MotoGP telah menjadi ajang balap motor paling prestisius di dunia, memikat jutaan penggemar di seluruh dunia dengan aksi-aksi balapnya yang mendebarkan. Di balik sorotan panggung utamanya, pabrikan Jepang telah memainkan peran penting dalam membangun dan mengubah wajah MotoGP selama puluhan tahun terakhir.
Dengan kehadiran dan keberhasilannya yang luar biasa, pabrikan Jepang, seperti Honda, Yamaha, dan Suzuki, telah menorehkan sejarah gemilang dalam dunia balap motor, terutama di ajang MotoGP yang bergengsi. Mari kita telusuri lebih dalam tentang peran mereka, dari masa kejayaan hingga tantangan yang mereka hadapi pada masa kini.
Masa kejayaan pabrikan Jepang di Grand Prix/MotoGP
Sejak balapan masih menggunakan mesin 2-tak 500cc, Pabrikan Jepang telah membawa pengaruh besar di Grand Prix. Langkah pertama mereka ke panggung dunia balap dimulai pada tahun 1975, ketika mereka mulai bersaing di Grand Prix dengan menghadirkan teknologi canggih dan pembalap-pembalap yang berbakat.
Honda, sebagai salah satu pionir dalam dunia balap motor, telah memimpin dari depan dengan meraih total 21 gelar juara dunia pembalap di kelas tertinggi, baik di kategori 2-tak maupun 4-tak. Yamaha, dengan sejarah yang tak kalah gemilang, telah mengumpulkan gelar juara dunia dan menciptakan momen-momen legendaris dalam sejarah balap motor.
Sementara itu, Suzuki, meski tidak sebanyak Honda dan Yamaha dalam hal gelar juara, tetap menjadi pesaing tangguh dengan teknologi yang inovatif dan pembalap-pembalap yang berdedikasi.
Total ada 19 gelar juara dunia yang berhasil dikumpulkan para pembalap tim garpu tala selama lebih dari 15 tahun berlaga di ajang balap MotoGP yang dulunya dikenal dengan istilah Grand Prix 500. Honda pernah meraih titel juara dunia dari tahun 1983, menandai dominasinya di panggung balap dunia.
Tantangan dan masa sulit pabrikan Jepang di Grand Prix/MotoGP
Namun, seperti dalam setiap kisah sukses, ada juga tantangan dan masa sulit yang harus dihadapi. Pabrikan Jepang, meskipun memiliki sejarah kejayaan yang gemilang, tidak luput dari periode kesulitan dan tantangan teknis yang mempengaruhi performa mereka di lintasan.
Yamaha
Pada tahun 2003, Yamaha mengalami masa sulit ketika mereka menghadapi krisis kemenangan. Kemenangan terakhir mereka dicapai pada GP Sepang 2002. Setelah itu, Yamaha mengalami paceklik kemenangan yang berlangsung hingga musim balap 2003 berakhir. Baru setelah kedatangan Valentino Rossi, Yamaha kembali mengukir prestasi gemilang dengan meraih sembilan kemenangan dari 16 seri balapan.
Namun, Yamaha kembali menghadapi masa sulit pada tahun 2018, di mana mereka hanya mencatat satu kemenangan balapan. Meskipun telah menemukan beberapa momen kejayaan di musim-musim berikutnya, Yamaha terus berjuang untuk konsistensi dalam performa mereka.
Honda
Setelah masa kejayaan bersama pembalap-pembalap seperti Marc Marquez, Honda menghadapi masa sulit akibat cedera Marquez. Setelah GP Valencia 2019, Honda mengalami periode tanpa kemenangan yang cukup panjang, hingga akhirnya memutusnya di GP Sachsenring 2021. Namun, pada musim 2022, Honda kembali dihadapkan pada masa sulit tanpa kemenangan selama satu musim penuh, karena kondisi Marquez yang belum pulih sepenuhnya.
Suzuki
Suzuki, meskipun memiliki sejarah prestasi yang tidak sebanyak Honda dan Yamaha, tetap menjadi pemain yang patut diperhitungkan di MotoGP. Namun, Suzuki pernah mengalami masa sulit, terutama setelah tahun 2000. Meskipun mereka memenangi beberapa balapan, seperti GP Silverstone 2016, Suzuki tetap berjuang untuk konsistensi kemenangan.
Tantangan finansial menjadi kendala besar bagi Suzuki, yang terpaksa meninggalkan MotoGP pada akhir musim 2022 karena keterbatasan dana. Kepergian Suzuki meninggalkan cerita panjang dalam sejarah MotoGP.