in

Kilas Balik My So-Called Life: Serial TV yang Menghibur

My So-Called Life

My So-Called Life, sebuah serial TV yang diciptakan oleh Winnie Holzman, pertama kali tayang pada 25 Agustus 1994. 

Meski hanya berjalan selama satu musim, serial ini berhasil meninggalkan jejak yang mendalam dalam budaya pop, terutama karena melambungkan nama Claire Danes dan Jared Leto. 

Keduanya mendapatkan popularitas besar setelah membintangi serial ini. Namun, apakah serial ini masih relevan sebagai drama televisi saat ini?

Setelah menonton ulang My So-Called Life untuk pertama kalinya dalam satu dekade, kesan yang muncul adalah bahwa serial ini memang mencerminkan era 90-an dengan kuat. 

Dari segi visual, nuansa “tua” terasa, namun justru di situlah pesonanya. Ini adalah potret otentik tentang kehidupan remaja di masa itu, yang tetap memikat, bahkan ketika dilihat dari sudut pandang orang dewasa.

Potret kehidupan remaja yang otentik

Salah satu alasan utama mengapa My So-Called Life begitu istimewa adalah cara serial ini menggambarkan kehidupan dan jiwa remaja perempuan dengan begitu realistis. 

Tidak seperti banyak serial remaja lainnya yang menampilkan aktor dewasa, My So-Called Life bercerita tentang kehidupan para remaja berusia 15 tahun di pinggiran kota fiksi Pittsburgh. 

Sebagian besar dari mereka berasal dari keluarga kelas pekerja, dengan latar belakang yang penuh tantangan.

Melalui narasi Angela, tokoh utama yang diperankan oleh Claire Danes, penonton diajak menyelami dunia remaja yang penuh dengan persahabatan yang rumit, hirarki sosial, dinamika keluarga, dan perasaan cinta pertama. 

Semua ini disampaikan melalui sudut pandang yang autentik dan kadang-kadang canggung, mencerminkan ketidakpastian dan kegelisahan yang sering dirasakan para remaja.

Romantisme dalam persahabatan

Yang mengejutkan saat menonton ulang adalah betapa romantisnya persahabatan yang digambarkan dalam serial ini. 

Bukan dalam arti hubungan cinta, melainkan dalam kedalaman hubungan persahabatan di antara karakter-karakternya. 

Angela, misalnya, meninggalkan sahabat lamanya, Sharon Cherski, untuk bergabung dengan kelompok semi-outsider seperti Rickie Vasquez dan Rayanne Graff. 

Persahabatan mereka menjadi pusat dari cerita, dan meskipun sering kali kacau, hubungan mereka terasa sangat nyata dan mendalam.

Di sisi lain, karakter Jordan Catalano yang menjadi cinta pertama Angela, dilihat dari perspektif dewasa, tidak seideal yang dibayangkan. Meskipun dia memiliki daya tarik tersendiri, perilakunya kerap kali problematik. 

Namun, perkembangan karakter seperti Brian Krakow memberikan dimensi tambahan yang menarik pada dinamika hubungan tersebut.

Kisah para orang dewasa yang tak kalah menarik

Saat pertama kali menonton My So-Called Life, mungkin perhatian kita lebih tertuju pada drama remaja yang dihadirkan. 

Namun, saat menonton ulang, cerita para orang dewasa dalam serial ini ternyata juga sangat menarik. 

Orang tua Angela, khususnya, memiliki momen-momen humor yang tak terduga, seperti ketika Patty, ibu Angela, mengomentari warna rambut baru Angela dengan mengatakan, “Kupikir rambutmu mati karena sebab alami.” 

Selain itu, perkembangan karakter ayah Angela, Graham, yang mulai menambah kompleksitas cerita yang membuat penonton semakin terikat dengan alur kisah mereka.

Serial yang tetap berbekas meski berakhir singkat

Meskipun My So-Called Life hanya bertahan satu musim dengan 19 episode, serial ini berhasil menorehkan sejarah sebagai salah satu drama remaja yang paling berpengaruh. 

Setiap karakter, dari yang utama hingga pendukung, diberikan kedalaman yang luar biasa, membuat serial ini tetap relevan dan layak dikenang.

Untuk semua kematangan yang dihadirkan, My So-Called Life tetap merupakan produk dari zamannya. 

Ritme ceritanya mungkin tidak secepat serial modern, tetapi justru itulah yang membuatnya unik dan menarik. Serial ini adalah potret kehidupan remaja yang jujur, menggugah, dan tak lekang oleh waktu.