in

Pertarungan MMA Terintensif yang Paling Dikenang

Two professional MMA fighters boxing isolated on white studio background. Top view of couple of muscular athletes. Sport, healthy lifestyle, competition, dynamic and motion, action concept. Copyspace.

Dalam sejarah Mixed Martial Arts (MMA), terdapat banyak pertarungan yang meninggalkan kesan mendalam bagi para penggemar dan pengamat olahraga ini.

Namun, di antara sekian banyak pertandingan, ada beberapa yang diingat karena intensitasnya yang brutal, di mana kedua petarung menunjukkan keberanian dan kegigihan yang luar biasa, sering kali berakhir dengan kekerasan yang begitu dahsyat sehingga menjadi bagian dari legenda MMA.

Stephan Bonnar VS Forrest Griffin

Salah satu pertarungan MMA yang paling brutal terjadi pada tanggal 19 April 2002, ketika Forrest Griffin berhadapan dengan Stephan Bonnar di final The Ultimate Fighter (TUF) musim pertama. Pertarungan ini bukan hanya menentukan pemenang dari reality show tersebut, tetapi juga memainkan peran penting dalam mengubah nasib UFC sebagai organisasi dan MMA sebagai olahraga yang diakui secara luas. Pertarungan Griffin vs. Bonnar berlangsung selama tiga ronde yang penuh dengan semangat pantang menyerah dari kedua petarung.

Dari awal hingga akhir, Griffin dan Bonnar bertukar serangan dalam tempo yang sangat tinggi, dengan sedikit pertahanan yang dilakukan. Pertarungan ini sebagai salah satu yang paling dikenang dalam sejarah MMA. Tidak ada yang mundur, dan tidak ada yang menyerah, meskipun tubuh mereka jelas menunjukkan tanda-tanda kelelahan.

Ketika pertarungan mencapai akhirnya, para penggemar, baik di arena maupun yang menonton di rumah, berdiri memberikan penghormatan atas pertarungan yang mereka saksikan. Meskipun Forrest Griffin dinyatakan sebagai pemenang, keduanya memperoleh kontrak UFC, dan pertarungan ini sering dikreditkan dengan membantu menyelamatkan UFC dari ambang kebangkrutan, serta memperkenalkan MMA kepada audiens yang lebih luas di Amerika Serikat dan dunia.

Robbie Lawler VS Rory MacDonald

Pertarungan lain yang dikenal karena brutalitasnya adalah pertarungan antara Robbie Lawler dan Rory MacDonald di UFC 189 pada 11 Juli 2015. Pertarungan ini adalah rematch antara keduanya dan merupakan salah satu contoh sempurna dari apa yang disebut “bloodbath” dalam MMA.

Sejak ronde pertama, kedua petarung terlibat dalam pertukaran pukulan yang brutal, dengan Lawler yang terkenal karena kekuatannya, dan MacDonald yang dikenal karena teknik dan ketangguhannya. Namun, yang membuat pertarungan ini begitu brutal adalah cara di mana keduanya menolak untuk mundur, meskipun wajah mereka mulai hancur akibat serangan berulang-ulang.

MacDonald, yang mengalami kerusakan parah pada hidungnya, terus maju dan memberikan perlawanan sengit. Lawler, meskipun bibirnya robek dan darah mengucur dari wajahnya, terus bertahan dan menyerang dengan semangat juang yang tak tergoyahkan.

Pada akhirnya, di ronde kelima, Lawler berhasil mempertahankan gelarnya setelah MacDonald tak lagi mampu menahan rasa sakit dan jatuh ke lantai akibat pukulan terakhir. Pertarungan ini dinilai sebagai salah satu yang paling kejam dalam sejarah UFC, dengan kedua petarung membutuhkan waktu lama untuk pulih dari cedera yang mereka derita.

Pertarungan seperti ini, meskipun menghibur bagi penggemar, juga menunjukkan sisi gelap dari MMA, di mana kekerasan dan ketangguhan fisik sering kali menjadi penentu kemenangan. Kedua pertarungan ini, Griffin vs. Bonnar dan Lawler vs. MacDonald, menjadi ikon dalam sejarah MMA karena menunjukkan esensi dari olahraga ini: keberanian, semangat juang, dan ketahanan di bawah tekanan ekstrem. Mereka tidak hanya menciptakan momen-momen yang tak terlupakan, tetapi juga meninggalkan warisan yang akan dikenang oleh para penggemar MMA di masa mendatang.