Tunarungu dan tuli adalah dua istilah yang sering digunakan dalam konteks gangguan pendengaran. Meskipun keduanya terkait dengan ketidakmampuan mendengar, ada perbedaan penting antara keduanya yang perlu dipahami. Artikel ini akan menjelaskan perbedaan utama antara tunarungu dan tuli serta implikasinya dalam kehidupan sehari-hari.
Definisi Tunarungu dan Tuli
Tunarungu adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan seseorang yang memiliki gangguan pendengaran. Gangguan ini bisa bervariasi dari ringan hingga berat, dan bisa terjadi pada satu atau kedua telinga. Tunarungu mencakup seluruh spektrum gangguan pendengaran, mulai dari mereka yang masih bisa mendengar dengan bantuan alat bantu dengar, hingga mereka yang mengalami kehilangan pendengaran total.
Tuli, di sisi lain, adalah istilah yang lebih spesifik dan merujuk pada seseorang yang mengalami kehilangan pendengaran total atau hampir total. Orang yang tuli tidak dapat mendengar suara sama sekali atau hanya dapat mendengar suara dengan intensitas yang sangat tinggi. Biasanya, tuli dikategorikan sebagai ketidakmampuan mendengar yang sangat berat.
Perbedaan Utama
- Tingkat Kehilangan Pendengaran
- Tunarungu: Kehilangan pendengaran pada tunarungu bisa bervariasi dari ringan, sedang, berat, hingga sangat berat. Orang dengan gangguan pendengaran ringan hingga sedang biasanya masih bisa berkomunikasi dengan menggunakan alat bantu dengar atau implan koklea.
- Tuli: Kehilangan pendengaran pada orang tuli umumnya sangat berat hingga total. Mereka tidak bisa mendengar suara meskipun menggunakan alat bantu dengar yang paling canggih sekalipun.
- Komunikasi
- Tunarungu: Orang tunarungu sering kali menggunakan kombinasi metode komunikasi, termasuk bahasa lisan, bahasa isyarat, membaca bibir, dan menggunakan alat bantu dengar. Mereka mungkin dapat mengikuti percakapan dengan bantuan visual dan alat teknologi.
- Tuli: Orang tuli lebih cenderung mengandalkan bahasa isyarat sebagai metode komunikasi utama. Mereka mungkin tidak bergantung pada alat bantu dengar dan lebih memilih menggunakan bahasa isyarat untuk berkomunikasi.
- Penggunaan Alat Bantu
- Tunarungu: Penggunaan alat bantu dengar atau implan koklea cukup umum di kalangan tunarungu. Alat-alat ini membantu mereka untuk mendengar lebih baik dan berpartisipasi dalam percakapan.
- Tuli: Bagi orang tuli, alat bantu dengar biasanya tidak efektif karena tingkat kehilangan pendengaran yang sangat berat. Mereka mungkin menggunakan alat-alat teknologi lain seperti teks telepon (TTY) atau perangkat visual untuk berkomunikasi.
- Identitas Budaya
- Tunarungu: Tunarungu lebih beragam dalam hal identitas budaya. Beberapa orang tunarungu mungkin merasa nyaman dalam budaya pendengaran dan berkomunikasi dengan bahasa lisan, sementara yang lain mungkin lebih dekat dengan komunitas tuli dan menggunakan bahasa isyarat.
- Tuli: Orang tuli sering memiliki identitas budaya yang kuat terkait dengan komunitas tuli dan bahasa isyarat. Mereka mungkin mengidentifikasi diri sebagai bagian dari “Deaf culture” yang memiliki nilai, norma, dan tradisi sendiri.
Implikasi dalam Kehidupan Sehari-hari
Perbedaan antara tunarungu dan tuli memiliki implikasi yang signifikan dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam hal pendidikan, pekerjaan, dan interaksi sosial. Misalnya, dalam konteks pendidikan, anak tunarungu mungkin membutuhkan layanan pendidikan khusus dan alat bantu dengar untuk mendukung pembelajaran mereka. Sementara itu, anak tuli mungkin membutuhkan lingkungan pendidikan yang menggunakan bahasa isyarat sebagai bahasa pengantar.
Di tempat kerja, orang tunarungu mungkin memerlukan penyesuaian seperti alat bantu dengar atau teks tertulis, sedangkan orang tuli mungkin memerlukan penerjemah bahasa isyarat atau teknologi visual lainnya. Penting bagi masyarakat untuk memahami dan menghormati perbedaan ini, serta menyediakan dukungan yang diperlukan untuk memastikan inklusi dan aksesibilitas bagi semua individu dengan gangguan pendengaran.
Pemahaman yang tepat tentang perbedaan antara tunarungu dan tuli adalah langkah penting dalam menciptakan lingkungan yang inklusif dan mendukung. Dengan memahami perbedaan ini, kita dapat lebih baik mendukung kebutuhan dan hak individu dengan gangguan pendengaran, serta mempromosikan kesetaraan dan partisipasi penuh dalam masyarakat.