in

Sejarah Kejuaraan Bulu Tangkis Asia, Turnamen Terakhir untuk Perolehan Poin Terakhir Olimpiade 2024

Ilustrasi Bermain Bulu Tangkis (Freepik)

Kejuaraan Bulu Tangkis Asia adalah salah satu ajang olahraga terkemuka di dunia yang menarik perhatian para pecinta bulu tangkis sejak lama. Dengan sejarah yang kaya dan prestisius, kejuaraan ini telah menjadi wadah bagi para pemain dari berbagai negara Asia untuk bersaing dan menunjukkan kebolehan mereka di panggung internasional.

Tahun ini, Kejuaraan Bulu Tangkis Asia menjadi turnamen terakhir yang bisa dimanfaatkan oleh para pebulutangkis dari negara Asia untuk mendulang poin Olimpiade 2024.

Digelar sejak 1962

Kejuaraan Bulu Tangkis Asia (BAC) sebelumnya dikenal sebagai Kejuaraan Badminton Asia hingga tahun 2016. BAC adalah salah satu dari tiga turnamen kontinental utama di Asia, yaitu Kejuaraan Tim Badminton Asia (BATC) dan Kejuaraan Tim Campuran Badminton Asia (BAMTC).

Kejuaraan Bulu Tangkis Asia pertama kali diadakan pada tahun 1962 di Kota Kota Kinabalu, Malaysia. Pada awalnya, kejuaraan ini diselenggarakan setiap dua tahun sekali. Para pemain dari negara-negara Asia berlomba untuk meraih gelar juara dalam berbagai nomor, termasuk tunggal putra dan putri, ganda putra dan putri, serta ganda campuran.

Dalam sejarahnya, Kejuaraan Bulu Tangkis Asia telah menyaksikan dominasi China dalam perolehan medali, diikuti oleh Korea Selatan dan Indonesia.

Kompetisi ini diselenggarakan oleh Badminton Asia dengan tujuan untuk mengidentifikasi pemain bulu tangkis terbaik di kawasan Asia. Dimulai sejak tahun 1962, turnamen ini awalnya tidak diadakan secara teratur. Turnamen ini hanya dihelat setiap dua atau tiga tahun sekali. Namun, sejak tahun 1991, turnamen ini telah dijadwalkan secara rutin setiap tahun.

Kejuaraan Bulu Tangkis Asia awalnya hanya menampilkan kompetisi perorangan yang juga menentukan gelar juara untuk tim. Namun, gelar tim dihapuskan sejak tahun 1994. Sebagai gantinya, kejuaraan khusus untuk tim diperkenalkan, termasuk kejuaraan untuk tim campuran.

Prestasi Indonesia di Kejuaraan Bulu Tangkis Asia

Performa tim bulu tangkis Indonesia dalam Kejuaraan Bulu Tangkis Asia tidak selalu mengesankan. Sejak turnamen ini pertama kali digelar, Indonesia belum pernah berhasil meraih gelar juara dalam 16 edisi berbeda.

Ada periode di mana Indonesia mengalami puasa gelar selama empat edisi berturut-turut, terjadi antara tahun 2016 hingga 2019. Namun, puasa gelar ini terhenti ketika pasangan ganda putra Indonesia, Pramudya Kusumawardana dan Yeremia Erich Yoche Yacob Rambitan, berhasil meraih gelar pada tahun 2022.

Ganda putra menjadi andalan Indonesia untuk meraih gelar juara di Kejuaraan Bulu Tangkis Asia. Dari total 33 gelar yang diraih Indonesia dalam turnamen ini, sebanyak 10 di antaranya berasal dari nomor ganda putra. Tunggal putra dan ganda campuran juga memiliki kontribusi yang signifikan dengan masing-masing meraih delapan trofi. Sementara itu, ganda putri Indonesia berhasil meraih empat gelar di Kejuaraan Bulu Tangkis Asia, unggul satu gelar dari nomor tunggal putri.

Selain dari nomor ganda putra yang baru saja mengakhiri tren negatif, para wakil Indonesia tengah mengalami masa puasa gelar juara yang cukup panjang di semua nomor pertandingan. Kemenangan yang diraih oleh Pramudya dan Yeremia di BAC 2022 berhasil memutus kebuntuan yang telah berlangsung sejak Markis Kido dan Hendra Setiawan menjadi juara pada edisi 2009.

Dalam nomor tunggal putra, Indonesia terakhir kali meraih gelar juara melalui Taufik Hidayat pada tahun 2007. Sementara itu, masa kekosongan gelar yang lebih lama terjadi pada nomor tunggal putri dan ganda putri. Terakhir kali ganda putri Indonesia menjadi juara Asia adalah melalui pasangan Finarsih dan Eliza Natahnael pada edisi 1996.

Kekosongan gelar yang lebih panjang dialami oleh tunggal putri Indonesia, di mana terakhir kali gelar juara diraih oleh Yuliani Sentosa pada tahun 1991. Sedangkan pada nomor ganda campuran, Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir berhasil membawa pulang gelar untuk Indonesia pada tahun 2015.