in

Profil Liem Swie King Sang Legenda Bulutangkis Indonesia

Liem Swie King adalah salah satu atlet generasi pertama yang mendapatkan beasiswa dari PB Djarum pada tahun 1960-an. Perjalanan karier bulutangkisnya dimulai di Kota Kretek, Kudus, tempat di mana ia mengasah kemampuannya dengan penuh kegigihan dan ketekunan. Dikenal sebagai atlet yang rajin berlatih, King menjadikan lintasan menanjak di daerah Colo dan Kaliyitno sebagai saksi bisu dari semangat juangnya.

Prestasi Nasional dan Panggilan ke Pelatnas

Kegigihan King mulai membuahkan hasil ketika namanya dikenal di tingkat nasional setelah meraih medali emas pada Pekan Olahraga Nasional (PON) saat usianya baru 17 tahun. Pria kelahiran 28 Februari 1956 ini kemudian dipanggil untuk bergabung dengan Pelatnas pada akhir tahun 1973.

Karier Internasional dan Rekor Tak Terkalahkan

Nama Liem Swie King semakin dikenal di kancah internasional setelah ia berhasil menantang Rudy Hartono di final All England tahun 1976. Momen ini menjadi titik awal dari karier fenomenalnya, di mana ia dua kali menjadi runner-up All England pada tahun 1976 dan 1977, sebelum akhirnya meraih gelar juara pada tahun 1978 dan 1979. King juga mencatatkan rekor tak terkalahkan selama 33 bulan, sebuah prestasi yang mengukuhkan namanya di dunia bulutangkis.

Pukulan Khas dan Julukan “The King of Smash”

Selain prestasinya, Liem Swie King dikenal dengan pukulan khasnya, yaitu smash yang dilakukan sambil meloncat dan memukul keras shuttlecock ke arah pertahanan lawan. Pukulan ini kemudian dikenal dengan nama “smash” dan membuatnya dijuluki sebagai “The King of Smash”.

Kiprahnya di dunia bulutangkis semakin tak diragukan. Liem pernah tiga kali menjadi bagian dari tim Thomas dan membawa pulang piala tersebut pada tahun 1976, 1979, dan 1984 dari enam kali keikutsertaannya membela merah putih di ajang Thomas Cup.

Gelar dan Prestasi di Ajang Internasional

Puluhan gelar di ajang grand prix berhasil diraihnya, termasuk medali emas Asian Games. King bisa dibilang sebagai salah satu pemain yang memiliki gelar lengkap pada masanya. Tak hanya berprestasi di nomor tunggal, ia juga menunjukkan kemampuan luar biasa di sektor ganda bersama pasangannya, Christian Hadinata, yang kini menjabat sebagai koordinator pelatih di Pelatnas.

Pensiun dan Karier Baru sebagai Pengusaha

Setelah berkarier selama 15 tahun, Liem Swie King memutuskan untuk pensiun dari dunia bulutangkis. Berbeda dengan banyak atlet lain yang memilih menjadi pelatih, King memilih jalur berbeda dengan menjadi pengusaha. Ia mendirikan rumah spa yang kini telah memiliki tiga cabang di Jakarta. Selain itu, King beberapa kali muncul sebagai cameo di beberapa film dan menjadi bintang iklan. Kisah hidupnya juga telah diabadikan dalam sebuah buku berjudul “King”.

Liem Swie King mengajarkan bahwa kerja keras dan disiplin adalah kunci untuk meraih kesuksesan, bukan hanya mengandalkan bakat semata. Perjalanan hidup dan kariernya menjadi inspirasi bagi banyak orang, terutama generasi muda yang bercita-cita untuk meraih prestasi di bidang olahraga. Dengan semangat dan dedikasi yang tinggi, King telah membuktikan bahwa impian dapat dicapai dengan usaha yang tak kenal lelah.