in

Nostalgia Seru dengan Film Jadul Back to the Future (1985)

back to the future

Sebelum sukses dengan film biografi “Forrest Gump” (1994), Robert Zemeckis mencuri perhatian dengan film science fiction yang lebih ringan namun tetap mengesankan, yaitu “Back to the Future” (1985). 

Film berdurasi 116 menit ini mengisahkan petualangan remaja Marty McFly (Michael J. Fox) bersama ilmuwan nyentrik Emmett “Doc” Brown (Christopher Lloyd) yang melakukan perjalanan melintasi waktu.

Penemuan ajaib dan petualangan tak terduga

Cerita dimulai ketika Doc menemukan sebuah mobil yang bisa melakukan perjalanan waktu. Doc meminta Marty untuk mendokumentasikan penemuan tersebut. 

Namun, ketika mereka tengah mempersiapkan demonstrasi, mereka dikejar oleh sekelompok orang Libya yang marah karena Doc mencuri plutonium mereka. Dalam situasi kacau itu, Marty tanpa sengaja terlempar ke tahun 1955 dengan mobil waktu tersebut.

Film Science-Fiction yang santai

Berbeda dari film science fiction lainnya yang cenderung serius, “Back to the Future” mengambil pendekatan yang lebih santai dan mudah diikuti. 

Cerita film ini mengalir dengan komedi yang tersebar di berbagai adegan. Pada 30 menit pertama, kita diperkenalkan pada kehidupan Marty yang biasa saja dan Doc dengan eksperimen-eksperimen anehnya yang sering gagal.

Ketegangan mulai terasa saat Marty terjebak di tahun 1955. Usahanya untuk kembali ke tahun 1985 disajikan dengan adegan-adegan komikal dan sedikit dramatis. 

Selain itu, subplot mengenai kisah cinta ayah dan ibu Marty sebelum menikah ditampilkan secara harmonis dengan plot utama, menambah kedalaman cerita tanpa terasa berlebihan.

Konflik dan akhir yang menggantung

Konflik semakin memuncak di 30 menit terakhir film, dimana Marty harus mencari cara untuk kembali ke masanya. Film ini ditutup dengan open ending yang memicu dibuatnya sekuel “Back to the Future II” (1989). 

Kesuksesan film ini juga melahirkan berbagai sekuel dan adaptasi lainnya, termasuk serial TV dan film pendek, menjadikannya sebuah franchise yang dikenang sepanjang masa.

Properti dan efek khusus yang ikonik

Salah satu kelebihan “Back to the Future” adalah penggunaan properti yang menarik dan sesuai dengan zamannya. The DeLorean Time Machine, mobil yang digunakan untuk perjalanan waktu, menjadi ikon dan banyak diincar kolektor setelah film dirilis. 

Penggunaan efek suara dan efek khusus juga menjadi daya tarik tersendiri. Efek-efek ini terlihat begitu nyata dan menarik secara visual, sehingga film ini memenangkan Academy Awards untuk kategori Best Sound Effects Editing.

Musik juga memainkan peran penting dalam kesuksesan film ini. Alan Silvestri berhasil menghadirkan musik dengan tempo upbeat dan heroik, serta sentuhan khas tahun 80-an. 

Salah satu adegan yang memorable adalah ketika Marty memainkan lagu Chuck Berry dengan gitar, yang semakin memperkaya pengalaman menonton.

Chemistry luar biasa Michael J. Fox dan Christopher Lloyd

Michael J. Fox dan Christopher Lloyd berhasil menciptakan chemistry yang unik antara Marty dan Doc. 

Meski film tidak menjelaskan secara detail bagaimana mereka pertama kali bertemu, hubungan antara profesor eksentrik dan remaja biasa ini terasa alami dan menyenangkan untuk disaksikan.

Pemeran pendukung lainnya juga tampil memukau. Crispin Glover sukses memerankan George McFly yang culun dan lemah.

namun mengalami perkembangan karakter setelah bertemu Marty di tahun 1955. Lea Thompson tampil apik sebagai Lorraine yang lugu namun genit, sementara Thomas F. Wilson memerankan Biff Tannen dengan akting tengil yang memukau.

“Back to the Future” adalah film science fiction yang berbeda berkat penyajiannya yang ringan dan mengalir. Film ini cocok untuk ditonton oleh siapa saja, baik penggemar film sci-fi maupun penonton umum. 

Dengan plot yang seru, karakter yang kuat, dan efek visual yang mengesankan, “Back to the Future” layak menjadi tontonan yang abadi. Anda bisa kembali menikmati film ini di Netflix dan merasakan kembali petualangan waktu yang seru bersama Marty dan Doc.