in

Serial The Crown: Menggali Kisah di Balik Kehidupan Ratu Elizabeth II

the crown

Serial televisi drama sejarah “The Crown” menjadi sorotan sejak diluncurkan oleh Netflix pada tanggal 4 November 2016. 

Diciptakan oleh Peter Morgan, yang sebelumnya meraih nominasi Oscar untuk film-film seperti “The Queen” (2007) dan “Frost/Nixon” (2009), serial ini menggambarkan pemerintahan Ratu Elizabeth II dari Britania Raya dan wilayah Persemakmuran lainnya dari tahun 1952 hingga 2022.

Penerimaan awal yang luar biasa

Musim pertama “The Crown” dengan jelas mendapat sambutan meriah dari kritikus dan penonton. Dalam sepuluh episode perdana, penonton dibawa menyusuri kehidupan awal Ratu Elizabeth II, dari pernikahannya pada tahun 1947 hingga tahun-tahun awal masa pemerintahannya hingga 1955. 

Dalam rentang waktu ini, peristiwa penting seperti kematian Raja George VI yang menaikkan Elizabeth ke tahta, serta pengunduran diri Winston Churchill sebagai perdana menteri, menjadi fokus utama cerita.

Claire Foy dan akting memukau

Dalam peran utama sebagai Ratu Elizabeth II, Claire Foy memukau penonton dengan penampilannya yang memikat. 

Sebelumnya dikenal melalui peran-peran kecil, khususnya dalam film “The Lady in the Van” (2015) bersama Maggie Smith, akting Foy dalam “The Crown” membawanya meraih berbagai penghargaan bergengsi seperti Golden Globe dan Primetime Emmy Awards.

Penghargaan dan pujian

Dilengkapi dengan produksi yang mendalam dan sinematografi yang memukau, “The Crown” dianugerahi berbagai penghargaan, termasuk 21 Primetime Emmy Award untuk empat musim pertamanya. 

Kritikus memuji serial ini karena penggambaran pribadi dan kompleks tentang kehidupan kerajaan, sambil menghadirkan kreasi ulang yang indah dari setiap detail, mulai dari Ruang Tahta di Buckingham.

Kontroversi seputar akurasi sejarah

Meskipun dipuji karena kualitas produksinya yang tinggi, “The Crown” tidak luput dari kritik terkait akurasi sejarahnya. 

Sejak musim kedua hingga musim keenam bagian pertama yang baru saja dirilis pada November 2023, serial ini semakin diperhatikan atas keakuratannya dalam menggambarkan kehidupan sebenarnya di dalam keluarga kerajaan.

Pentingnya akurasi dalam representasi

Perdebatan seputar keakuratan dalam film dan serial tidaklah baru. Contohnya, film seperti “Kingdom of Heaven” (2005) karya Ridley Scott mendapat sorotan keras dari sejarawan karena menggambarkan peristiwa sejarah dengan interpretasi yang sangat berbeda. 

Begitu pula dengan “Green Book” (2018), yang meskipun memenangkan Academy Award, dikecam oleh keluarga Donald Shirley karena dramatisasi yang dianggap tidak akurat.

Penggambaran kontroversial tentang Putri Diana

Di musim keenam bagian pertama “The Crown”, fokus utamanya adalah pada kehidupan Putri Diana pasca-perceraian. 

Peter Morgan, sebagai kreator, menyajikan berbagai peristiwa termasuk kehidupan pribadi Diana yang penuh kontroversi, dari hubungannya dengan Mohamed Al Fayed hingga kematian tragisnya di Paris. 

Meskipun disajikan sebagai drama, penggambaran ini tetap menuai kontroversi dan kritik atas akurasinya.

Seperti banyak karya seni yang mengambil setting sejarah, “The Crown” menghadapi tantangan untuk mempertahankan keseimbangan antara dramatisasi artistik dan keakuratan historis. 

Meskipun demikian, kepopuleran dan ketertarikan publik pada serial ini menunjukkan bahwa penonton seringkali lebih tertarik pada kualitas penyampaian cerita daripada keakuratan sejarah murni.

Dengan begitu, “The Crown” tetap menjadi salah satu contoh yang menarik dalam perdebatan tentang bagaimana seharusnya karya seni menghadapi dan merepresentasikan sejarah, sambil tetap mempertahankan nilai artistik dan daya tariknya bagi penonton modern.