Rujak juhi adalah salah satu kuliner khas Betawi yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kekayaan kuliner Jakarta. Hidangan ini tidak hanya menawarkan cita rasa yang unik, tetapi juga mencerminkan perpaduan budaya yang telah berlangsung selama berabad-abad di ibu kota Indonesia ini. Mari kita telusuri lebih dalam tentang asal-usul dan keunikan rujak juhi.
Sejarah dan Asal Usul Rujak Juhi
Rujak juhi memiliki sejarah panjang yang erat kaitannya dengan interaksi budaya di Jakarta, yang dahulu dikenal sebagai Batavia. Sejak ratusan tahun lalu, masyarakat Betawi telah berbaur dengan berbagai suku lain. Interaksi ini memperkaya budaya Betawi, termasuk dalam hal kuliner. Salah satu hasil dari perpaduan budaya ini adalah rujak juhi, yang menggunakan juhi atau cumi-cumi yang telah difermentasi dan dikeringkan sebagai bahan utamanya.
Selain juhi, rujak ini juga menggunakan bahan-bahan segar seperti kol, kentang, selada, dan timun, yang menambah kelezatan dan kesegaran hidangan ini.
Keunikan Rasa Rujak Juhi
Rujak juhi memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan rujak lainnya. Jika rujak pada umumnya menggunakan bumbu gula jawa dan cabai, rujak juhi justru menggunakan saus kacang yang segar. Saus ini memberikan cita rasa yang berbeda dan menjadi ciri khas dari rujak juhi. Selain itu, kerupuk mi yang renyah menjadi pelengkap sempurna yang menambah tekstur dan rasa yang memanjakan lidah.
Rujak Juhi dalam Kehidupan Masyarakat Betawi
Rujak juhi telah menjadi bagian penting dari kuliner Betawi dan dinikmati oleh berbagai kalangan. Abdul Chaer, penulis buku Betawi Tempo Doeloe, menyebutkan bahwa rujak adalah salah satu makanan favorit masyarakat Betawi, terutama anak-anak dan remaja. Dalam tradisi Betawi, rujak juga memiliki peran penting dalam acara nuju bulanin, yaitu peringatan kehamilan bulan ketujuh.
Zeffry Alkatiri, penulis buku Pasar Gambir, Komik Cina & Es Shanghai, menjelaskan bahwa rujak juhi sebenarnya berasal dari makanan bernama troktok. Troktok adalah campuran kacang panjang, kentang, juhi, mi, dan kol dengan kuah cuka dan kacang. Kini, rujak juhi telah berkembang dan dijajakan dengan gerobak dan menjadi salah satu kuliner jalanan yang populer di Jakarta.
Rujak Juhi: Simbol Persatuan dan Keragaman
Rujak juhi tidak hanya menjadi simbol kuliner Betawi, tetapi juga mencerminkan persatuan dan keragaman budaya di Jakarta. Hidangan ini dinikmati oleh berbagai suku bangsa yang menunjukkan bahwa kelezatan tidak mengenal batasan etnis. Rujak juhi mampu mempersatukan berbagai kalangan dengan cita rasanya yang khas dan menggugah selera.
Rujak juhi adalah salah satu contoh nyata dari kekayaan kuliner Betawi yang menawarkan kelezatan dan nilai budaya yang mendalam. Sebagai bagian dari warisan kuliner Jakarta, rujak juhi terus menjadi favorit di kalangan masyarakat, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Dengan segala keunikan dan kelezatannya, rujak juhi layak untuk terus dilestarikan dan diperkenalkan kepada dunia sebagai salah satu simbol kekayaan budaya dan kuliner Indonesia.