Film Brazil yang diadaptasi dari novel tahun 1997 dengan judul yang sama, “City of God” (Cidade de Deus), mengisahkan kehidupan keras di Rio de Janeiro dari akhir tahun 60 an hingga awal 80an.
Terinspirasi dari kisah nyata, film ini menceritakan tentang sekelompok pemuda yang tumbuh menjadi gangster penguasa kota akibat masa kecil yang penuh tantangan.
Munculnya Gangster Kota dari The Tender Trio
Cerita dimulai dengan tiga pemuda yang dikenal sebagai The Tender Trio, yang selalu membuat kekacauan dengan mencuri dari para penjual yang melintasi kota.
Li’l Ze (Leandro Firmino), seorang anak yang belajar dari The Tender Trio, terinspirasi untuk menjadi penguasa kota.
Ketika dewasa, Li’l Ze dan sahabatnya Benny (Phellipe Haagensen) menguasai sisi gelap City of God dengan mengendalikan bisnis narkoba, jual-beli senjata api, perampokan bank, dan bahkan menyuap polisi agar aksi kejahatan mereka tetap berjalan lancar.
Rocket: Fotografer di Tengah Kekacauan
Di sisi lain, Rocket (Alexandre Rodrigues), adik dari Goose, salah satu anggota The Tender Trio, merasa muak dengan kekerasan di kotanya. Ia memutuskan untuk mengejar hobinya menjadi fotografer profesional.
Namun, keberadaannya di kota membuatnya sering berurusan dengan Li’l Ze. Meski begitu, keberuntungan menghampirinya saat ia menjadi saksi penting ketika tirani Li’l Ze berakhir dan digantikan oleh kekuasaan baru.
Menghadirkan Realitas Kehidupan yang Jarang Terlihat
“City of God” membawa penonton melihat daerah yang jarang dilihat, sebuah pengasingan bagi warga Brazil yang tidak memiliki penghasilan.
Dari tengah keterbatasan itu, muncul peristiwa besar yang awalnya hanya dimulai dari hal kecil. Semua pemain dalam film ini adalah aktor dan aktris pemula, banyak di antaranya diambil dari warga lokal.
Penampilan mereka luar biasa, terutama Leandro Firmino da Hora sebagai Ze yang berhasil menampilkan kebengisan dan aura psikopat yang memukau.
Pesan Moral di Balik Kekerasan
Meski menampilkan kekerasan yang keras dan brutal, film ini tidak melupakan pesan moral. Gangster, sekejam apapun, tetap memiliki rasa sayang kepada sahabatnya. Hal ini memberikan sentuhan emosional yang mendalam bagi penonton.
Selain itu, film ini mengajarkan bahwa memilih jalan yang benar akan membawa kebaikan. Rocket yang memilih jalannya sendiri berhasil bertahan hidup dan meraih kesuksesan.
Kekuatan Narasi dan Karakter
Kekuatan lain dari “City of God” adalah bagaimana setiap karakter mendapatkan porsi yang pas dalam cerita. Seperti sebuah twist, karakter yang awalnya terlihat minor ternyata memiliki peranan penting di adegan berikutnya.
Hubungan antara karakter dan sebab akibat dari perbuatan mereka ditampilkan dengan menarik dan cerdas. Selama lebih dari 2 jam, film ini selalu menghadirkan cerita yang emosional dan menarik.
Penghargaan dan Pengakuan
“City of God” mendapatkan banyak pengakuan, termasuk nominasi Oscar untuk Best Director, Best Cinematography, Best Writing, dan Best Film Editing.
Film ini juga dinominasikan untuk Golden Globe 2003 kategori Best Foreign Language Film dan memenangkan banyak penghargaan lainnya seperti BAFTA Film Award, ABC Cinematography Award, TIFF 2002, dan Cinema Brazil Grand Prize 2003.
Dengan narasi yang kuat, karakter yang mendalam, dan pesan moral yang menyentuh, “City of God” adalah film crime/drama yang tidak hanya menampilkan sisi kelam kehidupan tetapi juga memberikan harapan dan inspirasi.