in

Review Film “Jalan yang Jauh, Jangan Lupa Pulang” Penuh Makna

jalan yang jauh, jangan lupa pulang

Setelah kesuksesan “Nanti Kita Cerita tentang Hari Ini” (2020), Visinema Pictures kembali mempersembahkan sekuel yang dinantikan, “Jalan yang Jauh, Jangan Lupa Pulang”. 

Disutradarai oleh Angga Dwimas Sasongko, film ini melanjutkan cerita yang diadaptasi dari novel karya Marchella FP. Dirilis pada Februari 2023, sekuel ini mengisahkan perjalanan hidup Aurora (Sheila Dara) yang kini kuliah di luar negeri.

Sinopsis singkat

Cerita berfokus pada Aurora yang memutuskan melanjutkan studinya di luar negeri setelah akhir dari NKCTHI. Namun, kehidupan di negeri orang tidak semudah yang dibayangkan. Aurora bahkan sempat hilang kontak dengan keluarganya selama dua bulan. 

Kekhawatiran ini mendorong Angkasa (Rio Dewanto) dan Awan (Rachel Amanda) untuk menyusulnya. 

Alur Non-Linear yang menantang

Berbeda dengan film pertamanya yang lebih fokus pada konflik keluarga, “Jalan yang Jauh, Jangan Lupa Pulang” lebih banyak mengeksplorasi arti rumah yang sesungguhnya. 

Alur cerita yang digunakan bersifat non-linear, dimana penyebab konflik baru terungkap setelah momen permasalahan muncul. 

Ini memberikan sudut pandang yang menarik, seolah penonton menjadi pihak ketiga yang baru memahami konflik setelah mendengar cerita dari karakter lain.

Namun, alur non-linear ini mungkin tidak cocok untuk semua orang. Beberapa penonton mungkin merasa kebingungan dengan alur yang terasa acak. 

Meski demikian, bagi mereka yang bisa mengikuti, konsep ini menambah kedalaman dan keunikan pada cerita.

Karakter yang relatable

Tiga saudara, Angkasa, Aurora, dan Awan, kembali dengan kisah yang lebih mendalam dan relatable. Aurora, sebagai anak tengah yang selalu merasa terasing dalam keluarganya, menjadi pusat cerita yang penuh emosi. 

Karakter tambahan seperti Honey (Lutesha) dan Kit (Jerome Kurnia) juga memberikan warna baru dengan kisah mereka yang menarik.

Jem (Ganindra Bimo) yang berperan sebagai antagonis pun memiliki latar belakang yang bisa dimengerti dan terasa dekat dengan kehidupan nyata. 

Kehadiran karakter-karakter ini membuat penonton bisa merasakan keterhubungan emosional yang lebih kuat.

Dialog yang mengalir dan realistis

Salah satu kekuatan utama film ini adalah dialognya yang terasa sangat alami. Dengan latar tempat di luar negeri, percakapan dalam film ini menggunakan campuran bahasa Indonesia dan Inggris secara pas. 

Dialog-dialog ini tidak hanya mengalir dengan lancar, tetapi juga realistis dan tidak terkesan dibuat-buat untuk tampak puitis. Momen-momen pertengkaran dalam film juga ditampilkan dengan sangat natural, membuat penonton merasa seolah menyaksikan kejadian nyata.

Sinematografi dan soundtrack yang memanjakan indra

Sinematografi dalam “Jalan yang Jauh, Jangan Lupa Pulang” benar-benar memukau. Teknik kamera dan komposisi yang digunakan mampu memanjakan mata penonton, dengan pewarnaan adegan yang memberikan makna mendalam terhadap konflik yang dihadapi karakter. 

Selain itu, soundtrack yang dipilih, seperti lagu “Jalan Pulang” dari Yura Yunita, berhasil meningkatkan emosi dalam berbagai adegan, membuat pengalaman menonton semakin menyentuh.

Secara keseluruhan, “Jalan yang Jauh, Jangan Lupa Pulang” berhasil menjadi sekuel yang lebih heartwarming dan mendalam dibandingkan film pertamanya. 

Dengan penceritaan yang rapi, karakter yang relatable, dialog yang alami, serta sinematografi dan soundtrack yang memukau, film ini menawarkan pengalaman menonton yang tak terlupakan. 

Jadi, pastikan untuk menyaksikannya di bioskop dan merasakan sendiri kehangatan cerita yang disuguhkan.