“Julie and the Phantoms” adalah serial yang penuh dengan aturan dunia hantu yang mungkin terdengar aneh.
Di tahun 1995, tiga anggota band pop-punk Sunset Curve tiba-tiba meninggal setelah memakan hot dog yang kurang baik.
Namun, pada tahun 2020, mereka muncul kembali di studio lama mereka dan menemukan teman hidup baru, Julie (diperankan oleh Madison Reyes), seorang remaja yang terkejut dengan kehadiran mereka.
Ketika mereka bermain musik bersama Julie, dunia tidak hanya bisa mendengar mereka, tetapi juga bisa melihat mereka—setidaknya sampai musik berhenti.
Salah satu anggota band bertanya dengan bingung, “Jenis hantu apa kita ini?!” dan dijawab dengan, “Siapa peduli!” Begitulah cara serial ini berjalan: penuh kebingungan, namun tetap menghibur.
Meski ceritanya tidak masuk akal bahkan dalam dunia mistis, serial ini cukup menyenangkan sehingga hal itu tidak terlalu penting.
Kolaborasi Tak Terduga yang Mengubah Hidup
Meskipun cerita ini mengambil tempat 25 tahun setelah kematian Reggie (Jeremy Shada), Alex (Owen Patrick Joyner), dan Luke (Charlie Gillespie), serial ini juga menampilkan kehidupan Julie setahun setelah kehilangan ibunya.
Kehilangan ini membuat Julie merasa gelisah dan tidak mampu bermain musik yang dulu dia cintai bersama ibunya. Namun, kehadiran Sunset Curve membantu Julie menemukan kembali gairah musiknya.
Mereka bersama-sama membentuk band “Julie and the Phantoms”, yang menampilkan suara luar biasa Julie dalam berbagai pertunjukan musik yang penuh warna. (Peringatan: lagu-lagu dalam serial ini sangat mudah diingat dan mungkin akan terus terngiang di kepala Anda bahkan setelah episode berakhir).
Di sela-sela penampilan mereka, para hantu mencoba memahami apa yang terjadi pada orang-orang yang mereka kenal sebelum mereka meninggal, serta bagaimana menghadapi sosok misterius dengan topi steampunk yang tertarik pada mereka dan kekuatan mereka.
Koreografi dan Musik yang Memukau
Asalnya dari serial Brasil, “Julie and the Phantoms” disutradarai dan dikoreografi oleh Kenny Ortega, yang dikenal lewat karyanya di “High School Musical”.
Gaya khas Ortega terlihat jelas dalam dialog yang sangat tulus, fesyen cerah ala tahun 2004, dan persaingan dengan seorang diva pirang yang perfeksionis (diperankan oleh Savannah Lee May).
Romansa dalam serial ini juga sangat manis, di mana ciuman di pipi pun terasa seperti momen yang sangat menggetarkan.
Tidak mengherankan jika “Julie and the Phantoms” paling hidup saat menampilkan adegan-adegan musik, dan akting terbaik para pemain seringkali terlihat dalam momen-momen ini daripada dalam dialog yang kadang terasa kaku.
Reyes, misalnya, memancarkan kehadiran yang kuat di layar dalam debut aktingnya, tetapi dia jelas lebih nyaman dan bersinar ketika bernyanyi bersama Gillespie, si pujaan hati yang tulus.
Salah satu penampilan mereka bahkan memberikan penghormatan langsung pada koreografi Ortega dalam “Dirty Dancing”, yang mungkin lebih dikenal oleh orang tua yang menonton daripada anak-anak mereka, tetapi tetap berhasil dijual dengan baik oleh Reyes dan Gillespie.
Meskipun lapisan tipis dunia hantu memberikan sentuhan keseruan ala “Scooby Doo”, yang mencegah serial ini menjadi terlalu manis, ada juga subplot yang mengharukan.
Misalnya, kisah Alex, drummer sensitif yang baru saja mengakui orientasinya sebelum meninggal, dan ketertarikannya pada Willie, seorang skater yang tampaknya bebas namun mengetahui lebih banyak tentang kehidupan setelah kematian.
Seiring dengan meningkatnya popularitas band dan penelusuran lebih dalam tentang mitologi dunia hantu mereka, serial ini mungkin kehilangan sedikit semangat awalnya, serta plot asli tentang kesedihan Julie.
Namun, sulit untuk mengkritik “Julie and the Phantoms” bahkan ketika pesan-pesannya disampaikan dengan cara yang sangat jelas.
Serial ini tidak berusaha untuk menjadi halus; ia hanya ingin menjadi menyenangkan, dan dalam hal itu, ia berhasil dengan sangat baik.