Ruud van Nistelrooy kembali ke Manchester United dalam peran yang tak pernah ia duga. Saat meninggalkan United 18 tahun lalu, ia menjadi korban ketegasan Sir Alex Ferguson, bergabung dengan deretan nama besar seperti Jaap Stam, David Beckham, dan Roy Keane yang didepak tanpa sentimentalisme. Van Nistelrooy, yang mencetak 150 gol dalam lima musim bersama United, kini kembali ke Old Trafford sebagai manajer sementara, menggantikan Erik ten Hag setelah klub terpuruk di posisi ke-14 Liga Premier.
Kembalinya Van Nistelrooy disambut hangat oleh para penggemar, dengan nyanyian “Ruud” kembali menggema di Stretford End. Dia berbicara tentang dukungan Ferguson sebelum pertandingan, meskipun dulu mereka sempat berselisih. Reuni ini mencerminkan perubahan hubungan mereka, di mana Ferguson sering terbukti benar, termasuk saat lebih memilih Ronaldo dan Wayne Rooney dalam timnya, meninggalkan Van Nistelrooy yang dianggap kurang sesuai dengan arah baru tim.
Van Nistelrooy memulai perannya dengan kemenangan 5-2 atas Leicester, menginspirasi pemain-pemainnya dengan kisah-kisah nostalgia tentang kejayaan United di masa lalu. “Saya berdiri di depan tim, berbicara tentang arti bermain di Old Trafford dan lagu-lagu yang dinyanyikan para fans,” ungkapnya. Ia menyampaikan rasa bangga dan cinta untuk klub yang membesarkan namanya. Namun, dia sadar bahwa kehadirannya menjadi pengingat era keemasan yang sulit dihidupkan kembali.
United sekarang mengalami masa-masa sulit, hanya menang empat kali di bawah Erik ten Hag musim ini. Van Nistelrooy menjadi manajer kesembilan sejak Ferguson pensiun, sementara Ruben Amorim akan segera menggantikannya. Ambisi Ferguson untuk klub kini tampak seperti bayangan panjang yang sulit diikuti, dengan mantan rekan setim Van Nistelrooy yang juga mencoba tetapi gagal menemukan kembali keajaiban manajerial yang membawa 13 gelar Liga Premier.
Meski masa lalu United masih menjadi perbincangan, Van Nistelrooy berharap dapat membantu klub bergerak maju. Setelah meninggalkan United dengan transfer ke Real Madrid pada tahun 2006, ia menjadi top skor La Liga dan baru kemudian berpikir tentang melatih setelah pensiun. Kembali ke Old Trafford terasa seperti lingkaran penuh dalam kariernya. “Merupakan sesuatu yang istimewa kembali ke klub dan kota yang saya cintai,” katanya.
Dengan hanya tiga pertandingan tersisa sebagai manajer sementara, termasuk melawan Chelsea dan Leicester, Van Nistelrooy ingin memberikan dampak positif. “Saya ingin melakukan segala yang saya bisa untuk membantu klub ini,” tegasnya. Motivasi dan kecintaannya pada United terlihat jelas. Dia berharap, meski hanya sementara, dapat membantu mengembalikan semangat dan arah yang benar bagi klub yang pernah mendominasi sepak bola Inggris. Van Nistelrooy tahu, seperti yang ia tunjukkan di lapangan dulu, bahwa gol dan kemenangan adalah yang paling penting untuk membawa United kembali ke puncak.