in

Panahan di Yogyakarta, dari Tradisi hingga Atlet berprestasi

Kontingen panahan Indonesia panen medali emas di SEA Games 2021. Foto: Antara

Olahraga panahan di Yogyakarta memiliki sejarah panjang dan kaya, mencerminkan warisan budaya dan tradisi yang telah ada sejak zaman Kerajaan Mataram. Di daerah ini, panahan bukan hanya sekadar olahraga, tetapi juga bagian dari identitas budaya dan spiritualitas masyarakat.

Sejarah panahan di Yogyakarta

Panahan telah menjadi bagian integral dari budaya Yogyakarta sejak zaman Kerajaan Mataram. Pada masa itu, panahan bukan hanya digunakan sebagai alat berburu dan berperang, tetapi juga sebagai sarana latihan fisik dan spiritual bagi para ksatria. Kerajaan Mataram menganggap panahan sebagai keterampilan penting yang harus dimiliki oleh para prajurit.

Tradisi jemparingan

Salah satu bentuk panahan tradisional yang masih lestari di Yogyakarta adalah jemparingan. Jemparingan adalah gaya panahan tradisional Jawa yang berbeda dari panahan modern. Dalam jemparingan, pemanah duduk bersila dan memanah dengan busur tradisional (jemparing) yang terbuat dari bambu atau kayu. Sasaran jemparingan biasanya berupa boneka kecil yang disebut “bandhul” yang digantung di tali.

Perkembangan panahan modern

Selain jemparingan, panahan modern juga berkembang di Yogyakarta. Perkembangan ini dimulai pada pertengahan abad ke-20 ketika olahraga panahan mulai dikenal secara lebih luas di Indonesia. Federasi Panahan Indonesia (PERPANI) yang didirikan pada tahun 1953 membantu mempopulerkan olahraga ini di seluruh Indonesia, termasuk Yogyakarta.

Klub dan komunitas Panahan

Banyak klub dan komunitas panahan bermunculan di Yogyakarta, yang menyediakan pelatihan dan fasilitas bagi para peminat panahan. Klub-klub ini tidak hanya fokus pada panahan modern tetapi juga melestarikan panahan tradisional jemparingan. Beberapa klub panahan terkenal di Yogyakarta antara lain adalah Persatuan Panahan Indonesia (PERPANI) Yogyakarta, Jemparingan Mataram, dan beberapa klub panahan di kampus-kampus seperti Universitas Gadjah Mada (UGM).

Fasilitas dan infrastruktur

Yogyakarta memiliki beberapa fasilitas panahan yang memadai untuk mendukung latihan dan kompetisi. Lapangan panahan tersedia di berbagai lokasi, termasuk di pusat pelatihan olahraga, kampus-kampus, dan klub-klub panahan. Beberapa tempat yang terkenal sebagai pusat latihan panahan antara lain Stadion Mandala Krida dan lapangan-lapangan yang dikelola oleh klub panahan setempat.

Prestasi dan kompetisi

Atlet panahan dari Yogyakarta sering kali menunjukkan prestasi gemilang di tingkat nasional dan internasional. Mereka berpartisipasi dalam berbagai kompetisi seperti Pekan Olahraga Nasional (PON), Kejuaraan Nasional Panahan, dan kompetisi internasional. Beberapa atlet panahan dari Yogyakarta bahkan berhasil meraih medali di ajang internasional seperti SEA Games dan Asian Games. Bahkan ada juga yang sampai berlaga di Olimpiade Paris 2024, yakni Arif Dwi Pangestu.

Pendidikan dan pelatihan

Untuk mendukung perkembangan panahan, berbagai program pelatihan dan pendidikan juga diselenggarakan. Sekolah-sekolah dan universitas di Yogyakarta sering kali mengadakan ekstrakurikuler panahan, memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengenal dan mengembangkan keterampilan panahan. Selain itu, pelatihan intensif juga disediakan oleh klub-klub panahan bagi mereka yang serius dalam mengejar karier di bidang ini.

Dukungan pemerintah dan organisasi

Pemerintah daerah Yogyakarta dan berbagai organisasi olahraga turut berperan dalam mempromosikan dan mendukung perkembangan panahan. Dukungan ini mencakup penyediaan fasilitas, penyelenggaraan kompetisi, dan pemberian bantuan kepada atlet berprestasi. Pemerintah juga sering kali bekerja sama dengan PERPANI dan klub-klub panahan untuk menyelenggarakan acara dan festival yang mempromosikan panahan.

Budaya dan spiritualitas

Panahan di Yogyakarta tidak bisa dipisahkan dari nilai-nilai budaya dan spiritualitas. Jemparingan, misalnya, bukan hanya sekadar olahraga, tetapi juga dianggap sebagai latihan spiritual yang mengajarkan ketenangan, konsentrasi, dan keseimbangan batin. Setiap gerakan dalam jemparingan memiliki makna filosofis yang mendalam, mencerminkan ajaran-ajaran kebijaksanaan Jawa.