Kalau kamu penggemar bulutangkis, pasti nggak asing lagi sama nama Taufik Hidayat. Dia adalah salah satu pebulutangkis tunggal putra terbaik yang pernah dimiliki Indonesia.
Taufik mulai berkarier di level internasional sejak 1996 dan terus mengharumkan nama bangsa hingga pensiun pada 2013.
Sejak awal kariernya, Taufik sudah menunjukkan bakat luar biasa. Tahun 1997, dia sukses menyabet medali emas di Kejuaraan Bulutangkis Junior Asia di Manila untuk nomor perorangan, dan medali perak di kategori beregu.
Nggak butuh waktu lama, tahun 1998 Taufik kembali bikin bangga dengan meraih medali perunggu di Kejuaraan Bulutangkis Asia di Bangkok.
Koleksi Medali yang Membanggakan
Karier Taufik makin bersinar di akhir 90-an. Di Asian Games 1998, dia membantu tim Indonesia membawa pulang medali emas dari nomor beregu.
Setahun kemudian, dia meraih dua medali emas di SEA Games 1999 untuk nomor perorangan dan beregu.
Nggak cuma itu, Taufik juga menjuarai Kejuaraan Bulutangkis Asia 2000 di Jakarta. Tahun yang sama, dia membawa tim putra Indonesia menjuarai Piala Thomas di Kuala Lumpur. Gokil banget kan?
Kalau dihitung-hitung, Taufik sudah mengantongi:
- 5 medali emas dari SEA Games
- 3 medali emas dari Kejuaraan Bulutangkis Asia
- 3 medali Asian Games
- 2 kali membawa Indonesia juara Piala Thomas
- 1 medali emas dari Kejuaraan Dunia Bulutangkis
Puncaknya di Olimpiade Athena 2004
Pencapaian terbesar Taufik tentu saja waktu dia berhasil meraih medali emas di Olimpiade 2004 di Athena.
Buat kamu yang belum tahu, prestasi ini bikin Taufik sejajar sama legenda-legenda bulutangkis Indonesia seperti Alan Budi Kusuma, Susy Susanti, Rexy Mainaky/Ricky Subagja, dan Tony Gunawan/Candra Wijaya.
Menjadi juara di Olimpiade itu kayak pencapaian tertinggi buat atlet manapun. Jadi wajar banget kalau nama Taufik selalu disebut sebagai legenda bulutangkis Indonesia.
Tapi… All England Tetap Jadi Mimpi yang Belum Kesampaian
Walaupun prestasinya segunung, ada satu gelar yang belum pernah Taufik raih, yaitu juara All England. Padahal All England itu salah satu turnamen bulutangkis paling bergengsi dan paling tua di dunia.
Waktu debut di All England, Taufik sebenarnya sempat tampil keren banget dan hampir jadi juara, tapi sayangnya harus puas cuma jadi runner-up.
Sejak itu, gelar All England selalu jadi semacam “lubang kecil” di antara deretan prestasinya yang gemilang.
Tetap Jadi Inspirasi Buat Generasi Muda
Walaupun nggak pernah angkat trofi di All England, Taufik tetap jadi inspirasi buat banyak anak muda di Indonesia.
Semangat juangnya, teknik mainnya yang aduhai, sampai dedikasinya buat bulutangkis bikin dia layak banget disebut legenda sejati.
Kamu yang suka bulutangkis, bisa banget belajar dari perjalanan karier Taufik Hidayat. Bukan cuma soal menang atau kalah, tapi gimana kamu tetap konsisten dan kerja keras buat mencapai mimpi besar.