Untuk kasus depresi, terapi psikologis biasanya diberikan secara langsung. Namun, seiring kemajuan teknologi, perubahan gaya hidup, dan tuntutan di lapangan, terapi psikologis online sekarang menjadi alternatif yang populer untuk penanganan depresi di berbagai negara.
Salah satu keuntungan terapi online adalah bahwa terapi dapat diakses dari mana saja selama Anda memiliki koneksi internet, yang berarti Anda dapat mengatasi kesulitan mendapatkan layanan kesehatan mental.
Apa yang terjadi dengan Indonesia?
Pada 2018, setengah dari seluruh penduduk Indonesia adalah pengguna internet.
Sebaliknya, pada tahun 2010, dilaporkan bahwa tingkat kasus depresi di Indonesia mencapai 4,9%, atau lebih dari 12 juta orang. Selain itu, jumlah profesional kesehatan mental yang tersedia sangat terbatas, dengan hanya 0,29 psikiater dan 0,18 psikolog per 100.000 orang.
Berdasarkan situasi ini, terapi online untuk masalah psikologis memiliki potensi yang menjanjikan untuk digunakan di Indonesia karena dapat mengatasi masalah sulitnya mendapatkan layanan kesehatan mental. Selain itu, terapi online juga menjadi populer karena mengurangi stigma negatif yang melekat pada mencari bantuan untuk masalah kesehatan mental secara keseluruhan.
Penelitian yang kurang di Indonesia
Sejak lebih dari sepuluh tahun lalu, terapi psikologis online telah berkembang pesat. Di negara-negara maju, penggunaan internet sebagai metode penyembuhan depresi telah diteliti secara menyeluruh. Sebagai contoh, penelitian di Australia, Swedia, dan Belanda menunjukkan bahwa terapi psikologis berbasis internet dapat membantu menangani depresi dan mengurangi kemungkinan kekambuhannya.
Namun, terapi psikologis online masih jarang digunakan di Indonesia. Hasil tinjauan sistematis atau tinjauan penelitian sebelumnya yang saya lakukan mengkonfirmasi hal ini.
Hingga September 2014, hanya terdapat tiga penelitian uji coba klinis di seluruh negara berkembang yang melihat seberapa efektif terapi psikologis berbasis internet. Tidak ada satu pun dari penelitian ini yang berasal dari Indonesia.
Eksperimen terapi di internet
Untuk mengetahui apakah terapi depresi online dapat mengurangi tingkat depresi, saya melakukan uji coba di Indonesia dari tahun 2016 hingga 2017.
Dalam penelitian ini, 313 partisipan dipilih, masing-masing mengalami minimal depresi ringan (berdasarkan jawaban dari kuesioner pasien) atau gangguan depresi mayor atau gangguan depresi persisten (berdasarkan wawancara klinis).
Saya membagi mereka secara acak menjadi dua kelompok. Satu kelompok diberikan terapi aktivasi perilaku (behavioral activation) melalui internet dengan bantuan konselor awam. Sementara itu, kelompok kontrol tanpa bantuan diberikan pengetahuan psikologi umum tentang depresi. Hasil pengundian acak menunjukkan bahwa 159 orang berpartisipasi dalam kelompok intervensi dan 154 orang berpartisipasi dalam kelompok kontrol.
Partisipan yang mengalami depresi dalam terapi aktivasi perilaku diajarkan cara mengenali pola perilaku yang menyebabkan mereka depresi dan memperbaikinya, sehingga tingkat depresi mereka secara bertahap menurun.
Prinsip aktivasi perilaku sederhana dan mudah dipahami, jadi itulah alasan saya memilihnya. Terapi aktivasi perilaku yang saya gunakan terdiri dari delapan modul; partisipan dapat mengakses setiap modul melalui website terapi setiap minggu sekali. Terapi aktivasi perilaku dapat disampaikan melalui media internet karena mudah dipahami, meskipun tidak perlu memberikan penjelasan langsung dengan profesional.
Saya mempekerjakan dan melatih sejumlah konselor awam untuk membantu partisipan mengakses terapi aktivasi perilaku berbasis internet tersebut. Tindakan ini diambil berdasarkan temuan penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa, karena prinsipnya yang sederhana, terapi aktivasi perilaku dapat diberikan dengan pendampingan non-profesional.
Sejumlah psikolog klinis profesional saya dilatih untuk mengawasi konselor awam dan memastikan bahwa terapi telah diberikan sesuai koridor karena alasan moral dan keamanan partisipan. Selain itu, jika terjadi kedaruratan, seperti laporan partisipan tentang kecenderungan atau percobaan bunuh diri, psikolog klinis ini akan bertanggung jawab.
Dalam eksperimen saya, saya menemukan bahwa kelompok intervensi mengalami penurunan tingkat depresi yang lebih besar setelah sepuluh minggu dibandingkan dengan kelompok kontrol. Di minggu ke-10, kelompok intervensi juga melaporkan tingkat depresi bebas yang 50% lebih tinggi dari kelompok kontrol.
Untuk pekerjaan yang berkaitan dengan kesehatan mental
Penelitian di atas menunjukkan bahwa terapi psikologis online dapat membantu mengatasi depresi di Indonesia.
Saya berharap dapat mengembangkan terapi psikologis berbasis internet ini untuk menangani depresi dan masalah kesehatan mental lainnya di Indonesia.
Jadi, pekerjaan rumah bersama di bidang kesehatan mental adalah melakukan penelitian lebih lanjut tentang jenis terapi ini dan membuat sistem implementasinya di Indonesia ke depannya.
Untuk menjangkau lebih banyak orang yang membutuhkan, juga perlu dibuat sistem untuk memperkenalkan terapi psikologis online ini kepada masyarakat Indonesia. Aplikasi konseling online yang berasal dari Indonesia, RILIV, adalah salah satu yang saat ini menjadi sangat populer dan digunakan.
Kami harus mendorong pembangunan sistem berbagi tugas dan peningkatan infrastruktur teknologi dan layanan kesehatan mental di Indonesia. Semua upaya ini, jika dilakukan secara konsisten, akan mendorong penerapan terapi psikologis berbasis internet di Indonesia. Ini mungkin merupakan salah satu langkah menuju Indonesia yang lebih baik dalam hal kesehatan mental.