in

Sejarah dan Perkembangan Olahraga Sumo

Sumo
Sumo. Foto; Pexels

Sumo adalah olahraga tradisional Jepang yang telah ada selama berabad-abad dan memiliki akar yang dalam dalam budaya Jepang. Sejarah sumo dapat ditelusuri kembali ke zaman kuno, bahkan sebelum catatan sejarah tertulis.

Olahraga ini awalnya tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga sebagai bagian dari ritual keagamaan yang bertujuan untuk memastikan panen yang baik dan melindungi dari bencana. Selama periode Nara (710–794) dan Heian (794–1185), sumo menjadi semakin terstruktur dan terorganisir, mulai mengambil bentuk yang lebih mirip dengan sumo modern. Pada masa ini, sumo sering digelar di istana kekaisaran sebagai bagian dari festival dan perayaan.

Seiring waktu, sumo berkembang menjadi olahraga kompetitif yang diatur oleh aturan-aturan yang ketat. Periode Edo (1603–1868) adalah masa yang sangat penting dalam perkembangan sumo, di mana sumo menjadi semakin populer di kalangan masyarakat umum dan tidak lagi terbatas pada kalangan istana.

Pada masa ini, sumo juga mulai mengadopsi sistem peringkat dan kompetisi yang lebih formal. Penggunaan dohyo, atau ring tempat para pesumo bertanding, juga menjadi standar pada masa ini, memberikan identitas yang lebih jelas pada olahraga sumo.

Perkembangan olahraga sumo saat ini

Sumo modern, seperti yang kita kenal sekarang, mulai terbentuk pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Jepang yang sedang mengalami modernisasi besar-besaran tetap mempertahankan sumo sebagai bagian penting dari identitas nasionalnya.

Organisasi sumo, seperti Japan Sumo Association, didirikan untuk mengatur pertandingan dan peringkat, serta menjaga tradisi dan integritas olahraga. Pertandingan sumo menjadi semakin populer di seluruh Jepang, dan para pesumo, yang dikenal sebagai rikishi, menjadi tokoh-tokoh terkenal di masyarakat. Pada masa ini, sumo mulai dikenal di luar Jepang, meskipun tetap menjadi olahraga yang sangat khas Jepang.

Pada abad ke-21, sumo menghadapi tantangan dan perubahan yang signifikan. Globalisasi dan pengaruh dari luar telah membuat sumo terbuka untuk pesumo dari berbagai negara, yang mengubah dinamika olahraga ini.

Saat ini, beberapa pesumo terbaik bukanlah orang Jepang, tetapi berasal dari negara lain seperti Mongolia, yang terkenal dengan juara sumo seperti Hakuho dan Asashoryu. Hal ini telah membawa perspektif baru dalam sumo dan memperluas daya tarik global olahraga ini, meskipun ada kekhawatiran di kalangan tradisionalis tentang hilangnya karakteristik khas Jepang dalam sumo.

Meskipun demikian, sumo tetap mempertahankan banyak tradisinya. Setiap pertandingan sumo diawali dengan ritual upacara yang kental dengan nuansa Shinto, agama asli Jepang. Para pesumo juga masih menjalani pelatihan yang sangat ketat dan disiplin, tinggal di sumo-beya atau istal sumo, di mana mereka menghabiskan hari-hari mereka dengan latihan fisik yang intens dan mengikuti aturan kehidupan yang sangat ketat. Disiplin dan dedikasi yang tinggi ini adalah bagian tak terpisahkan dari sumo, yang membuatnya tetap dihormati dan dianggap sebagai olahraga yang sangat prestisius di Jepang.

Saat ini, sumo terus berkembang dengan tetap menghormati akarnya yang dalam tradisi. Turnamen-turnamen sumo besar, yang dikenal sebagai honbasho, diadakan enam kali setahun di berbagai kota di Jepang dan selalu menarik perhatian banyak penggemar.

Teknologi modern dan media telah membawa sumo ke audiens yang lebih luas, baik di Jepang maupun di seluruh dunia. Meskipun menghadapi tantangan zaman, sumo tetap menjadi bagian penting dari warisan budaya Jepang, menunjukkan bagaimana olahraga ini berhasil bertahan dan beradaptasi sepanjang sejarah, sambil tetap setia pada tradisi yang telah membentuknya.