in

Japeth Aguilar, Pebasket Berdarah Indonesia-Filipina yang Bermain di NBA

Japeth Aguilar Foto : Facebook

Japeth Aguilar, meskipun lebih dikenal sebagai pemain basket asal Filipina, memiliki hubungan yang kuat dengan Indonesia melalui darah keturunan ibunya. Lahir pada 25 Januari 1987 di Sasmuan, Pampanga, Filipina, Japeth Paul Cabrera Aguilar tumbuh menjadi salah satu pebasket paling berbakat di Asia Tenggara. Dengan tinggi 6 kaki 9 inci (206 cm), Japeth dikenal karena kemampuan atletiknya yang luar biasa, kelincahan, dan kemampuannya bermain di berbagai posisi, terutama sebagai power forward dan center.

Japeth memulai karier basketnya di Universitas Ateneo de Manila, di mana ia bermain untuk tim Blue Eagles di liga universitas Filipina, UAAP. Prestasinya di lapangan menarik perhatian banyak orang, dan ia dengan cepat menjadi salah satu pemain bintang di liga tersebut. Setelah menunjukkan bakatnya di tingkat universitas, Japeth memutuskan untuk melanjutkan pendidikan dan karir basketnya di Amerika Serikat. Di Amerika, ia melanjutkan studinya di Western Kentucky University, di mana ia bermain untuk tim Hilltoppers. Meski perjalanannya di NCAA tidak selalu mulus, Japeth tetap menunjukkan potensi yang luar biasa dengan kemampuan bertahannya dan daya ledak yang memukau.

Setelah menyelesaikan studinya, Japeth kembali ke Filipina dan bermain untuk tim lokal di liga profesional Filipina, PBA (Philippine Basketball Association). Di PBA, Japeth bermain untuk beberapa tim, termasuk Talk ‘N Text Tropang Texters dan Barangay Ginebra San Miguel. Permainannya di liga lokal semakin mematangkan kemampuannya, terutama dalam hal rebound, blok, dan kemampuan mencetak poin dari jarak dekat. Kiprahnya yang cemerlang di PBA membuatnya menjadi salah satu pemain paling populer di Filipina.

Pada tahun 2012, Japeth memutuskan untuk mengambil langkah besar dalam kariernya dengan mencoba peruntungannya di NBA. Ia mendapatkan kesempatan untuk bergabung dengan Santa Cruz Warriors, tim afiliasi dari Golden State Warriors di NBA Development League (sekarang dikenal sebagai G League). Meski tidak bermain dalam pertandingan resmi NBA, keikutsertaannya dalam sesi latihan dan beberapa pertandingan pra-musim bersama Santa Cruz Warriors menunjukkan bahwa Japeth memiliki kemampuan untuk bersaing di level yang lebih tinggi. Pengalaman ini menjadi puncak dari usaha kerasnya dan dedikasinya terhadap basket.

Meskipun kariernya di NBA tidak berlangsung lama, pengalaman tersebut memberikan Japeth wawasan berharga dan inspirasi bagi banyak pemain basket di Asia, termasuk Indonesia, untuk bermimpi dan berusaha mencapai level tertinggi dalam olahraga basket. Setelah kembali ke Asia, Japeth terus bermain di PBA dan memperkuat tim nasional Filipina dalam berbagai kompetisi internasional, termasuk FIBA Asia Championship dan Asian Games.

Keberhasilan Japeth Aguilar dalam mencapai NBA, meskipun singkat, menunjukkan komitmen dan determinasi yang luar biasa. Kisahnya adalah bukti bahwa dengan kerja keras, ketekunan, dan keyakinan, pemain dari wilayah mana pun dapat mencapai panggung terbesar dalam dunia olahraga. Japeth tidak hanya menjadi ikon basket di Filipina tetapi juga inspirasi bagi pemain basket muda di seluruh Asia Tenggara yang bercita-cita tinggi dalam karir olahraga mereka.