in

Mengenang Perjalanan Taufik Hidayat di All England, Dua Kali Gagal Juara

Taufik Hidayat (AFP)

Para penggemar bulu tangkis pasti mengenal sosok Taufik Hidayat dengan baik. Dia adalah legenda bulu tangkis Indonesia yang telah meraih banyak gelar juara selama karier bermainnya. Bahkan, dia juga berhasil meraih medali emas Olimpiade. Namun, disayangkan, dia tidak pernah berhasil meraih gelar juara di All England.

Taufik Hidayat bahkan pernah mencatatkan rekor sebagai pemain tunggal putra dengan smash tercepat, yaitu 305 km/jam, dalam pertandingan semifinal Kejuaraan Dunia 2006, saat bertanding melawan Ng Wei dari Hong Kong.

Memang tidak ada satu pun gelar All England yang berhasil diraih Taufik, namun ada dua kesempatan di mana Taufik hampir meraih kemenangan di turnamen All England. Inilah kilas balik perjalanan Taufik Hidayat di All England:

Hampir menang saat debut di All England 1999

Taufik Hidayat debut di kejuaraan All England pada tahun 1999 dengan sangat mengesankan. Kala itu, usianya baru 17 tahun. Tidak banyak yang memprediksi bahwa Taufik akan melangkah hingga ke partai final. Pasalnya, selain usianya yang masih sangat belia, dia juga belum meraih gelar-gelar bergengsi selevel All England sebelumnya.

Namun, Taufik Hidayat menampilkan penampilan yang mengesankan sejak babak awal. Dalam serangkaian pertandingan All England tersebut, Taufik memukau penonton dengan kehebatannya. Dia berhasil mengalahkan Park Tae-sang (Korea Selatan), Peter Knowles (Inggris), Fung Permadi (Taiwan), dan Hoyer Larsen (Denmark) secara berturut-turut.

Prestasinya membawanya ke final di mana ia berhadapan dengan pebulutangkis andalan Denmark, Peter Gade. Meskipun memberikan perlawanan sengit, Taufik Hidayat akhirnya harus mengakui keunggulan Gade dengan skor 11-15, 15-7, dan 10-15.

Peter Gade pada saat itu memang sedang berada di puncak kariernya dan termasuk salah satu pebulutangkis tunggal putra terbaik di dunia. Meskipun kekalahan ini mengecewakan, namun sekaligus menjadi debut yang cukup membanggakan bagi Taufik. Tak hanya itu, debut All England ini juga menjadi motivasi Taufik yang mendorongnya untuk terus unjuk gigi di turnamen berlevel internasional.

Kalah di final All England 2000 karena kehabisan tenaga

Setahun kemudian, Taufik kembali menampilkan penampilan yang mengesankan di turnamen yang sama. Dukungan dari dua medali emas SEA Games 1999 meningkatkan kepercayaan dirinya.

Taufik mampu mengatasi semua pertandingan dari babak awal hingga semifinal dengan kemenangan. Sejumlah nama besar bulu tangkis dunia pada saat itu, seperti Kenneth Jonassen (Denmark) dan Chen Hong (China), harus mengakui keunggulan Taufik.

Dengan statusnya sebagai bintang muda yang sedang menanjak serta peringkat satu dunia saat itu, Taufik dianggap sebagai favorit kuat untuk meraih gelar All England pertamanya.

Namun, di final, Taufik Hidayat harus menghadapi lawannya dari Cina, Xia Xuanze. Meskipun berjuang keras, Taufik akhirnya kalah dengan skor 6-15 dan 13-15.

Penampilan yang mengecewakan tersebut menunjukkan Taufik yang tampaknya kehabisan tenaga di saat-saat krusial.

Meskipun gelar yang begitu dekat itu kembali lepas dari genggaman, di tahun itu Taufik Hidayat berhasil menembus peringkat satu dunia setelah menjadi runner-up di All England.

Absen beberapa waktu dan tak lagi menembus babak final

Setelah dua penampilan final yang cukup mengesankan, Taufik Hidayat absen dari ajang All England untuk sementara waktu. Dia kembali beraksi pada tahun 2004. Taufik mencapai semifinal sebelum akhirnya dikalahkan oleh Peter Gade.

Absennya dari tiga penyelenggaraan berikutnya baru berakhir pada tahun 2008. Meskipun dia berhasil mencapai perempat final, dia harus menyerah kepada Lee Chong Wei (Malaysia). Pada All England 2009, dia kembali terhenti di semifinal oleh Lee Chong Wei.

Pada tahun 2010, Taufik Hidayat terhenti di babak perempat final setelah kalah dari Peter Gade.  All England 2011 menjadi puncak kekecewaannya. Meskipun menjadi unggulan kedua, Taufik tersingkir di babak pertama oleh pemain Jepang, Kazushi Yamada.