Film sejarah biasanya menampilkan pertempuran berdarah dan perebutan kekuasaan, namun The King’s Letters menawarkan pendekatan berbeda.
Dengan latar belakang Dinasti Joseon, film ini berfokus pada sejarah pembuatan huruf Hangul, alfabet Korea.
Diproduksi dengan pemandangan indah dan sinematografi yang mengesankan, film ini mengisahkan perjuangan dalam menciptakan sebuah sistem tulisan.
Sejarah di balik hangul
The King’s Letters berlatar pada pertengahan abad ke-15, saat Raja Sejong Agung dari Dinasti Joseon memprakarsai reformasi bahasa di seluruh negeri. Sebelum reformasi ini, Korea menggunakan karakter asing sebagai bahasa tulis.
Namun, karena sulit dipahami dan tidak selaras dengan bahasa lisan, sebagian besar masyarakat tidak bisa menulis. Hanya kaum terpelajar yang bisa menulis dan menguasai kekuasaan politik, sosial, serta ekonomi.
Terinspirasi dari sistem fonetik, Raja Sejong bekerja sama dengan para biksu untuk menciptakan alfabet yang sederhana dan bisa digunakan oleh semua orang.
Hangul yang dihasilkan dari reformasi ini mampu menggambarkan bunyi bahasa Korea secara langsung, membuat masyarakat yang bisa berbicara bahasa tersebut dapat menulisnya.
Konflik dan ketegangan politik
Meskipun film ini tidak memiliki adegan peperangan besar, ketegangan tetap hadir melalui konflik ideologi. Ada perdebatan antara penganut kepercayaan yang mendukung reformasi bahasa dan mereka yang menentangnya.
Beberapa pejabat kerajaan menilai reformasi ini tidak diperlukan. Konflik antara kelompok ini menunjukkan adanya ketegangan antara upaya memisahkan diri dari pengaruh budaya asing dan keinginan untuk membangun identitas nasional yang lebih kuat.
Kontroversi sejarah
Film ini memang mendapatkan kritik karena dianggap tidak akurat, terutama dalam menggambarkan peran seorang biksu sebagai tokoh utama di balik penciptaan Hangul.
Namun, inti sejarah dari reformasi alfabet dan ketegangan politik di sekitar perubahan budaya ini memang benar adanya.
The King’s Letters berhasil menggambarkan kompleksitas dalam menciptakan sebuah sistem bahasa yang dapat diakses oleh seluruh masyarakat.
Pengaruh bahasa di dunia
Reformasi bahasa seperti yang terjadi di Korea juga pernah terjadi di bagian dunia lain. Misalnya, di Inggris abad ke-11, bahasa diubah dan direformasi setelah penaklukan asing.
Banyak kosakata baru yang masuk ke dalam bahasa sehari-hari, menggambarkan perubahan sosial dan politik pada masa itu.
Pesan yang menginspirasi
Film ini memberikan banyak momen mengharukan, seperti ketika seorang pelayan istana melihat namanya ditulis untuk pertama kalinya.
Momen ini bukan hanya menggambarkan keindahan alfabet baru, tetapi juga pentingnya sebuah identitas yang bisa tercatat dalam sejarah.
Bahasa seharusnya tidak hanya menjadi alat politik, tetapi juga cara untuk mengabadikan kehidupan dan emosi manusia.
The King’s Letters adalah film yang mengingatkan kita akan pentingnya bahasa dan sistem tulisan dalam budaya manusia.
Meskipun ada perdebatan mengenai akurasi sejarahnya, pesan yang disampaikan sangatlah universal.
Setiap orang berhak untuk menulis dan mencatat kehidupannya sendiri. Bagi kita yang bisa menulis, film ini menjadi pengingat untuk selalu menghargai hak tersebut.