in

Kenapa Beberapa Orang Enggan Mengonsumsi Sayuran?

Ilustrasi tidak suka sayuran. Foto: Freepik
Ilustrasi tidak suka sayuran. Foto: Freepik

Sayuran dan buah-buahan merupakan komponen penting dalam diet sehat yang direkomendasikan oleh para ahli gizi. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa beberapa orang memiliki kesulitan dalam menyukai atau bahkan menghindari konsumsi sayuran. Alasan di balik ketidaksukaan ini sering kali menjadi bahan perdebatan dan penelitian. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi fenomena ini dari sudut pandang ilmiah, mencoba memahami mengapa beberapa orang sulit menerima sayuran dalam diet mereka.

Mengapa ada orang yang tidak menyukai sayuran?

Sayuran sering dikaitkan dengan rasa yang pahit oleh sebagian orang. Alasan inilah yang sering kali menjadi faktor utama mengapa beberapa individu tidak menyukai atau bahkan menghindari konsumsi sayuran dalam makanan mereka sehari-hari. Namun, apakah alasan ini semata-mata persoalan rasa?

Penelitian ilmiah tentang ketidaksukaan terhadap sayuran

Para peneliti di University of Kentucky telah melakukan studi yang menarik mengenai hubungan antara genetika dan preferensi makanan, khususnya dalam hal ketidaksukaan terhadap sayuran. Menurut Jennifer L. Smith, seorang perawat berlisensi dan rekan postdoctoral di University of Kentucky School of Medicine, gen tertentu, yang dikenal sebagai TAS2R38, dapat memengaruhi bagaimana seseorang merasakan rasa pahit pada beberapa jenis sayuran.

Dalam penelitian yang dilaporkan oleh Healthline, disebutkan bahwa orang yang mewarisi varian gen tertentu dari TAS2R38, yaitu satu salinan AVI dan satu salinan PAV, cenderung sangat sensitif terhadap rasa pahit. Hal ini menyebabkan mereka sulit untuk menyukai atau bahkan menghindari sayuran yang memiliki tingkat rasa pahit yang tinggi. Penelitian ini mengungkapkan bahwa orang dengan bentuk gen PAV lebih dari 2 1/2 kali lebih mungkin untuk tidak menyukai sayuran dibandingkan dengan mereka yang tidak mewarisi varian tersebut.

Ilustrasi. Foto: Freepik

Implikasi kesehatan dan penyuluhan

Studi ini membawa implikasi yang signifikan dalam hal kesehatan masyarakat, terutama dalam upaya pencegahan penyakit kardiovaskular. Dengan memahami bahwa preferensi makanan dapat dipengaruhi oleh faktor genetik, para profesional kesehatan dapat menyusun strategi yang lebih efektif dalam memberikan saran diet kepada pasien mereka.

Smith menekankan bahwa meskipun penelitian ini memberikan wawasan yang berharga, masih diperlukan penelitian lanjutan untuk mengembangkan strategi yang lebih tepat dalam mendorong konsumsi sayuran bagi individu yang kurang menyukainya. Penggunaan informasi genetik dapat membantu dalam mengidentifikasi sayuran mana yang lebih dapat diterima oleh individu tertentu, serta mengembangkan rekomendasi yang lebih spesifik untuk meningkatkan pola makan yang sehat.

Langkah-langkah masa depan dalam peningkatan konsumsi sayuran

Beberapa Jenis Sayuran (Freepik)

Para peneliti berharap bahwa dengan menggunakan pengetahuan tentang faktor genetik ini, mereka dapat mengembangkan metode yang lebih efektif untuk meningkatkan konsumsi sayuran pada populasi yang kurang menyukainya. Selain itu, identifikasi rempah-rempah atau bumbu-bumbu tertentu yang dapat merangsang selera makan bagi individu yang sensitif terhadap rasa pahit juga menjadi fokus penelitian masa depan.

Kesimpulan

Ketidaksukaan terhadap sayuran tidak semata-mata persoalan preferensi rasa, tetapi juga dapat dipengaruhi oleh faktor genetik. Penelitian yang dilakukan oleh para ahli di University of Kentucky mengungkapkan bahwa gen tertentu dapat membuat seseorang lebih sensitif terhadap rasa pahit pada sayuran, yang kemudian memengaruhi preferensi makanan mereka.

Dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat dan mengurangi risiko penyakit kardiovaskular, penting bagi para profesional kesehatan untuk memahami faktor-faktor yang memengaruhi preferensi makanan individu. Dengan memanfaatkan pengetahuan tentang genetika, mereka dapat mengembangkan strategi yang lebih tepat dalam mendorong konsumsi sayuran, serta menyusun rekomendasi diet yang lebih personal bagi pasien mereka.