Bulan Ramadan merupakan bulan suci dalam agama Islam, yang dianggap istimewa oleh umat Muslim di seluruh dunia. Oleh karena itu, banyak masyarakat Indonesia yang menyambutnya dengan suka cita. Di Jawa Timur sendiri, terdapat tradisi yang biasa dilakukan oleh masyarakat untuk menyambut bulan Ramadan sebagai berikut:
Tradisi Buto-Butoan
Tradisi Buto-Butoan adalah tradisi kesenian khas masyarakat Jember yang merupakan modifikasi dari kesenian jaranan, ondel-ondel, dan ogoh-ogoh. Tradisi ini sering digelar saat acara perkawinan, sunatan, dan menyambut bulan Ramadan. Buto-Butoan merupakan bagian dari teater tradisional Jember, yang juga terdiri dari tema seperti Singa Barong, Suwarti, dan Tuan-tuanan.
Buto-Butoan adalah bentuk seni jaranan yang menggabungkan elemen dari seni ondel-ondel dengan seni jaranan. Pada Buto-Butoan, ada sekitar 30 orang pemain yang terlibat dengan usia yang beragam mulai dari 13 tahun hingga 80 tahun. Setiap pemain Buto-Butoan akan mendapatkan bayaran yang berbeda-beda dan dibagi menjadi tiga kategori.
Tradisi Unggahan
Tradisi Unggahan adalah sebuah tradisi keagamaan yang dilakukan oleh umat muslim menjelang bulan puasa. Biasanya, tradisi ini dilakukan dengan mengundang sanak saudara dan tetangga untuk berkumpul dan mengaji para leluhur, orang tua, dan saudara yang sudah meninggal. Prosesi tradisi unggah-unggahan berlangsung selama tiga hari dan melibatkan ribuan anak cucu, yang biasanya datang dari Kabupaten Cilacap.
Tradisi Ngosaran
Tradisi Ngosaran adalah sebuah tradisi yang dilakukan sebelum datangnya bulan Ramadan di Bangkalan, Jawa Timur. Tradisi ini mirip dengan tradisi nyekar, yaitu merupakan pembersihan area makam kerabat dan keluarga. Tujuan dari tradisi Ngosaran adalah untuk menjamin keluarga yang hendak ziarah tidak terganggu dengan kondisi makam yang kurang bersih. Selain itu, tradisi ini juga menjadi kesempatan untuk bersilaturahmi dengan anggota keluarga lain yang mungkin tidak terdengar sejak lama.
Tradisi Mandi Bersama
Tradisi Mandi Bersama atau Padusan adalah tradisi yang berasal dari masyarakat Jawa. Berasal dari kata “adus” yang berarti mandi, Padusan merupakan tradisi untuk menyucikan diri dan membersihkan jiwa dan raga. Tradisi ini dilakukan sehari sebelum bulan Puasa dimulai dan dilakukan di kedung, kolam, dan sumber air lainnya. Tradisi ini dijadikan sebagai tujuan wisata di berbagai tempat, seperti Umbul Manten, Umbul Ponggok, Umbul Cokro, Umbul Nilo, dan tempat-tempat wisata air populer lainnya.
Tradisi Gerebeg Apem
Tradisi Grebeg Apem Jawa adalah tradisi yang berasal dari Jatinom, Klaten, dan merupakan tradisi yang diadakan setiap bulan Safar. Tradisi Grebeg Apem Jawa berawal dari tradisi Yaqowiyu, yang bermula ketika Ki Ageng Gribig pulang dari menunaikan ibadah Haji. Ki Ageng Gribig membawa oleh-oleh berupa kue apem dan akan dibagikan kepada saudara, murid, dan tetangganya.
Tradisi Grebeg Apem Jawa dilakukan setiap bulan Sapar dalam penanggalan Jawa. Biasanya, ribuan kue apem akan disebarkan dari panggung permanen di selatan masjid yang berada di kompleks pemakaman Ki Ageng Gribig.
Tradisi Nyandran Sonoageng
Tradisi Nyadran di Desa Sonoageng, Kecamatan Prambon, Kabupaten Nganjuk, merupakan warisan budaya yang masih dilaksanakan sampai sekarang. Ini adalah bentuk upacara kepercayaan yang dilakukan masyarakat Desa Sonoageng sebagai penghormatan terhadap leluhur desa.
Nyadran adalah tradisi masyarakat Jawa yang dilakukan untuk menyambut kedatangan bulan suci Ramadhan. Tradisi ini tercipta dari proses akulturasi antara budaya Jawa dengan budaya Islam.
Tradisi Cuci Karpet
Tradisi cuci karpet di Pasuruan adalah kebiasaan yang dilakukan oleh warga setiap tahun sebelum bulan Ramadan datang. Ini dilakukan di kolam Sumber Air Umbulan di Kecamatan Winongan, Kabupaten Pasuruan yang ramai dikunjungi warga. Warga tinggal merendam karpet berbagai ukuran kemudian digosok dengan sabun. Setelah bersih, karpet dijemur di lokasi. Ada juga yang langsung dibawa pulang untuk dijemur di tempat masing-masing.