Nasu palekko adalah salah satu makanan khas dari Sulawesi Selatan yang populer hingga luar daerah tersebut.
Hidangan khas Bugis ini biasanya dibuat dengan bahan dasar daging bebek atau itik, meskipun daging ayam juga dapat digunakan sebagai alternatif.
Asal usul dan sejarah nasu palekko
Dalam bahasa Bugis, “Nasu” berarti masakan, sementara “Palekko” memiliki beberapa versi asal-usul. Salah satu versi menyatakan bahwa “Palekko” berasal dari kata “likku” yang berarti lengkuas, rempah yang digunakan dalam masakan ini. Versi lain menyebut bahwa nama “Palekko” berasal dari kata “Palakko”, yaitu tungku dalam bahasa Bugis, atau dari kata “lekko” yang berarti dipatahkan, merujuk pada potongan kecil daging bebek dalam hidangan ini.
Nasu palekko pertama kali diperkenalkan di Kabupaten Pinrang oleh peternak asal Sidrap yang sedang beternak di wilayah tersebut. Masyarakat Sidrap, yang mayoritas adalah suku Bugis, sering berpindah saat beternak bebek hingga ke Pinrang, daerah yang berbatasan langsung dengan Sidrap.
Para peternak bebek biasanya menggunakan sawah milik masyarakat Pinrang, dan sebagai ucapan terima kasih, mereka menyajikan palekko kepada pemilik sawah.
Ciri khas nasu palekko
Nasu palekko memiliki cita rasa yang khas, yaitu perpaduan rasa pedas dan asam. Keunikan rasa ini didapat dari bumbu khusus, termasuk asam mangga yang dalam bahasa Bugis disebut “Paccukka”. Asam mangga dibuat dari buah mangga muda yang diiris memanjang dan dijemur hingga kering. Awalnya, bumbu yang digunakan cukup sederhana, namun seiring waktu mengalami penyesuaian.
Cara membuat nasu palekko
Daging bebek yang sudah dibersihkan dipotong kecil-kecil dan dimasak dengan bumbu dasar seperti bawang merah, bawang putih, lada, merica, cabai rawit, jahe (opsional), asam Jawa, serai, minyak, asam mangga, garam, kunyit, dan kunyit bubuk.
Rempah-rempah ini tetap digunakan hingga kini. Terdapat dua jenis nasu palekko, yaitu yang berkuah dan yang kering. Hidangan ini sangat nikmat disajikan dengan nasi hangat.