Menangis merupakan respon alami seseorang yang sedang merasakan sesuatu secara emosional seperti sedih, atau sakit hati. Menangis juga bisa terjadi ketika seseorang merasa terharu atau adanya perasaan bahagia. Namun, jika seseorang menangis tanpa merasakan perasaan tersebut, mungkin bisa disebabkan adanya masalah kesehatan. Lalu apa saja penyebabnya? Berikut penjelasan lengkap di bawah ini.
1. Gangguan kecemasan dan stres
Alasan pertama yang mendasari seseorang menangis tanpa alasan adalah mengalami gangguan kecemasan dan stres. Gangguan kecemasan atau generalized anxiety disorder (GAD) membuat penderitanya merasa panik berlebihan, dengan jantung berdetak cepat dan sulit bernapas. Ini bisa menjadi alasan seseorang menangis tanpa alasan yang jelas.
2. Mengalami PMDD (Premenstrual Dysphoric Disorder)
Selain gangguan kecemasan dan stres, seseorang yang mengalami PMDD (premenstrual dysphoric disorderr) juga bisa menangis tanpa alasan yang jelas. PMDD mirip dengan PMS (pre-menstrual syndrome), tetapi gejalanya jauh lebih parah. Kondisi ini tidak hanya melibatkan gejala PMS yang intens, tetapi juga mencakup depresi, ketegangan, dan kemarahan yang meningkat.
Wanita yang memiliki riwayat depresi atau gangguan kecemasan lebih rentan terhadap PMDD. Meskipun penyebab pastinya belum sepenuhnya diketahui, banyak ahli percaya bahwa perubahan hormon sepanjang siklus menstruasi, termasuk serotonin, memainkan peran penting dalam kondisi ini.
Perasaan sedih yang muncul akibat PMDD dapat menyebabkan pikiran tentang mengakhiri hidup. Oleh karena itu, emosi wanita yang mengalami PMDD sering kali tidak terkendali, menyebabkan mereka mudah menangis. Perubahan hormon dan gejala emosional yang parah berkontribusi pada kondisi ini, menjelaskan mengapa mereka bisa menangis tanpa sebab yang jelas.
3. Mengalami Pseudobulbar Affect
Kondisi yang dikenal sebagai pseudobulbar affect adalah kondisi di mana seseorang mengalami perubahan emosi yang tidak terkendali, seperti menangis, marah, atau tertawa tanpa alasan yang jelas. Kondisi ini disebabkan oleh cedera pada saraf otak yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mengatur emosinya, dan sering disebut juga sebagai inkontinensia emosional.
Seseorang yang memiliki riwayat penyakit stroke, Alzheimer, Parkinson, atau multiple sclerosis lebih berisiko mengalami pseudobulbar affect. Gejala PBA sering kali mirip dengan depresi, sehingga bisa salah didiagnosis. Selain menangis, PBA juga dapat menyebabkan tawa tiba-tiba tanpa kontrol, yang bisa menyulitkan penderitanya dalam situasi tertentu.