Roy Keane, yang dikenal dengan sifat kerasnya, baru-baru ini menjadi sorotan setelah terlibat dalam pertengkaran dengan seorang penggemar Ipswich pada Minggu lalu.
Keane, yang mendengar teriakan dari penggemar tersebut saat siaran Sky Sports, berjalan dengan tegas menuju penggemar itu untuk berbicara.
Momen itu segera berakhir ketika petugas keamanan turun tangan. Keane sempat mengundang penggemar itu untuk bertemu di parkiran mobil, sebuah bahasa khas pub yang lebih sering diartikan sebagai ancaman fisik. Namun, pertemuan yang dijanjikan tak pernah terjadi.
Insiden seperti ini bukan yang pertama bagi Keane. Tahun lalu, seorang penggemar Arsenal dihukum karena menanduknya di Emirates Stadium.
Keane juga sering terlibat pertengkaran dengan penggemar di berbagai stadion. Keane memang dikenal sebagai sosok yang kerap mengundang kontroversi, tetapi ia tidak sendirian dalam hal ini.
Gary Neville juga sering mendapat ejekan, bahkan dilempari minuman di luar Etihad Stadium, sementara pundit wanita sering mendapat serangan di media sosial.
Namun, Keane terlihat semakin jenuh dengan pelecehan ini. Ia mengungkapkan bahwa ia akan kesulitan bertahan menjadi pundit dalam waktu dekat.
Keane mengakui bahwa meskipun ia mencintai sepak bola, ia merasa terganggu dengan segala hal yang menyertainya, seperti perjalanan ke pertandingan dan pelecehan dari penggemar.
Beberapa tahun lalu, kepergian Keane dari televisi mungkin tidak akan terlalu dirindukan. Ia sering tampil sebagai “pembicara kemarahan” yang menyampaikan kritik tajam, khususnya kepada pemain Manchester United.
Namun, seiring berjalannya waktu, Keane menunjukkan sisi yang lebih ringan dan dapat tertawa pada dirinya sendiri. Keane mulai menunjukkan karakter yang lebih bernuansa, terutama dalam acara The Overlap bersama Micah Richards.
Keane yang dulu dikenal dengan citra serius kini lebih bisa menikmati cerita-cerita lucu tentang masa lalunya, seperti kisahnya yang menggelikan saat ia dilemparkan ke pintu kaca di bar anggur saat awal karirnya di Manchester United.
Keane, yang kini telah mencapai usia paruh baya, tampaknya lebih nyaman dengan diri sendiri dan tidak terlalu peduli dengan opini publik.
Ia telah berubah menjadi sosok yang tidak hanya dihormati karena kemampuan sepak bolanya, tetapi juga karena karakternya yang unik dan humoris.
Dalam dunia sepak bola yang penuh dengan percakapan kontroversial dan media sosial, Keane tetap menjadi sosok yang otentik dan tidak bisa dipengaruhi oleh perang budaya.
Jika Keane memang memutuskan untuk berhenti, sepak bola akan kehilangan salah satu karakter paling berwarna dalam dunia pundit. Sky Sports dan komunitas sepak bola harus menjaga sosoknya agar tetap ada dalam diskursus sepak bola modern.