Anggar, sebuah seni bela diri yang anggun dan penuh teknik, memiliki sejarah panjang yang mencakup ribuan tahun. Berawal sebagai keterampilan bertarung yang praktis di medan perang, anggar berevolusi menjadi olahraga kompetitif yang menghargai kelincahan, kecepatan, dan strategi.
Anggar pada zaman kuno
Sejarah anggar dapat ditelusuri kembali ke zaman Mesir kuno, di mana fresko yang menggambarkan duel bersenjata ditemukan di makam-makam kuno. Namun, seni bertarung dengan pedang benar-benar berkembang selama Abad Pertengahan di Eropa, ketika para ksatria mengandalkan pedang untuk mempertahankan kehormatan dan wilayah mereka. Pada masa itu, duel dengan pedang menjadi cara yang sah untuk menyelesaikan perselisihan, dan keterampilan ini diteruskan dari generasi ke generasi sebagai bagian dari pendidikan militer.
Perubahan besar terjadi pada abad ke-16 ketika senjata api mulai menggantikan pedang di medan tempur. Meskipun demikian, seni bertarung dengan pedang tidak punah. Justru, ia berkembang menjadi olahraga yang lebih formal dan terstruktur, dengan munculnya sekolah-sekolah anggar di Italia dan Prancis. Negara-negara ini memainkan peran penting dalam membentuk anggar modern, dengan memperkenalkan aturan dan teknik yang lebih terfokus pada aspek olahraga daripada pertarungan hidup dan mati.
Di Prancis, pada abad ke-17, penggunaan “floret” atau foil, sebuah pedang yang ringan dan fleksibel menjadi populer sebagai alat latihan. Ini memungkinkan petarung untuk berlatih dengan aman, tanpa risiko cedera serius. Pada masa ini, anggar mulai memiliki aturan yang lebih ketat dan menjadi semakin mirip dengan bentuk olahraga yang kita kenal hari ini. Teknik-teknik seperti “lunge” dan “parry” menjadi standar dalam latihan, sementara duel mulai digantikan oleh pertandingan formal di bawah pengawasan wasit.
Perkembangan anggar terus berlanjut sepanjang abad ke-18 dan ke-19. Di Prancis, anggar dianggap sebagai seni, sementara di Inggris dan Jerman, ia lebih dilihat sebagai olahraga kompetitif. Ini menyebabkan munculnya berbagai gaya dan sekolah anggar yang berbeda, masing-masing dengan filosofi dan teknik uniknya. Meskipun demikian, persamaan dalam dasar-dasar anggar tetap terlihat jelas di seluruh Eropa.
Anggar di era modern
Anggar kemudian menjadi bagian dari program Olimpiade modern pada tahun 1896, dengan Prancis dan Italia mendominasi kompetisi. Olimpiade menjadi platform yang memperkenalkan anggar ke seluruh dunia, mempopulerkan olahraga ini di luar Eropa. Sejak saat itu, anggar berkembang pesat di berbagai negara, dengan munculnya federasi anggar nasional dan internasional yang mengatur pertandingan dan standar kompetisi.
Saat ini, anggar dikenal sebagai olahraga yang menggabungkan ketangkasan fisik dan kecerdasan taktis. Tiga jenis senjata yang digunakan dalam kompetisi adalah foil, épée, dan sabre, masing-masing dengan aturan dan teknik yang berbeda. Olahraga ini tidak hanya menuntut kecepatan dan refleks, tetapi juga perencanaan strategis dan kemampuan membaca lawan.
Anggar, dengan warisan sejarahnya yang kaya dan evolusi yang dinamis, terus menarik perhatian orang-orang di seluruh dunia. Dari duel kehormatan hingga pertandingan di arena Olimpiade, anggar tetap menjadi simbol dari keanggunan, keberanian, dan kecerdasan dalam olahraga.