in

Film Snowpiercer: Tentang Konflik Kelas dan Revolusi Manusia

Snowpiercer. Foto: Imdb

Film Snowpiercer menampilkan skenario dystopia yang berlatar belakang post-apokaliptik dengan zaman es kedua. Dunia yang beku ini didominasi oleh pertarungan kelas dan stratifikasi sosial yang ketat. Dalam kereta yang terus bergerak tanpa henti, penumpang dibagi berdasarkan kelas sosial yang mencerminkan ketidakadilan dan ketegangan sosial.

Simulacra dan tatanan masyarakat

Konsep tatanan masyarakat dalam Snowpiercer bisa dipahami melalui teori simulacra dari Jean Baudrillard. Simulacra menggambarkan tatanan masyarakat yang menjalani kehidupan yang tidak sesuai dengan kenyataan atau tatanan yang seharusnya. 

Hal ini mengaburkan cara pandang para penumpang dalam memaknai hidup mereka di dalam kereta. Baudrillard menjelaskan bahwa simulacra dapat menyebabkan masyarakat hidup dalam ilusi dan memerlukan revolusi untuk merombak tatanan lama.

Cerita dan karakter utama

Snowpiercer adalah adaptasi dari film karya Bong Joon-ho. Ceritanya berfokus pada kehidupan manusia di dalam kereta yang memiliki 1001 gerbong yang mengelilingi dunia tanpa henti. Konflik utama dalam cerita ini adalah perang kelas dan ketidakadilan sosial yang dihadapi oleh para penumpang.

Curtis Everett, tokoh protagonis, memimpin perjuangan kelas bawah melawan kaum elit. Kereta ini terbagi menjadi beberapa kelas: elit kereta (Wilford, Mason, Claude) yang memiliki otoritas penuh, penumpang kelas satu, penumpang kelas ekonomi, dan penumpang kelas bawah yang melakukan pemberontakan.

Stratifikasi sosial di dalam kereta

Stylish 'Snowpiercer' takes a cold look at class divisions

Struktur kelas dalam kereta Snowpiercer sangat hierarkis. Kelompok elit mengendalikan dan menguasai mesin kereta, sementara penumpang kelas bawah mengalami alienasi dan ketidakberdayaan. 

Gerbong belakang, yang diisi oleh kelompok Curtis, tidak mendapatkan sumber kehidupan yang memadai dari gerbong lainnya dan hanya berfungsi sebagai komoditas bagi kelas elit.

Mason, sebagai perwakilan elit, menjelaskan tatanan ini dalam pidatonya kepada penumpang gerbong belakang. Dia menegaskan bahwa setiap orang harus menerima posisinya untuk menjaga stabilitas kereta dan kelangsungan hidup manusia.

Revolusi kelas

Pesan Mason menekankan pentingnya menerima tatanan sosial yang ada, namun Curtis Everett tidak menerima ini begitu saja. 

Dia memimpin revolusi untuk membebaskan penumpang gerbong belakang dari penindasan yang dilakukan oleh kelas elit. Curtis dan pengikutnya melalui berbagai konflik dan rintangan untuk mencapai gerbong depan.

Wilford, penguasa kereta, menawarkan posisinya kepada Curtis sebagai penjaga mesin suci. Namun, Curtis lebih fokus pada misi utamanya: menyelamatkan anak-anak yang diculik dari gerbong belakang.

Akhir perjalanan dan masa depan manusia

Film ini berakhir dengan kereta tergelincir dan menghentikan perjalanan selama 18 tahun. Yona dan Timmy, dua karakter yang selamat, melangkah keluar dari kereta dan memulai hidup baru di dunia yang dipenuhi salju. Akhir cerita ini menggambarkan ketidakpastian masa depan umat manusia setelah keruntuhan sistem yang ada.

Snowpiercer adalah film yang menggambarkan konflik kelas dan revolusi sosial dalam latar dystopia post-apokaliptik. Melalui karakter-karakternya, film ini menunjukkan perjuangan melawan ketidakadilan sosial dan pentingnya merombak tatanan yang tidak adil. 

Dengan latar belakang yang unik dan cerita yang mendalam, Snowpiercer berhasil menyampaikan pesan tentang pentingnya keadilan sosial dan kesetaraan di tengah dunia yang kacau.