Masjid merupakan tempat ibadah yang menunjukkan perkembangan Islam di wilayah nusantara. Masjid-masjid yang tersebar di seluruh Indonesia mencerminkan sejarah kuat penyebaran Islam di negeri ini. Beberapa di antaranya memiliki usia ratusan tahun dengan latar belakang sejarah yang kaya. Masjid tertua ini menjadi destinasi wisata religi yang menarik, terutama selama bulan Ramadhan. Berikut adalah 8 masjid tertua di Indonesia yang wajib kamu tahu.
Masjid Saka Tunggal
Masjid Baitussalam atau dikenal sebagai Masjid Saka Tunggal, adalah masjid tertua di Indonesia. Terletak di Desa Cikakak, Wangon, Banyumas, Jawa Tengah, masjid ini didirikan oleh Kyai Mustolih pada tahun 1288, menjadikannya berusia 735 tahun. Tahun berdirinya tercatat dengan jelas pada tiang utama masjid. Keunikan dari masjid ini adalah penggunaan hanya satu tiang penyangga, sehingga dikenal sebagai Masjid Saka Tunggal. Bagian bawah tiang tersebut dilindungi dengan kaca untuk menjaga prasasti yang berisi informasi tentang tahun pendirian masjid.
Masjid Wapauwe
Masjid Wapauwe, yang terletak di Kaitetu, Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku, merupakan masjid tertua kedua di Indonesia. Berdiri sejak tahun 1414, masjid ini menjadi pusat penyebaran Islam di Maluku pada masa lampau. Awalnya, masjid ini dikenal sebagai Masjid Wawame karena terletak di Lereng Gunung Wawane. Selama masa penjajahan Belanda, lokasi masjid sempat dipindahkan ke Kampung Tahala pada tahun 1614. Pada tahun 1646, Masjid Wapauwe dipindahkan kembali ke Kaitetu yang menjadi lokasi saat ini.
Meskipun masjid ini telah mengalami beberapa kali renovasi dan pemindahan lokasi, bentuk bangunannya tetap tidak berubah. Bangunan masjid ini dibuat dari gaba-gaba atau pelepah sagu yang dikeringkan dan atapnya terbuat dari daun rumbia. Bentuk bangunannya berbentuk bujur sangkar, dan konstruksi bangunan utamanya dirancang tanpa menggunakan paku atau pasak pada setiap sambungan kayu, yang membuatnya mudah untuk dipasang dan dilepas.
Masjid Sunan Ampel
Masjid Sunan Ampel didirikan pada tahun 1421, sehingga telah berusia 602 tahun. Pendirinya adalah Sunan Ampel, di belakang masjid terdapat kompleks makamnya yang meninggal pada tahun 1481. Hingga saat ini, Masjid Sunan Ampel tetap menjadi tempat yang ramai dikunjungi oleh para peziarah, terutama selama bulan Ramadhan. Arsitektur masjid ini mencerminkan gaya Jawa kuno dengan sentuhan Arab.
Salah satu daya tarik lainnya dari Masjid Sunan Ampel adalah keberadaan Kampung Arab yang terletak dekat dengan masjid. Penduduk kampung tersebut mayoritas adalah keturunan Arab yang telah menetap di sana selama ratusan tahun untuk berdagang. Lokasi Masjid Agung Sunan Ampel berada di Jalan Petukangan I, Ampel, Kecamatan Semampir, Kota Surabaya.
Masjid Agung Sang Cipta Rasa
Salah satu masjid tertua di Indonesia yang dikenal sebagai Masjid Agung Cirebon atau Masjid Sunan Gunung Jati, terletak di Jalan Kasepuhan, Kesepuhan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon. Dibangun pada masa pemerintahan Sunan Gunung Jati pada tahun 1498, masjid ini telah berusia 525 tahun.
Bangunan masjid ini merupakan warisan dari Kerajaan Cirebon. Selain Sunan Gunung Jati, Sunan Kalijaga, salah satu anggota Wali Songo, juga turut berperan besar dalam pembangunan masjid ini. Saka guru, atau tiang utama masjid, dibuat dari tatal, yakni pecahan-pecahan kayu kecil yang disatukan, yang konon melambangkan kesatuan atau gotong royong. Atap masjid ini memiliki bentuk bersusun tiga.
Masjid Agung Demak
Masjid Agung Demak terletak di desa Kauman, Demak, Jawa Tengah, dan dikenal sebagai tempat berkumpulnya para ulama atau Wali Songo yang menyebarkan agama Islam di Tanah Jawa. Didirikan oleh Raden Patah, raja pertama Kesultanan Demak, pada tahun 1474, masjid bersejarah ini diyakini menjadi pusat kegiatan dakwah Islam.
Bangunan utama masjid ini memiliki empat tiang utama yang disebut sebagai saka guru, yang mendukung atap berbentuk limas yang ditopang oleh delapan tiang, yang juga dikenal sebagai saka Majapahit. Atap Masjid Agung Demak memiliki makna mendalam mengenai prinsip-prinsip ajaran Islam, yaitu iman, Islam, dan ihsan.
Masjid Sultan Suriansyah
Masjid Sultan Suriansyah merupakan masjid tertua di Pulau Kalimantan yang dibangun sekitar antara tahun 1525 hingga 1550 pada masa pemerintahan Sultan Suriansyah. Terletak di tepi Sungai Kuin, masjid ini berlokasi di Kelurahan Kuin Utara, Kecamatan Banjar Kota, Kota Banjarmasin. Sekitar 500 meter dari masjid, terdapat makam Sultan Suriansyah, yang merupakan Raja Banjar pertama yang memeluk agama Islam. Walaupun telah berusia ratusan tahun, atap Masjid Sultan Suriansyah masih asli, kecuali bagian puncak atap yang telah diganti menjadi kubah.
Masjid Menara Kudus
Masjid Menara Kudus yang aslinya bernama Masjid Al Aqsa Menarat Qudus, terletak di Jalan Menara, Desa Kauman, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus. Dibangun oleh Sunan Kudus pada tahun 1549, menjadikannya berusia 474 tahun. Bangunan masjid ini menonjol karena memiliki menara yang menyerupai candi, mencerminkan perpaduan budaya Islam dan Hindu masa lampau. Di kompleks masjid, terdapat makam Sunan Kudus, salah satu dari Wali Songo yang bernama asli Ja’far Shadiq. Hingga kini, Masjid Menara Kudus masih aktif sebagai tempat ibadah dan sering dikunjungi oleh peziarah dari berbagai daerah di Indonesia.
Masjid Agung Banten
Pada zaman Sultan Maulana Hasanuddin sekitar tahun 1552-1570, Masjid Agung Banten dibangun di Desa Banten Lama, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Provinsi Banten. Masjid bersejarah ini diakui sebagai warisan budaya dan memiliki karakteristik unik dalam arsitekturnya yang mencerminkan pengaruh tiga budaya berbeda yakni Arab, Tionghoa, dan Eropa. Menara masjidnya menyerupai mercusuar dengan atap yang berlapis-lapis seperti Pagoda Cina. Di sebelah kanan dan kiri masjid, terdapat serambi yang merupakan bagian dari kompleks pemakaman Sultan Banten.
Masjid Mantingan
Masjid Mantingan, yang berlokasi di Desa Mantingan, Kecamatan Tahunan, Jepara, Jawa Tengah, didirikan pada tahun 1481 dan telah berusia 542 tahun. Pada masa lampau, masjid ini berperan sebagai salah satu pusat penyebaran agama Islam di sepanjang pesisir utara Pulau Jawa.
Arsitektur Masjid Mantingan sangat dipengaruhi oleh gaya bangunan China. Area kompleks Masjid Mantingan mencakup sekitar 7 hektar yang terdiri dari bangunan masjid, kompleks pemakaman, dan sebuah museum. Masjid bersejarah ini memiliki sekitar 114 relief yang terpasang di dindingnya.