in

Sejarah Manchester City dan Rivalitasnya dengan MU

Erling Haaland, striker Manchester City mengangkat trofi Liga Inggris. Foto: Twitter/@DXBRUYNESZN

Manchester City, salah satu klub sepak bola paling sukses di Inggris saat ini, memiliki sejarah panjang yang penuh dengan liku-liku. Dari awal yang sederhana hingga menjadi kekuatan dominan di Premier League, perjalanan Manchester City dipenuhi dengan kisah-kisah dramatis, termasuk rivalitas sengit dengan tetangga mereka, Manchester United.

Klub ini didirikan pada tahun 1880 dengan nama St. Mark’s (West Gorton) oleh seorang pendeta lokal, Arthur Connell, dan putrinya, Anna Connell, di wilayah timur Manchester. Pada tahun 1887, klub ini mengubah namanya menjadi Ardwick A.F.C. dan kemudian menjadi Manchester City pada tahun 1894. Perubahan nama ini menandai awal perjalanan mereka di dunia sepak bola profesional.

Manchester City memenangkan gelar besar pertamanya pada tahun 1904 ketika mereka mengangkat trofi Piala FA. Prestasi ini membuat mereka menjadi klub pertama dari Manchester yang memenangkan gelar nasional. Meskipun meraih kesuksesan awal, City sering mengalami pasang surut dalam dekade-dekade berikutnya, dengan degradasi dan promosi yang sering terjadi.

Rivalitas antara Manchester City dan Manchester United, yang dikenal sebagai Derby Manchester, adalah salah satu rivalitas paling panas dan terkenal dalam sepak bola Inggris. Meskipun keduanya berbasis di kota yang sama, sejarah dan perjalanan kedua klub ini sangat berbeda.

Manchester United didirikan pada tahun 1878, lebih awal dari Manchester City, dan meraih popularitas serta kesuksesan yang lebih cepat. Selama sebagian besar abad ke-20, United menjadi klub yang lebih dominan, terutama di bawah manajer legendaris Sir Matt Busby dan kemudian Sir Alex Ferguson. Manchester United meraih berbagai gelar liga, Piala FA, dan Liga Champions, sementara City sering kali berjuang untuk bertahan di papan atas.

Rivalitas ini semakin panas seiring berjalannya waktu, terutama ketika keduanya bermain di divisi yang sama. Namun, selama beberapa dekade, United sering kali dianggap sebagai klub yang lebih sukses dan berprestasi, sementara City sering dipandang sebelah mata sebagai “klub tetangga yang lebih kecil.”

Segalanya berubah pada tahun 2008 ketika Sheikh Mansour bin Zayed Al Nahyan, seorang miliarder asal Abu Dhabi, membeli Manchester City. Investasi besar-besaran yang dilakukan Sheikh Mansour mengubah wajah klub secara drastis. City mulai mendatangkan pemain-pemain bintang seperti Carlos Tevez, Yaya Toure, dan Sergio Aguero, serta pelatih-pelatih kelas dunia seperti Roberto Mancini, Manuel Pellegrini, dan Pep Guardiola.

Di bawah kepemimpinan Sheikh Mansour, Manchester City meraih gelar Premier League pertama mereka pada tahun 2012 dengan cara yang dramatis. Pada hari terakhir musim itu, gol Sergio Aguero di menit-menit akhir pertandingan melawan Queens Park Rangers memastikan kemenangan 3-2 dan mengangkat City ke puncak klasemen, mengalahkan rival mereka, Manchester United, dengan selisih gol. Momen tersebut menjadi salah satu yang paling ikonik dalam sejarah Premier League dan semakin memperkuat rivalitas antara kedua klub.

Dalam dekade terakhir, rivalitas antara City dan United telah mencapai level baru. Manchester City telah memenangkan banyak gelar Premier League, sementara United sedang berusaha keras untuk kembali ke kejayaan mereka setelah pensiunnya Sir Alex Ferguson pada tahun 2013. City kini dianggap sebagai salah satu klub terkuat di Eropa, dengan gaya permainan menyerang yang atraktif di bawah Pep Guardiola.

Derby Manchester selalu menjadi pertandingan yang dinantikan oleh penggemar sepak bola di seluruh dunia. Pertemuan antara kedua tim ini bukan hanya soal tiga poin, tetapi juga soal kebanggaan, identitas kota, dan sejarah panjang persaingan mereka. Setiap pertandingan Derby dipenuhi dengan intensitas, baik di dalam maupun di luar lapangan, dengan penggemar dari kedua klub yang sangat bersemangat untuk mendukung tim mereka.