in

Imane Khalef Petinju Aljazair yang Kontroverisial

Imane Khelif adalah seorang petinju wanita berbakat asal Aljazair yang lahir pada 1 Januari 1999 di Tizi Ouzou, sebuah kota di wilayah Kabylie. Ia dikenal sebagai salah satu petinju wanita paling menonjol dari Aljazair, yang telah mengukir prestasi di kancah internasional. Khelif mulai menunjukkan minat dalam dunia tinju sejak usia muda dan mengembangkan keterampilannya melalui latihan yang intens dan dedikasi yang kuat terhadap olahraga ini.

Khelif mulai terjun ke dunia tinju profesional dengan semangat yang luar biasa, dan segera menarik perhatian para penggemar dan pelatih tinju dengan gaya bertarungnya yang agresif namun terukur. Kariernya mulai menanjak ketika ia mulai berpartisipasi dalam kompetisi nasional dan internasional, di mana ia sering kali menunjukkan performa yang mengesankan dan keberanian yang luar biasa di dalam ring.

Salah satu momen penting dalam karier Khelif adalah partisipasinya dalam Kejuaraan Dunia Tinju Wanita. Di sana, ia bertarung melawan beberapa petinju terbaik dunia dan berhasil menempatkan dirinya sebagai salah satu pesaing utama. Meskipun menghadapi berbagai tantangan, termasuk ketidakadilan dalam beberapa penilaian pertandingan, Khelif terus menunjukkan semangat juang yang tinggi dan tidak pernah menyerah.

Namun, perjalanan kariernya tidak selalu mulus. Pada tahun 2023, Khelif terlibat dalam kontroversi besar ketika ia didiskualifikasi dari Kejuaraan Dunia Tinju di New Delhi. Diskualifikasi ini disebabkan oleh dugaan ketidakpatuhan terhadap kriteria kelayakan yang ditetapkan oleh Asosiasi Tinju Internasional (IBA). Imane Khelif dijadwalkan menghadapi Yang Liu dari China di final kelas welter di K.D Jadhav Indoor Hall di New Delhi, namun dia dikeluarkan dari acara tersebut. Menurut informasi dari insidethegames, juara dunia ganda Lin Yu-ting dari Chinese Taipei, yang seharusnya mengumpulkan medali perunggu kelas bulu, juga dikeluarkan setelah diketahui bahwa dia juga tidak memenuhi kriteria kelayakan IBA. Media Aljazair melaporkan bahwa Khelif menjalani tes hormon yang menunjukkan tingkat testosteron yang terlalu tinggi di dalam tubuhnya. Khelif mengunggah video di media sosial yang mengklaim bahwa dia adalah korban dari “konspirasi.”

Imane Khelif yang berusia 23 tahun mengklaim bahwa ia diberitahu memiliki “karakteristik” yang mencegahnya bertarung melawan wanita. Dalam wawancara dengan situs web Aljazair Kooora, Khelif mengatakan bahwa ia sering dibully karena penampilannya, tetapi tetap berjuang. Ia merasa sangat terkejut karena dikeluarkan dari final ketika peluangnya untuk memenangkan medali emas sangat besar. IBA mengungkapkan bahwa Janjaem Suwannapheng dari Thailand, yang dikalahkan oleh Khelif di semifinal, akan menggantikannya di pertandingan perebutan medali emas.

Kontroversi ini memicu reaksi keras dari berbagai pihak, termasuk Komite Olimpiade Internasional (IOC), yang menekankan pentingnya tata kelola yang baik dan keadilan dalam olahraga. IOC mengkritik keputusan IBA yang dianggap sewenang-wenang dan tidak berdasarkan bukti ilmiah yang kuat. Meskipun menghadapi situasi yang sulit ini, Khelif tetap teguh dan bertekad untuk melanjutkan kariernya di dunia tinju.

Kontroversi ini semakin memanas di Paris 2024 ketika Khelif dan petinju asal Taiwan, Lin Yu-ting, yang juga sebelumnya didiskualifikasi, diizinkan bertanding. Fiona Mcanena dari organisasi Fair Play for Women mengkritik kebijakan IOC yang dianggap “mengerikan” dan menuduh mereka membahayakan nyawa wanita dengan mengizinkan petinju yang tidak memenuhi tes kelayakan gender bertanding. Mcanena menegaskan bahwa kebijakan IOC yang tidak menganggap ada keuntungan berdasarkan identitas transgender atau perbedaan perkembangan seks sangat tidak adil bagi atlet wanita.

Sehingga pada gelaran Olimpiade Paris setelah lawannya, Angela Carini dari Italia, mengundurkan diri hanya dalam waktu 46 detik.