Meskipun terlihat sederhana, shuttlecock memiliki sejarah yang panjang dan menarik.
Makna di balik nama shuttlecock
Penamaan “shuttlecock” didasarkan pada fakta bahwa dalam permainan bulu tangkis, bola tersebut terus-menerus bergerak bolak-balik di antara pemain. Bola terus bergerak hingga salah satu pemain tidak mampu mengembalikannya ke sisi lapangan lawan. Gerakan bolak-balik inilah yang membuat bola bulu tangkis dikenal sebagai shuttlecock atau kok.
Sejarah penamaan shuttlecock dapat dilacak kembali hingga abad ke-16. Bola pertama yang berbentuk seperti shuttlecock diciptakan oleh orang Tiongkok, yang dinamakan “Ti Jian Zhi”.
Shuttlecock atau kok memiliki bulu yang menyerupai “cock” atau “ayam jantan”, dan “shuttled” atau bergerak bolak-balik antara pemain selama pertandingan. Dari sinilah asal mula nama shuttlecock diambil.
Kata “shuttle” dipilih untuk menggambarkan gerakan bolak-balik bola selama permainan, sementara kata “cock” menggambarkan sifat bola yang melayang dengan bulu-bulu di dalamnya.
Meskipun nama “Ti Jian Zhi” dari Cina atau “Poona” dari India pernah digunakan untuk menyebut bola dalam permainan tersebut, namun nama “shuttlecock” yang diadopsi sebagai nama resmi untuk bola dalam permainan bulu tangkis.
Perkembangan model shuttlecock
Pada awalnya, shuttlecock dibuat dari bulu burung dan bulu merak yang dipadatkan dan dipelintir dengan tangan. Shuttlecock ini digunakan dalam permainan yang mirip dengan bulu tangkis modern, namun tanpa menggunakan raket.
Selama berabad-abad, shuttlecock terus mengalami evolusi dalam desain dan material. Di abad ke-17, shuttlecock mulai diproduksi dengan pegangan kayu dan bulu burung yang lebih halus. Pada abad ke-19, shuttlecock mulai diproduksi secara massal menggunakan bulu ayam atau bebek, yang lebih tahan lama dan memberikan stabilitas yang lebih baik dalam penerbangan.
Meskipun ada perbedaan dalam jenis bulu yang digunakan, baik bulu angsa maupun bulu ayam, namun material yang digunakan untuk membuat shuttlecock pada dasarnya sama dan tidak memandang tingkat kompetisi.
Shuttlecock yang terbuat dari bulu angsa umumnya digunakan dalam kelas profesional, sementara shuttlecock yang terbuat dari bulu ayam lebih umum digunakan dalam kelas non-profesional.
Pada tahun 1940-an, shuttlecock mulai diproduksi menggunakan bahan plastik. Ini merupakan terobosan besar dalam sejarah bulu tangkis, karena shuttlecock plastik lebih tahan lama, stabil dalam penerbangan, dan tidak terpengaruh oleh kondisi cuaca seperti shuttlecock bulu. Shuttlecock plastik membuat olahraga bulu tangkis lebih terjangkau dan dapat dimainkan di berbagai tempat.
Di era modern, shuttlecock terus mengalami inovasi dalam desain dan material. Shuttlecock bulu tetap menjadi pilihan utama untuk turnamen dan kompetisi tingkat tinggi karena kualitas penerbangan yang superior dan sensitivitas terhadap angin. Namun, shuttlecock plastik semakin populer di kalangan pemain amatir dan untuk latihan karena harganya yang lebih terjangkau dan daya tahan yang lebih baik.
Standar internasional ukuran shuttlecock
Berdasarkan ketentuan dari Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF), pangkal shuttlecock harus memiliki bentuk setengah bola dengan diameter berkisar antara 25 hingga 28 mm. Sementara itu, ujung bulu shuttlecock harus membentuk lingkaran dengan diameter antara 58 hingga 68 mm.
Shuttlecock harus memiliki berat antara 4,57 hingga 5,50 gram. Secara umum, sebuah shuttlecock memiliki 16 helai bulu yang terpasang melingkar dan menancap pada sebuah gabus di bagian dasarnya. Namun, terkadang jumlah bulu tersebut bisa melebihi 16 helai.
Panjang bulu pada shuttlecock juga bervariasi, berkisar antara 62 hingga 70 mm. Penting untuk dicatat bahwa penggunaan bulu angsa dan bulu ayam tidak diperbolehkan untuk dicampur dalam satu shuttlecock yang sama.