Indonesia sangat kaya akan keberagaman budaya dan tradisi, termasuk beragamnya rumah adat yang tersebar di seluruh daerah. Meskipun tidak semua rumah adat digunakan sebagai tempat tinggal oleh masyarakat, namun keberadaannya tetap dijaga dan dilestarikan hingga saat ini. Di antara banyaknya rumah adat yang tersebar di Indonesia, terdapat beberapa yang memiliki bentuk yang menarik dan unik. Mari kita lihat daftar rumah adat yang unik dan terkenal di Indonesia.
Rumah Adat Gadang
Rumah adat asal Sumatera Barat ini memiliki karakteristik unik dengan atap melengkung seperti tanduk kerbau yang disebut gonjong. Bagian tengah rumah ini menyerupai badan kapal. Konstruksi rumah adat ini tidak menggunakan paku, melainkan pasak, dan ketika terjadi gempa, rumah ini dapat berayun mengikuti ritme guncangan sehingga tidak roboh.
Rumah Gadang memiliki makna sejarah yang mendalam, dengan atap yang menyerupai tanduk kerbau yang dikaitkan dengan cerita rakyat “Tambo Alam Minangkabau”, yang menceritakan kemenangan orang Minang dalam adu kerbau melawan orang Jawa. Pembangunan rumah ini juga mengikuti kepercayaan adat setempat, di mana hierarki dimulai dari ibu atau perempuan yang memiliki derajat tertinggi.
Rumah Adat Bolon
Rumah Bolon adalah rumah adat yang dikenal sebagai Rumah Tradisional Batak Toba yang berasal dari daerah Sumatera Utara. Desain rumah ini mampu menampung 5 hingga 6 keluarga, dan ketika memasuki Rumah Bolon, pengunjung diharuskan menaiki tangga di bagian tengah yang memiliki jumlah anak tangga ganjil.
Struktur bangunan Rumah Bolon terdiri dari tiang kayu besar (Tiang Penyangga), di mana di bawah setiap tiang tersebut ditanam kepala manusia. Tindakan ini sesuai dengan kepercayaan pada masa lampau, yang dilakukan untuk menjaga keselamatan kerajaan dan keturunannya dari roh-roh jahat.
Dasar rumah dibangun setinggi 1,75 meter di atas tanah, sementara bagian bawahnya difungsikan sebagai kandang hewan. Rumah Bolon terbagi menjadi beberapa ruangan karena dihuni oleh beberapa keluarga, dan pembagian ruangan ini diatur sesuai dengan ketentuan adat yang kuat dalam masyarakat mereka.
Rumah Adat Krong Bade
Di Aceh terdapat rumah adat yaitu Rumah Krong Bade yang menampilkan tangga dengan jumlah anak tangga yang ganjil, berkisar antara tujuh hingga sembilan tingkat. Desain rumah ini memiliki bentuk unik yang memanjang dari timur ke barat dan menyerupai persegi panjang. Bagian bawah rumah ini dijadikan tempat penyimpanan bahan makanan oleh masyarakat, sementara wanita Aceh sering kali melakukan aktivitas menenun di ruang tersebut.
Keistimewaan rumah adat ini terletak pada penggunaan bahan bangunan alami yang bersumber dari alam. Dalam konstruksinya, tidak digunakan paku, melainkan tali yang menghubungkan satu bahan bangunan dengan yang lainnya. Material utama melibatkan anyaman daun rumbia dan dinding rumah terbuat dari kayu enau. Lantainya dibuat dari bahan alami berupa bambu. Karakteristik unik rumah ini mencakup tangga depan dengan jumlah ganjil dan ornamen di dalamnya yang mencerminkan tingkat sosial pemilik rumah.
Rumah Adat Honai
Rumah Honai merupakan rumah adat khas dari Provinsi Papua, khususnya milik Suku Dani. Nama rumah adat ini berasal dari gabungan kata “Husn” yang berarti laki-laki, dan “Ai” yang berarti rumah. Sesuai dengan maknanya, Honai adalah tempat tinggal yang diperuntukkan bagi laki-laki, dengan larangan bagi perempuan untuk masuk, meskipun sudah menikah.
Rumah Honai mempunyai bentuk dasar berupa lingkaran dengan kerangka kayu yang ditutupi atap kerucut dari jerami. Tinggi rumah ini hanya mencapai 2,5 meter, yang mungkin terlihat kecil dari luar, namun mampu menampung sekitar 5-10 orang di dalamnya. Meskipun memiliki luas yang kecil, rumah adat ini dilengkapi dengan dua lantai yang fungsinya berbeda.
Rumah Adat Limas
Rumah adat ini berasal dari Provinsi Sumatera Selatan, khususnya Palembang, yang memiliki struktur rumah panggung dengan ukuran minimal 15 x 30 m atau 20 x 60 m. Sesuai dengan namanya, rumah ini memiliki bentuk yang menyerupai limas, dengan penggunaan bahan material kayu besi dan kayu tembesu untuk lantai dan dindingnya. Tiang-tiang rumah ini terbuat dari campuran kayu tembesu dan semen untuk memberikan kekuatan dan ketahanan terhadap air.
Ketika masuk ke dalam rumah ini, pengunjung akan merasakan nuansa budaya Palembang melalui ornamen yang menghiasi dindingnya. Rumah Limas terdiri dari lima tingkatan yang memiliki arti, makna, dan fungsi yang berbeda-beda. Penataan kelima tingkatan ruangan ini mengikuti filosofi kekijing, yang berarti setiap ruangan diatur berdasarkan anggota keluarga yang menempati rumah tersebut.
Rumah Adat Panggung Kajang Leko
Provinsi Jambi pada era 1970-an, meresmikan Rumah Panggung Kajang Leko sebagai rumah adat setelah proses penentuan identitas Provinsi Jambi melalui sayembara rumah adat yang digelar oleh Gubernur Jambi saat itu. Rumah Kajang Leko memiliki bentuk persegi panjang dengan luas 9 x 12 meter persegi dan didukung oleh 30 tiang, terdiri dari 24 tiang utama dan 6 tiang palamban.
Keistimewaan Rumah Kajang Leko terletak pada struktur konstruksinya yang unik. Rumah ini adalah rumah panggung yang dihiasi dengan ukiran yang memukau. Bagian atapnya dikenal sebagai “Gajah Mabu”, sebuah istilah yang menggambarkan kegalauan pembuat rumah yang terpesona namun tidak mendapat restu dari keluarga, menurut filosofi yang berkembang.
Rumah Adat Tongkonan
Di Sulawesi terdapat rumah adat yaitu Rumah Tongkonan. Rumah adat ini biasanya ditemukan di Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan. Bentuk rumah adat ini seperti rumah adat yang lain berupa rumah panggung tetapi Rumah Tongkonan memiliki bentuk pada bagian atasnya seperti perahu terbalik.
Rumah Tongkonan jenisnya beragam, seperti Tongkonan Pekamberan merupakan rumah adat Sulawesi yang dihuni bagi keluarga dari warga yang memegang kekuasaan tertinggi. Berikutnya Tongkonan Layuk merupakan jenis rumah adat yang pertama kali dibangun untuk mengurusi pemerintahan. Rumah adat Tongkonan Batu A’riri adalah rumah yang sering digunakan warga setempat yang tidak memiliki kekuasaan adat.