Berkeringat merupakan respons tubuh yang wajar terhadap kondisi panas atau aktivitas fisik yang intens. Namun, jika keringat berlebih terjadi tanpa penyebab yang jelas dan terasa tidak normal, itu bisa menjadi tanda hiperhidrosis. Gejala hiperhidrosis dapat muncul di berbagai bagian tubuh dan memiliki variasi yang berbeda-beda. Untuk lebih paham mengenai penyakit ini, berikut adalah penjelasan lengkap mengenai hiperhidrosis.
Pengertian Hiperhidrosis
Hiperhidrosis merupakan keadaan di mana tubuh menghasilkan keringat dalam jumlah berlebihan tanpa adanya stimulus yang sesuai, seperti dalam cuaca dingin atau tanpa pemicu yang jelas. Gejala hiperhidrosis bisa terjadi dengan frekuensi yang bervariasi, minimal sekali sehari hingga lebih sering.
Daerah tubuh yang terkena dampaknya juga bisa berbeda-beda, termasuk di ketiak, telapak tangan, telapak kaki, wajah, dada, dan area sekitar selangkangan. Selain mengganggu aktivitas sehari-hari, kondisi ini juga dapat menurunkan kualitas hidup penderitanya karena adanya rasa cemas dan malu yang ditimbulkannya.
Penyebab Hiperhidrosis
Ketika sistem saraf mendeteksi kenaikan suhu tubuh, proses pengeluaran keringat terjadi. Sistem saraf tubuh memicu kelenjar keringat untuk mengeluarkan keringat dengan tujuan menurunkan suhu tubuh. Namun, dalam kasus hiperhidrosis, kondisi ini terjadi karena faktor medis tertentu atau aktivitas sistem saraf tubuh yang berlebihan. Terdapat dua jenis hiperhidrosis berdasarkan penyebabnya, yakni hiperhidrosis primer dan hiperhidrosis sekunder.
1. Hiperhidrosis primer
Pada hiperhidrosis primer, penyebabnya seringkali tidak dapat diidentifikasi secara pasti, tetapi diperkirakan terkait dengan peningkatan aktivitas saraf simpatis atau penyebaran yang tidak normal dari kelenjar keringat dalam tubuh.
Jenis ini biasanya mempengaruhi area tubuh tertentu dengan cara yang merata, melibatkan kedua sisi tubuh secara sama. Area yang paling sering terkena adalah tangan, kaki, ketiak, serta wajah atau kepala.
Hiperhidrosis primer seringkali dimulai pada masa kanak-kanak atau masa remaja, sering kali ditandai dengan keringat berlebih yang keluar dari telapak tangan dan kaki. Individu yang mengalami kondisi ini cenderung mengalami keringat berlebih minimal satu kali seminggu. Namun, gejalanya jarang terjadi saat mereka tertidur di malam hari.
2. Hiperhidrosis sekunder
Pada hiperhidrosis sekunder, keringat berlebih disebabkan oleh kondisi medis lain yang dialami oleh individu yang terkena. Hiperhidrosis sekunder dapat menyebabkan timbulnya keringat di hampir seluruh tubuh. Jenis ini terbagi lagi menjadi tiga kategori, yaitu:
- Hipohidrosis emosional, dipicu oleh perasaan takut dan kecemasan. Biasanya terjadi di area seperti ketiak, telapak tangan, dan telapak kaki.
- Hipohidrosis lokal, disebabkan oleh kerusakan pada saraf simpatis yang dapat terjadi akibat cedera dari kecelakaan atau bawaan sejak lahir.
- Hiperhidrosis umum, muncul karena gangguan pada sistem saraf otonom (saraf tepi) atau karena adanya penyakit lain seperti diabetes insipidus, penyakit jantung, Parkinson, efek menopause, atau efek samping obat-obatan.
Selain faktor penyebabnya, perbedaan antara jenis hiperhidrosis sekunder dan primer terletak pada saat kemunculannya. Individu yang menderita hiperhidrosis sekunder cenderung mengalami keringat berlebih saat tidur di malam hari. Selain itu, gejala ini biasanya baru muncul pada masa dewasa.
Pengobatan Hiperhidrosis
Pengobatan hiperhidrosis bergantung pada faktor penyebabnya. Jika kondisi tersebut disebabkan oleh masalah medis tertentu, dokter akan memprioritaskan penanganan penyebab utama sebelum menangani gejala hiperhidrosis itu sendiri. Namun, jika penyebab hiperhidrosis tidak jelas, dokter akan langsung menangani keringat berlebih yang dialami pasien.
Salah satu langkah yang biasa dianjurkan dokter adalah penggunaan deodoran yang mengandung antiperspirant yang mengandung aluminium chloride, yang biasanya dioleskan pada malam hari dan dibersihkan pada pagi harinya. Deodoran semacam ini umumnya tersedia secara bebas di pasaran.
Selain itu, perubahan gaya hidup juga diperlukan untuk mengurangi gejala hiperhidrosis. Pasien mungkin disarankan untuk mandi setiap hari guna mencegah perkembangan bakteri di kulit, mengeringkan tubuh dengan baik setelah mandi terutama di area ketiak dan sela-sela jari, memilih sepatu dan kaus kaki yang menyerap keringat, serta memakai pakaian yang nyaman dan menyerap keringat.
Teknik relaksasi seperti yoga atau meditasi juga bisa membantu mengendalikan stres yang memicu hiperhidrosis. Selain itu, membatasi konsumsi makanan dan minuman tertentu seperti kafein, makanan pedas, kari, dan minuman beralkohol juga dapat membantu mengurangi gejala hiperhidrosis.
Jika cara penanganan awal seperti memperbaiki gaya hidup tidak memberikan hasil dan hiperhidrosis terus mengganggu aktivitas sehari-hari, dokter mungkin akan menyarankan beberapa metode, yaitu:
- Melakukan iontophoresis, suatu terapi listrik dengan menggunakan tegangan rendah yang diterapkan pada area tubuh yang cenderung berkeringat.
- Melakukan injeksi botulinum toxin untuk menghambat aktivitas saraf yang bertanggung jawab atas produksi keringat, terutama di bawah lengan.
- Menjalani operasi endoscopic thoracic sympathectomy (ETS) yang bertujuan untuk memutuskan saraf yang berperan dalam produksi keringat pada area tubuh tertentu.
Meskipun pada umumnya hiperhidrosis dapat berlangsung sepanjang hidup, bagi sebagian orang gejalanya bisa membaik setelah mendapatkan pengendalian yang tepat.