Paralimpiade adalah ajang olahraga internasional yang diadakan untuk atlet penyandang disabilitas fisik, mental, dan sensorik. Ajang ini diselenggarakan oleh Komite Paralimpiade Internasional (IPC) dan diadakan setiap empat tahun, bersamaan dengan Olimpiade. Paralimpiade modern pertama kali diadakan pada tahun 1960 di Roma, Italia, sebagai kelanjutan dari permainan Stoke Mandeville yang diselenggarakan untuk veteran perang dengan cedera tulang belakang.
Indonesia pertama kali berpartisipasi dalam Paralimpiade pada tahun 1976 di Toronto, Kanada. Partisipasi awal Indonesia di Paralimpiade lebih difokuskan pada meningkatkan kesadaran dan kesempatan bagi atlet penyandang disabilitas di dalam negeri. Atlet-atlet yang dikirim pada masa awal ini menghadapi berbagai tantangan, mulai dari minimnya fasilitas latihan hingga kurangnya dukungan finansial dan logistik.
Keikutsertaan pertama kali Indonesia itu tidak lepas dari pembentukan NPC Indonesia yang berjuang dalam sejarah panjang perjuangan olahraga penyandang disabilitas di Indonesia. Pada awalnya, kegiatan olahraga untuk penyandang disabilitas di Indonesia lebih banyak diinisiasi oleh lembaga-lembaga sosial dan organisasi nirlaba. Salah satu tonggak penting dalam sejarah ini adalah pendirian Yayasan Pembinaan Olahraga Cacat (YPOC) pada tahun 1962, yang menjadi cikal bakal berbagai kegiatan olahraga untuk penyandang disabilitas di Indonesia.
Seiring dengan perkembangan waktu dan kebutuhan akan organisasi yang lebih terstruktur, maka pada tahun 1993, NPC Indonesia resmi dibentuk. Pembentukan ini didukung oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) serta berbagai organisasi yang peduli terhadap olahraga penyandang disabilitas. NPC Indonesia diakui oleh Komite Paralimpiade Internasional (IPC) sebagai badan resmi yang mewakili Indonesia dalam ajang Paralimpiade dan kompetisi internasional lainnya.
Seiring berjalannya waktu, perhatian dan dukungan terhadap atlet Paralimpiade Indonesia semakin meningkat. Hal ini terlihat dari peningkatan prestasi yang dicapai oleh para atlet di berbagai ajang Paralimpiade. Misalnya, pada Paralimpiade 2016 di Rio de Janeiro, Brasil, Indonesia berhasil meraih medali perak pertama di cabang olahraga bulu tangkis melalui atlet Ni Nengah Widiasih di nomor angkat berat putri.
Pada Paralimpiade Tokyo 2020, yang diadakan pada tahun 2021 karena pandemi COVID-19, Indonesia meraih prestasi gemilang dengan perolehan total sembilan medali: dua emas, tiga perak, dan empat perunggu. Medali emas diraih oleh Leani Ratri Oktila dalam cabang bulu tangkis, yang juga meraih perak di nomor ganda campuran bersama Hary Susanto.
Kesuksesan Indonesia di ajang Paralimpiade tidak terlepas dari berbagai inisiatif dan program pengembangan olahraga untuk penyandang disabilitas. Pemerintah, melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), bekerja sama dengan Komite Paralimpiade Nasional Indonesia (NPC Indonesia) untuk menyediakan fasilitas latihan, program pelatihan, dan dukungan finansial bagi para atlet.
Selain itu, berbagai lembaga swadaya masyarakat dan organisasi nirlaba juga turut berperan dalam mendukung pengembangan olahraga untuk penyandang disabilitas. Mereka menyediakan program pelatihan, peralatan olahraga, dan penyelenggaraan kompetisi di tingkat nasional dan daerah. Dukungan dari sektor swasta juga semakin meningkat, dengan banyak perusahaan yang memberikan sponsor dan beasiswa untuk para atlet Paralimpiade.