Pernahkah kamu mencicipi odeng, si gurih kenyal yang disajikan dengan kuah kaldu hangat? Jika pernah, pasti kamu tahu betapa nikmatnya makanan ini, terutama saat udara dingin. Tapi, pernah nggak kamu bertanya-tanya, dari mana sih sebenarnya odeng berasal? Yuk, kita telusuri asal usul odeng, salah satu camilan khas Korea yang nggak pernah kehilangan pesonanya.
Sejarah Odeng: Awal Mula dari Jepang
Meski identik dengan Korea, odeng sebenarnya memiliki akar yang terkait dengan Jepang. Di Jepang, makanan serupa dikenal dengan nama oden. Konsepnya mirip, yaitu bahan-bahan seperti ikan, tahu, dan sayuran direbus dalam kaldu beraroma khas. Oden sendiri sudah ada sejak periode Edo (1603–1868) dan merupakan salah satu makanan jalanan yang digemari masyarakat Jepang.
Namun, odeng yang kita kenal di Korea saat ini memiliki karakteristik yang berbeda. Ketika Jepang menjajah Korea pada awal abad ke-20, pengaruh budaya Jepang, termasuk kuliner, mulai masuk ke Korea. Orang Korea kemudian mengadopsi oden, tetapi menyesuaikannya dengan selera lokal, seperti menambahkan bumbu khas Korea dan menyajikannya dalam bentuk lebih sederhana, yaitu sebagai tusukan panjang dengan kuah kaldu hangat.
Evolusi Odeng di Korea
Setelah era penjajahan berakhir, odeng tetap menjadi bagian dari kehidupan kuliner Korea. Masyarakat Korea menjadikan odeng sebagai camilan yang mudah diakses dan murah. Pada tahun 1960-an, industri perikanan Korea mulai berkembang pesat, sehingga bahan dasar odeng, yaitu ikan, menjadi lebih mudah didapat.
Odeng kemudian diproduksi dalam skala besar menggunakan campuran ikan dan tepung, menciptakan tekstur kenyal khas yang kita kenal sekarang. Kaldu yang menyertainya pun berevolusi. Jika oden Jepang menggunakan kaldu berbasis kecap asin dengan rasa ringan, odeng Korea memakai kaldu dari lobak, daun bawang, dan terkadang cabai, memberikan sentuhan rasa yang lebih berani.
Odeng sebagai Street Food Favorit
Odeng semakin melekat sebagai makanan jalanan di Korea, terutama sejak era modern. Penjual odeng dengan gerobak kecil atau kios sederhana dapat ditemukan di setiap sudut kota, mulai dari Seoul hingga Busan. Camilan ini sangat cocok untuk disantap di udara dingin, dengan kuah kaldu hangat yang membuat tubuh terasa lebih nyaman.
Kepraktisan odeng juga menjadi daya tarik tersendiri. Tusukannya yang panjang memudahkan orang memakannya sambil berjalan. Selain itu, harganya yang ramah kantong membuatnya menjadi pilihan utama bagi pelajar, pekerja, hingga turis.
Variasi Odeng yang Menggoda
Seiring berjalannya waktu, odeng berkembang dengan berbagai variasi yang menarik. Nggak cuma disajikan dengan kuah, odeng juga bisa digoreng atau dipadukan dengan bumbu pedas khas Korea. Beberapa varian populer antara lain:
- Eomuk Tang – Odeng klasik dalam kuah kaldu hangat.
- Eomuk Bokkeum – Odeng tumis pedas dengan saus gochujang.
- Gungjung Eomuk – Odeng bergaya kerajaan yang biasanya dicampur dengan sayuran dan disajikan dalam acara khusus.
Kreasi modern bahkan mencakup odeng yang diisi dengan keju, telur, atau bahan-bahan unik lainnya, menciptakan sensasi rasa yang lebih kaya.
Odeng dalam Budaya Populer Korea
Odeng nggak hanya populer sebagai makanan, tetapi juga sering muncul dalam drama dan film Korea. Adegan karakter menikmati odeng di warung pinggir jalan sambil mengobrol tentang kehidupan sering kali terasa relatable bagi penonton. Dari situ, odeng pun menjadi simbol kebersamaan dan kenyamanan.
Selain itu, makanan ini sering dihidangkan dalam acara keluarga atau pertemuan santai, menjadikannya bagian dari tradisi kuliner Korea yang akrab dengan semua generasi.
Membuat Odeng di Rumah
Kalau kamu penasaran dan ingin mencoba membuat odeng sendiri di rumah, sebenarnya cukup mudah! Bahan-bahan utama seperti odeng siap pakai bisa kamu temukan di supermarket Asia atau pasar tradisional tertentu. Berikut adalah langkah sederhana untuk membuat odeng:
- Bahan-bahan:
- Odeng (eomuk) siap pakai
- Lobak, potong tebal
- Daun bawang
- Bawang putih
- Garam dan lada
- Kecap asin
- Langkah-langkah:
- Rebus lobak, daun bawang, dan bawang putih dalam air untuk membuat kaldu dasar. Tambahkan garam, lada, dan kecap asin secukupnya.
- Setelah kaldu mendidih, masukkan odeng yang sudah ditusuk ke dalamnya.
- Biarkan odeng menyerap rasa kaldu selama beberapa menit.
- Sajikan selagi panas bersama semangkuk kecil kuah.
Mengapa Odeng Tetap Digemari?
Keunikan odeng terletak pada kemampuannya memberikan kenyamanan dalam kesederhanaan. Tekstur kenyal dari adonan ikan, rasa gurih kuah kaldu, dan kemudahan menikmatinya menjadikan odeng sebagai makanan yang sulit ditolak.
Selain itu, odeng juga fleksibel untuk dinikmati kapan saja, baik sebagai camilan sore, makan malam ringan, maupun teman setia di tengah malam.
Odeng bukan hanya sekadar makanan, tetapi juga bagian penting dari sejarah dan budaya Korea. Dari adaptasi oden Jepang hingga menjadi street food khas yang mendunia, perjalanan odeng membuktikan bahwa makanan bisa menjadi jembatan antara masa lalu dan masa kini.
Jadi, kapan kamu mau coba odeng lagi? Atau, mungkin kamu tertarik untuk membuatnya sendiri di rumah? Yang jelas, odeng selalu punya cara untuk mencuri hati siapa saja yang mencicipinya.