in

Love at First Sight: Sebuah Kisah Romantis yang Kurang Menarik

Love at First Sight

Menulis kisah romansa di era modern memang tidak mudah. Meskipun penonton menyukai genre ini, menemukan alasan yang logis dan menarik mengapa pasangan tidak jatuh cinta dengan cepat menjadi tantangan tersendiri. 

Dulu, kita sering melihat penghalang yang jelas, seperti kebohongan atau kesalahpahaman, tetapi sekarang, dengan kemajuan teknologi, alasan tersebut menjadi semakin sulit diterima. 

Film Love at First Sight mencoba menjawab tantangan ini, namun sayangnya tidak cukup berhasil.

Sinopsis singkat

Film ini dimulai dengan Hadley, yang diperankan oleh Haley Lu Richardson, yang berusaha mengejar pesawatnya di Bandara JFK, New York. Ia terlambat dan harus menunggu penerbangan berikutnya ke London. 

Dalam momen ini, ia bertemu Oliver (Ben Hardy), seorang mahasiswa yang tertarik dengan statistik dan data. Keduanya terlibat dalam percakapan yang menghibur saat menunggu penerbangan, tetapi apakah ini cukup untuk membangun fondasi cinta yang mendalam?

Permasalahan cerita

Narrator film ini, yang disuarakan oleh Jameela Jamil, mengungkapkan bahwa ini bukan sekadar cerita tentang cinta, melainkan tentang takdir dan statistik. Namun, banyak elemen yang terasa kurang relevan. Meski terdapat beberapa angka dan konsep statistik yang disampaikan, hubungan antara Hadley dan Oliver tampak tidak berkembang. 

Penonton hanya disuguhi dialog ringan tanpa kedalaman emosional yang seharusnya ada dalam kisah cinta. Hadley dan Oliver mengalami berbagai kejadian yang tampaknya memperkuat ikatan mereka, termasuk berbagi makanan di bandara dan menonton film di pesawat. 

Namun, ketika Oliver memberikan nomor teleponnya kepada Hadley, semuanya menjadi tidak realistis ketika nomor itu hilang dalam ketidakpastian.

Menggali tema takdir

Konsep takdir muncul dalam narasi, tetapi terasa terlalu dipaksakan. Seolah-olah narrator berusaha membimbing Hadley dan Oliver menuju momen-momen penting dalam hidup mereka.

Akan tetapi tidak ada penjelasan yang memadai tentang bagaimana takdir sebenarnya bekerja. Alhasil, pesan tentang cinta dan takdir menjadi kabur dan kehilangan daya tariknya.

Karakter yang kurang mendalam

Meskipun Haley Lu Richardson dan Ben Hardy memiliki potensi sebagai aktor, karakter yang mereka perankan kurang dikembangkan. Hadley berjuang dengan perasaannya terhadap ayahnya yang menikah lagi, sementara Oliver berusaha membuktikan kemampuannya dalam statistik. 

Namun, konflik internal ini hanya terasa sebagai alat untuk memajukan cerita, bukan sebagai pengembangan karakter yang mendalam. Love at First Sight seharusnya menawarkan pengalaman romantis yang hangat, tetapi justru terasa datar dan kurang menarik. 

Meskipun ada beberapa momen yang lucu dan manis, film ini tidak mampu menghadirkan kedalaman yang diharapkan dari sebuah kisah cinta. Bagi mereka yang mencari kisah cinta dengan akhir bahagia yang benar-benar menyentuh, mungkin lebih baik mencari alternatif lain. 

Film ini sekarang dapat disaksikan di Netflix, tetapi harapan penonton mungkin akan lebih tinggi dari yang ditawarkan film ini.