in

6 Fakta Kei Nishikori, Petenis Asia Pertama yang Lolos ke Final Grand Slam

Atlet Tenis asal Jepang, Kei Nishikori (Getty Images)

Beberapa negara telah dikenal sebagai produsen atlet tenis yang sangat baik dan sering kali memiliki banyak perwakilan di daftar unggulan. Beberapa negara yang terkenal karena menghasilkan banyak atlet tenis unggulan yaitu Amerika Serikat, Spanyol, Swiss, Serbia, Prancis, Jerman, Australia, Rusia, dan Argentina.

Meski demikian, atlet tenis unggulan bisa muncul dari hampir setiap negara yang memiliki program pembinaan tenis yang kuat dan atlet berbakat. Negara-negara Asia bisa dikatakan tidak memiliki jumlah atlet tenis unggulan dunia sebanyak dari negara-negara barat.

Namun, bukan berarti negara timur sama sekali tidak bisa mengirimkan wakilnya untuk unjuk kebolehan di kejuaraan berlevel internasional. Kei Nishikori adalah salah satunya. Ia menjadi petenis Asia pertama yang berhasil menembus babak final dari salah satu turnamen Grand Slam.

Dari namanya, bisa langsung ditebak bahwa Nishikori adalah petenis berkebangsaan Jepang. Selain berlaga di final Grand Slam, ia juga menjadi petenis Asia pertama yang menduduki peringkat lima besar dunia.

Berikut fakta-fakta Kei Nishikori:

Menggeluti dunia tenis sejak usia 14 tahun

Nishikori menunjukkan minat yang besar dalam olahraga tenis sejak dini. Dia bergabung dengan akademi Nick Bollettieri di Florida pada usia 14 tahun. Meskipun pada saat itu belum fasih berbahasa Inggris, Nishikori mendapat bantuan dari Kepala Staf Sony.

Dengan memilih untuk berlatih di Akademi Bollettieri, tempat yang telah melahirkan banyak bintang tenis seperti Jelena Jankovic dan Maria Sharapova, Nishikori harus meninggalkan tanah kelahirannya beserta orang tuanya, Kiyoshi dan Eri, dan beralih ke Bradenton, Florida.

Debut di kejuaraan internasional sejak usia 17 tahun

Pada usia 17 tahun, dia memulai debut profesionalnya sebagai petenis dan mengambil bagian dalam turnamen ATP Tour pertamanya. Dalam kompetisi ini, Nishikori keluar sebagai pemenang. Prestasinya ini membuatnya disebut sebagai bintang baru oleh pejabat dari Asosiasi Tenis Jepang dan media Jepang lainnya. Yang lebih istimewa lagi, Nishikori menjadi petenis Jepang pertama yang memenangkan Turnamen ATP Tour sejak Shuzo Matsuoka memenangkan turnamen di Seoul, Korea Selatan pada tahun 1992.

Nishikori dikenal dengan julukan ‘Project 45’, yang merujuk pada pencapaian terbaik rekan senegaranya, Shuzo Matsuoka, yang mencapai babak perempat final di Wimbledon 1995. Prestasi Matsuoka menjadi sasaran bagi 46 pemain muda tenis Jepang, termasuk Nishikori.

Dilatih oleh mantan petenis berdarah Tiongkok-Amerika

Perjalanan karier tenis Kei Nishikori tak lepas dari peran pelatihnya, Michael Chang. Chang, seorang mantan juara Prancis Terbuka pada tahun 1989 tertarik pada Nishikori saat keduanya bermain bersama dalam sebuah pertandingan eksibisi untuk memperingati tiga tahun gempa bumi di Jepang. Kemudian, Chang bersama dengan Dante Bottini mulai membimbingnya pada bulan Desember tahun lalu.

Michael Chang sendiri merupakan peraih gelar juara Wimbledon pada tahun 1989. Dia pertama kali bertemu dengan Nishikori dalam sebuah turnamen ekshibisi di Tokyo pada tahun 2011. Chang masih mengingat bagaimana saat itu Nishikori begitu antusias menceritakan kekagumannya terhadap Roger Federer, mengungkapkan kekagumannya kepada idolanya, meskipun keduanya pada saat itu hanyalah dua orang yang belum saling kenal.

Mematahkan rekor AS Terbuka

Duel ketat antara Kei Nishikori dan Milos Raonic pada 2014 lalu menjadi salah satu pertandingan terakhir dalam sejarah tenis terbuka yang begitu larut.

Sejak awal sejarah, hanya ada empat pertandingan yang berakhir melewati tengah malam di Amerika Serikat Terbuka. Dari keempat pertandingan itu, pemenangnya selalu tersingkir di babak berikutnya. Namun, Nishikori berhasil mengalahkan Stefan Wawrinka dalam pertandingan berikutnya setelah pertempuran empat jam.

Petenis Asia pertama yang lolos ke babak final Grand Slam

AS Terbuka 2014 telah membawa Nishikori ke final Grand Slam pertamanya. Sebelum ke partai puncak, ia mengalahkan Wayne Odesnik, Pablo Andujar, Leonardo Mayer, dan Milos Raonic yang waktu itu berstatus sebagai petenis peringkat enam dunia. Sayangnya, di babak final Nishikori kalah melawan Marin Cilic.

Kehebatannya diakui pelatih Rafael Nadal

Nishikori menunjukkan performa luar biasa karena bisa berhadapan dengan petenis unggulan dunia, Rafael Nadal di final turnamen ATP Madrid 2014 yang berlangsung di lapangan tanah liat. Namun, Nishikori harus menarik diri pada set ketiga karena cedera punggung.

Pelatih yang juga sekaligus paman Nadal, Toni Nadal sangat terkesan dengan penampilan Nishikori. “Kami tidak berhak atas kemenangan ini, Nishikori seharusnya yang mendapatkannya. Dia bermain lebih baik dari kami sepanjang waktu,” kata Toni.