in

Waspada! Ketahui Bahan Pengawet yang Berbahaya untuk Kesehatan

Ilustrasi Makanan yang Mengandung Bahan Pengawet Makanan. Foto: Istock
Bahan pengawet adalah komponen penting dalam makanan yang berfungsi untuk mencegah pertumbuhan bakteri atau mikroba, sehingga produk makanan dapat bertahan lebih lama. Ada dua jenis pengawet yang umum digunakan, yaitu pengawet alami yang berasal dari bahan-bahan alami, dan pengawet buatan yang diproduksi secara kimia. Pengawet alami cenderung lebih aman, sementara pengawet buatan sering digunakan karena efektifitasnya dalam memperpanjang umur simpan makanan.

Meskipun banyak pengawet alami dan beberapa pengawet buatan dianggap aman untuk tubuh, ada beberapa jenis pengawet yang dapat menimbulkan risiko kesehatan jika dikonsumsi secara berlebihan atau terus-menerus. Penggunaan pengawet yang tidak tepat dapat berdampak buruk pada kesehatan, seperti meningkatkan risiko alergi, gangguan pencernaan, atau bahkan masalah kesehatan yang lebih serius. Berikut ini adalah jenis bahan pengawet dan dampaknya pada kesehatan.

1. Natrium benzoate

Ilustrasi Saus. Foto: Freepik

Natrium benzoate adalah zat pengawet yang digunakan dalam berbagai produk untuk memperpanjang umur simpan. Dalam makanan, natrium benzoate berfungsi untuk menghambat pertumbuhan bakteri, mikroba, dan jamur. Oleh karena itu, zat ini sering ditambahkan pada soda, makanan cepat saji, dan saus agar produk tersebut dapat bertahan lebih lama.

Meskipun ada perdebatan mengenai dampak langsung natrium benzoate pada kesehatan setelah konsumsi, beberapa penelitian menunjukkan bahwa zat ini berpotensi memicu kanker jika bereaksi dengan minuman yang bersifat asam. Selain itu, konsumsi natrium benzoate yang berlebihan dapat menyebabkan peradangan, menurunkan nafsu makan, dan menimbulkan reaksi alergi pada beberapa individu.

2. Natrium nitrat

Natrium nitrat adalah jenis garam yang digunakan sebagai bahan pengawet dalam berbagai produk daging seperti daging sapi, daging babi, salami, dan sosis. Zat ini berfungsi sebagai antimikroba yang membantu memperpanjang umur simpan daging serta memberikan rasa khas pada produk tersebut. Ketika dikonsumsi dalam jumlah yang wajar, natrium nitrat dapat memberikan manfaat kesehatan.

Namun, asupan natrium nitrat harus dibatasi sesuai dengan rekomendasi medis, yakni tidak lebih dari 3.7 miligram per kilogram berat badan. Kelebihan konsumsi natrium nitrat dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit serius. Pada anak-anak dan balita, kelebihan natrium nitrat dapat menyebabkan keracunan dan gangguan darah yang disebut methemoglobinemia.

3. Formalin

Formalin adalah bahan pengawet yang digunakan untuk mencegah pertumbuhan mikroba pada makanan. Selain berfungsi sebagai pengawet makanan, larutan ini juga dimanfaatkan dalam berbagai aplikasi seperti pembersih lantai, detergen pakaian, pembasmi serangga, pupuk, dan produk kosmetik. Formalin sering ditambahkan pada makanan seperti tahu, mi, ikan, dan ayam untuk menjaga tekstur dan kesegaran makanan tersebut.

Namun, formalin dikenal sebagai zat karsinogenik, yang berarti konsumsi dalam jumlah besar atau jangka waktu lama dapat meningkatkan risiko kanker. Selain risiko kanker, mengonsumsi makanan yang mengandung formalin juga dapat menyebabkan efek samping jangka pendek seperti mual, nyeri perut, sakit kepala, iritasi tenggorokan, dan kemerahan pada kulit.

4. Boraks

Asam borat yang juga dikenal sebagai boraks, sering digunakan untuk mengawetkan kayu agar tidak terkena jamur. Selain itu, bahan ini banyak dipakai dalam produk pembersih seperti sabun, deterjen, antiseptik, disinfektan, dan salep kulit. Boraks juga dapat ditemukan dalam beberapa makanan seperti bakso, mie, dan pangsit untuk menjaga tekstur makanan tetap stabil.

Namun, boraks mengandung zat beracun yang dapat menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan manusia. Jika tertelan, boraks dapat merusak ginjal, hati, sistem saraf, hormon, serta sistem kekebalan tubuh, dan meningkatkan risiko terkena kanker. Gejala yang mungkin timbul akibat konsumsi boraks meliputi mual, nyeri perut, muntah darah, diare, dan sakit kepala.

5. Tert-Butylhydroquinone

Sosis Mengandung Tert-Butylhydroquinone. Foto: Freepik

Tert-Butylhydroquinone (TBHQ) adalah sebuah aditif antioksidan yang digunakan untuk memperpanjang umur simpan makanan olahan. Zat ini biasanya hadir dalam bentuk bubuk putih yang hampir tidak berbau. TBHQ berfungsi utama untuk mencegah perubahan warna pada makanan yang mengandung zat besi.

TBHQ sering digunakan dalam berbagai produk makanan seperti minyak sayur, lemak hewan, mi instan, serta makanan beku seperti sosis, nugget, dan ikan. Selain penggunaannya dalam makanan, TBHQ juga terdapat dalam produk non-makanan seperti cat, pernis, dan produk perawatan kulit. Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi TBHQ yang melebihi 0,02 persen dari total minyak dalam produk dapat menimbulkan efek kesehatan negatif, seperti gangguan pada penglihatan, hati, dan sistem saraf.