Di setiap daerah di Indonesia, memiliki tradisi yang unik dalam menyambut bulan suci Ramadan. Kegiatan bersih makam atau padusan biasanya menjadi hal yang sering dilakukan dalam rangka menyambut bulan Ramadan. Pulau Sumatra memiliki banyak tradisi unik dan meriah yang tidak kalah menarik dari tradisi yang ada di Pulau Jawa.
Masing-masing daerah di Sumatra memiliki berbagai tradisi unik yang dilakukan masyarakatnya untuk menyambut bulan puasa. Daripada penasaran, berikut ini daftar tradisi unik dan meriah masyarakat pulau Sumatra dalam menyambut bulan Ramadan.
Mandi Pangir
Tradisi mandi pangir adalah praktik membersihkan diri yang umum dilakukan oleh masyarakat Mandailing di Sumatra Utara untuk menyambut bulan Ramadan yang suci. Proses ini melibatkan mandi bersama menggunakan berbagai rempah-rempah seperti daun pandan, daun jeruk purut, daun sereh wangi, daun nilam dan beberapa daun lainnya.
Kemudian bahan tersebut dicampur dan direbus untuk digunakan sebagai air mandi bagi seluruh anggota keluarga sebelum bulan puasa dimulai. Mandi pangir biasanya dilakukan di sungai atau pemandian umum. Tradisi ini memiliki makna mendalam sebagai upaya untuk membersihkan diri secara fisik dan spiritual sebagai persiapan menyambut bulan Ramadan.
Pacu Jalur
Tradisi pacu jalur merupakan suatu ritual penyambutan Ramadan yang dilakukan oleh masyarakat Kuantan Singingi, Riau. Tradisi ini menyerupai perlombaan dayung yang diadakan secara tahunan oleh masyarakat Riau. Biasanya, puluhan pria terlibat dalam tradisi ini. Mereka menggunakan jalur atau perahu berukuran 40 meter yang dapat menampung 50 hingga 60 orang. Perlombaan ini umumnya diselenggarakan di Sungai Kuantan.
Sebagai penutup dari prosesi pacu jalur, acara “Balimau Kasai” atau penyucian diri menjelang matahari terbenam hingga malam dilakukan. Selain sebagai bagian dari tradisi menyambut Ramadan, pacu jalur juga sering diadakan untuk memperingati hari-hari besar dalam agama Islam maupun perayaan kemerdekaan.
Balimau Kasai
Tradisi balimau kasai adalah praktik pembersihan diri yang dilakukan oleh masyarakat Sumatra Barat. Istilah “balimau” merujuk pada mandi dengan air yang dicampur dengan jeruk nipis, sedangkan “kasai” mengacu pada penggunaan wewangian saat keramas.
Dalam tradisi ini, masyarakat biasanya mandi bersama menggunakan air yang telah dicampur dengan jeruk nipis dan daun pandan. Tujuan dari tradisi ini adalah untuk membersihkan diri secara fisik dan spiritual menjelang bulan Ramadan.
Malamang
Tradisi malamang sering dilakukan masyarakat Sumatra ketika mendekati bulan Ramadan. Biasanya masyarakat Sumatra akan berkumpul dan bergotong royong membuat nasi lamang atau lemang pada ruas-ruas bambu yang telah dipotong-potong. Makanan ini terbuat dari beras ketan yang dicampur dengan santan.
Tradisi ini biasanya dilakukan dua hari sebelum bulan Ramadan dimulai. Lemang yang telah dimasak kemudian dijadikan sebagai hadiah yang diberikan kepada keluarga mertua atau kerabat sebagai ungkapan permohonan maaf. Tradisi ini juga sering dilakukan sebagai bagian dari perayaan hari-hari besar dalam agama Islam.
Meugang
Tradisi meugang merupakan kegiatan yang biasa dilakukan oleh masyarakat Aceh saat menyambut bulan Ramadan. Tradisi ini juga dikenal sebagai makmeugang, di mana masyarakat setempat menyembelih kambing, sapi, atau kerbau sebelum memasuki bulan puasa. Daging hasil penyembelihan tersebut kemudian dapat dinikmati bersama keluarga atau warga desa.
Konon, tradisi meugang sudah berlangsung sejak tahun 1400 Masehi, terutama pada masa pemerintahan raja-raja Aceh. Kegiatan makan daging sapi atau kambing ini merupakan praktik umum yang dilakukan oleh seluruh masyarakat. Jika ada warga yang tidak mampu membeli daging, maka seluruh warga akan bergotong-royong membantu.