Dalam dunia balap MotoGP, merek Honda telah menjadi ikon yang melampaui batas waktu. Kehadirannya di lintasan bukan hanya sekadar tentang teknologi canggih atau mesin bertenaga, tetapi juga tentang warisan juara dunia yang memikat hati para penggemar sepanjang generasi. Meskipun sering kali nama Marc Marquez mendominasi pembicaraan, sejarah Honda di MotoGP jauh lebih dalam daripada satu individu. Mari kita telusuri kembali jejak para juara dunia pembalap Honda yang telah mengukir prestasi gemilang, menghadirkan momen tak terlupakan, dan membuat sejarah di atas aspal.
Era Kejayaan 500cc
Saat menyebut kata “500cc”, kita tidak bisa melupakan peran Honda dalam menentukan arah MotoGP. Meskipun awalnya terbilang terlambat dalam meraih gelar juara dunia dibandingkan dengan pesaingnya seperti Yamaha, Honda membuktikan bahwa kualitasnya tak tertandingi begitu mereka mengukir nama mereka di atas trofi. Pada era 500cc, sejumlah pembalap legendaris telah menjadikan Honda sebagai wahana menuju kemenangan yang tak terbantahkan.
Freddie Spencer, dengan gaya uniknya yang penuh keberanian, menjadi pembalap pertama Honda yang meraih gelar juara dunia kelas 500cc pada tahun 1985. Prestasinya diikuti oleh Wayne Gardner pada tahun 1987 dan Eddie Lawson pada tahun 1989, membuktikan dominasi Honda di atas lintasan. Namun, kehadiran seorang Mick Doohan mengubah segalanya.
Mick Doohan membawa Honda ke puncak kejayaan dengan serangkaian kemenangan yang mengesankan. Dari tahun 1994 hingga 1998, Doohan memenangkan lima gelar juara dunia secara berturut-turut, mengukir namanya sebagai salah satu pembalap terbaik dalam sejarah MotoGP. Keberhasilan ini kemudian dilanjutkan oleh Alex Criville pada tahun 1999, yang mengakhiri era 500cc dengan sempurna dengan gelar juara dunia, diikuti oleh dominasi Valentino Rossi pada tahun 2001.
Valentino Rossi
Meskipun Valentino Rossi kemudian dikenal sebagai ikon Yamaha, dia memulai perjalanan kariernya di kelas MotoGP bersama Honda. Pada awal abad ke-21, Rossi adalah penentu kekuatan di balik kemajuan Honda. Dengan dua gelar juara dunia MotoGP yang dia raih bersama Honda pada tahun 2002 dan 2003, dia memperkuat dominasi merek Jepang tersebut.
Namun, kisah Rossi dengan Honda tidak hanya tentang kemenangan. Kepribadiannya yang bersinar di luar lintasan membuatnya menjadi favorit para penggemar di seluruh dunia. Dia bukan hanya seorang pembalap, tetapi juga seorang entertainer yang mempesona. Kegagalannya untuk mengejar gelar juara dunia MotoGP bersama Honda pada tahun 2003 membuat cerita perjalanan karirnya semakin menarik, dan memicu perjalanan epiknya dengan Yamaha yang menjadi legendaris.
Nicky Hayden
Nicky Hayden adalah sosok yang tak terlupakan dalam sejarah Honda di MotoGP. “Kentucky Kid”, dengan senyumnya yang ramah dan semangatnya yang tulus, mewakili semangat balap sejati. Debutnya yang mengesankan bersama tim pabrikan Honda pada tahun 2003 menandai awal perjalanan yang penuh gairah dalam dunia balap.
Puncak kariernya datang pada tahun 2006, ketika dia meraih gelar juara dunia pertamanya di kelas MotoGP. Kemenangan ini tidak hanya tentang prestasi di lintasan, tetapi juga tentang ketabahan dan tekad yang tak tergoyahkan. Memenangkan gelar juara dunia dengan hanya meraih dua kemenangan dalam satu musim adalah bukti kehebatannya sebagai seorang pembalap.
Tragisnya, kenangan akan Hayden tidak hanya tentang kemenangan dan keberhasilan. Kecelakaan fatal yang menimpanya saat bersepeda pada tahun 2017 menandai akhir dari perjalanan yang penuh warna dalam dunia balap. Meskipun dia telah pergi, kenangannya tetap hidup di hati para penggemar dan rekan-rekannya dalam sebuah sport yang begitu disayanginya.
Casey Stoner
Casey Stoner adalah cerita lain dari kejayaan Honda di MotoGP. Meraih gelar juara dunia pertamanya bersama Ducati pada tahun 2007, dia mengejutkan dunia dengan keputusannya untuk beralih ke Honda. Debutnya yang mengesankan dengan Honda pada tahun 2011 tidak hanya tentang kemenangan, tetapi juga tentang kecepatan dan keberanian yang luar biasa.
Namun, keputusannya untuk pensiun pada usia yang masih muda, 27 tahun, mungkin menjadi titik balik dalam kariernya. Meskipun hanya meraih dua gelar juara dunia, kehadirannya di lintasan selalu meninggalkan kesan yang mendalam. Stoner mungkin telah meninggalkan dunia balap, tetapi warisannya tetap hidup, membuktikan bahwa kebesaran tidak selalu diukur dari jumlah gelar.