in

Review Film One Night in Miami, Perayaan dan Pertarungan Ide

One Night in Miami

One Night in Miami bercerita tentang sebuah pertemuan ikonis terjadi di sebuah kamar hotel, mempertemukan empat legenda: Malcolm X, Jim Brown, Sam Cooke, dan Cassius Clay, yang saat itu masih dikenal sebagai Clay. 

Mereka berkumpul untuk merayakan kemenangan Clay sebagai juara dunia tinju kelas berat. 

Namun, lebih dari sekadar perayaan, pertemuan ini menjadi momen yang mengubah cara pandang mereka terhadap perjuangan hak-hak kulit hitam.

Menggugah Kesadaran Sosial

Film “One Night in Miami” adalah adaptasi dari naskah panggung karya Kemp Powers. Dalam film ini, pertemuan tersebut diimajinasikan dengan Malcolm X berusaha meyakinkan ketiga sahabatnya untuk lebih aktif dalam memperjuangkan hak-hak kaum kulit hitam. 

Di sinilah, Malcolm mulai meragukan kepemimpinan organisasi yang diikutinya dan berencana untuk mendirikan organisasi baru. Dukungan dari tokoh-tokoh terkenal seperti Clay, Brown, dan Cooke sangat penting baginya.

Cassius Clay, yang baru saja menjadi juara, sudah mantap dengan keyakinannya. Dalam film ini, ia digambarkan menjalankan salat bersama Malcolm sebagai bagian dari persiapan mentalnya. 

Jim Brown, yang dikenal sebagai salah satu atlet NFL terbaik, serta Sam Cooke, penyanyi legendaris, diundang oleh Malcolm bukan hanya untuk merayakan, tetapi untuk berdiskusi tentang tanggung jawab mereka terhadap masyarakat.

Ketegangan dan Perdebatan

Momen kunci dalam film ini terjadi saat keempat karakter terlibat dalam obrolan di atap gedung. Malcolm yang awalnya terlihat cemas mulai menunjukkan sikap lebih agresif, terutama kepada Cooke. 

Ia menilai bahwa Cooke memiliki potensi untuk menyuarakan perjuangan kulit hitam melalui musiknya, namun malah memilih untuk menjaga popularitas di kalangan pendengar kulit putih. Perdebatan yang terjadi di antara mereka menjadi inti dari film ini.

Setelah perdebatan dimulai, ketegangan semakin meningkat. Keempat karakter saling berbagi pandangan mengenai kepercayaan dan peran masing-masing dalam perjuangan melawan rasisme. 

Dalam diskusi ini, mereka juga membahas makna dari tujuan hidup dan apa artinya menjadi bebas secara ekonomi, yang diungkapkan oleh Brown.

Karakter yang Manusiawi

Skenario yang ditulis oleh Powers menampilkan karakter-karakter ini dengan cara yang lebih manusiawi, tidak mengultuskan mereka, melainkan menyajikan keraguan dan kritik yang mungkin jarang diungkapkan secara langsung. 

Misalnya, apakah Clay benar-benar memeluk Islam dengan tulus? Apakah Cooke mengorbankan prinsipnya demi kepuasan pasar? 

Diskusi ini memberikan kedalaman pada setiap karakter, menampilkan mereka sebagai individu dengan ketakutan dan keinginan.

Sutradara Regina King memberikan nuansa yang penuh energi dalam setiap perdebatan, sambil menjaga momen-momen intim antara para karakter. 

Keempat aktor, termasuk Kingsley Ben-Adir sebagai Malcolm X dan Leslie Odom Jr. sebagai Sam Cooke, memancarkan chemistry yang kuat. 

Masing-masing membawa karakter mereka dengan autentik, menghadirkan nuansa yang pas untuk malam yang bersejarah tersebut.

“One Night in Miami” bukan hanya sebuah film tentang pertemuan tokoh-tokoh besar, tetapi juga sebuah refleksi mendalam tentang perjuangan hak-hak sipil. 

Melalui dialog yang tajam dan karakter yang kaya, film ini mengajak penonton untuk merenungkan pentingnya solidaritas dan tanggung jawab sosial. 

Dengan latar belakang yang kuat dan penampilan yang memukau, film ini menjadi salah satu karya yang layak disaksikan untuk memahami dinamika perjuangan kaum kulit hitam di Amerika.