in

Bidone d’Oro: Penghargaan Bagi Pesepakbola Terburuk

Vector set of yellow recycle bins for plastic waste sorting

Bidone d’Oro, yang secara harfiah berarti “Tong Emas” dalam bahasa Italia, adalah penghargaan unik yang diberikan kepada pemain sepak bola paling mengecewakan di Serie A, liga utama Italia.

Didirikan pada tahun 2003 oleh program radio Italia, Catersport, penghargaan ini menjadi semacam ejekan untuk menghormati pemain-pemain yang dianggap tidak memenuhi harapan besar setelah bergabung dengan klub-klub Italia. Meski mungkin terdengar tidak biasa, Bidone d’Oro mencerminkan tekanan dan ekspektasi tinggi yang sering dihadapi oleh pemain sepak bola di liga yang kompetitif seperti Serie A.

Asal mula dan konsep

Bidone d’Oro lahir dari ide untuk menyoroti sisi lain dari sepak bola, yaitu kegagalan besar yang dialami oleh pemain-pemain bintang. Setiap tahun, para pendengar Catersport diberikan kesempatan untuk memilih pemain yang menurut mereka paling mengecewakan selama musim tersebut. Pemain yang menerima suara terbanyak akan “dihargai” dengan Bidone d’Oro, sebuah “penghargaan” yang menjadi simbol ironi di dunia sepak bola.

Para pemenang dan kisah mereka 

Pemenang pertama Bidone d’Oro pada tahun 2003 adalah Rivaldo, mantan bintang Barcelona dan pemenang Ballon d’Oro 1999. Setelah pindah ke AC Milan, Rivaldo tidak mampu menunjukkan performa yang diharapkan dan segera menjadi subjek kekecewaan besar di kalangan penggemar. Rivaldo hanya bertahan selama satu musim penuh di Milan sebelum kembali ke Brasil, dan prestasi buruknya di Italia membuatnya menjadi penerima pertama Bidone d’Oro.

Pada tahun 2004, penghargaan ini jatuh ke tangan Nicola Legrottaglie, bek Juventus yang tampil jauh di bawah ekspektasi setelah musim pertama yang penuh kesulitan. Sementara itu, tahun 2005 menjadi tahun gelap bagi Christian Vieri, yang menerima Bidone d’Oro setelah pindah dari Inter Milan ke AC Milan. Vieri, yang sebelumnya dikenal sebagai penyerang tajam, gagal menampilkan ketajamannya dan menghadapi kritikan tajam dari media dan penggemar.

Era Adriano: Dominasi yang tidak diinginkan 

Salah satu pemain yang paling terkenal dengan Bidone d’Oro adalah Adriano, striker Brasil yang berjaya bersama Inter Milan pada awal kariernya. Sayangnya, setelah beberapa musim gemilang, karier Adriano mulai menurun drastis akibat masalah pribadi dan penurunan performa yang signifikan. Adriano menerima Bidone d’Oro tidak hanya sekali, tetapi empat kali berturut-turut dari 2006 hingga 2009, menjadikannya “pemenang” terbesar dalam sejarah penghargaan ini. Kegagalannya yang mencolok, mengingat bakat luar biasa yang ia miliki, membuatnya menjadi ikon dari Bidone d’Oro.

Penghargaan yang berakhir di 2012 

Penghargaan Bidone d’Oro berlanjut hingga tahun 2012, dengan Diego Milito dari Inter Milan sebagai penerima terakhirnya. Milito, yang sebelumnya menjadi pahlawan Inter setelah membawa klub ini meraih treble pada tahun 2010, mengalami penurunan performa yang drastis, dan ini membuatnya menjadi penerima Bidone d’Oro pada akhir kariernya di Italia.

Meskipun Bidone d’Oro mungkin tidak memiliki keagungan yang sama dengan penghargaan seperti Ballon d’Oro, itu menunjukkan realitas keras dunia sepak bola, di mana ekspektasi tinggi sering kali tidak terpenuhi. Penghargaan ini juga menjadi pengingat bagi penggemar sepak bola bahwa bahkan pemain terbaik pun bisa mengalami masa-masa sulit, dan bahwa karier sepak bola tidak selalu berjalan sesuai rencana. Bidone d’Oro mungkin telah berakhir pada 2012, tetapi cerita dan para pemenangnya tetap menjadi bagian dari sejarah unik Serie A.