Hayao Miyazaki memang nggak pernah gagal bikin penonton terpesona. Lewat film The Boy and the Heron, sang legenda Studio Ghibli ini kembali dari masa pensiunnya untuk mempersembahkan karya yang sangat personal dan emosional.
Meski kisahnya terkesan rumit, film ini tetap punya daya magis yang khas Miyazaki: imajinatif, mengharukan, dan visualnya luar biasa cantik.
Kisah Anak Lelaki dan Bangau Aneh
Cerita The Boy and the Heron berfokus pada Mahito, seorang anak laki-laki berusia 12 tahun yang baru saja kehilangan ibunya dalam kebakaran rumah sakit saat serangan udara di Tokyo pada tahun 1940-an.
Setelah tragedi itu, Mahito harus pindah ke pedesaan bersama ayahnya yang menikahi adik dari mendiang istrinya.
Di rumah barunya yang luas dan misterius, Mahito mulai mengalami hal-hal aneh, salah satunya adalah kemunculan seekor bangau abu-abu yang bisa bicara dan tampak sangat tertarik padanya.
Bangau itu akhirnya membawa Mahito ke dunia lain yang aneh dan penuh teka-teki. Dunia ini nggak hanya dihuni oleh makhluk-makhluk aneh seperti burung nuri raksasa dan pelikan pemangsa, tapi juga dipenuhi misteri dan tokoh-tokoh penting dari masa lalu Mahito.
Lewat petualangan ini, Mahito secara perlahan belajar menghadapi duka dan merangkai kembali arti keluarga.
Dunia Fantasi yang Penuh Imajinasi
Seperti film Miyazaki lainnya, The Boy and the Heron menawarkan dunia fantasi yang megah dan detail. Namun berbeda dari Spirited Away atau My Neighbour Totoro yang lebih fokus dan tenang, film ini terasa lebih padat dan kompleks.
Banyak karakter, lokasi, dan alur cerita yang berkelindan, kadang membuat penonton merasa sedikit kewalahan.
Meski begitu, visualnya tetap memanjakan mata. Musik dari Joe Hisaishi, yang selalu setia jadi komposer Miyazaki, juga membuat suasana film ini makin menyentuh.
Kombinasi gambar dan musiknya sukses menciptakan pengalaman yang imajinatif dan emosional sekaligus.
Keluarga dan Kehilangan Jadi Inti Cerita
Di balik petualangan ajaibnya, film ini menyimpan pesan yang dalam tentang kehilangan dan keluarga. Mahito, meskipun masih kecil, harus menghadapi rasa kehilangan yang besar.
Tapi dari sanalah dia belajar bahwa meskipun keluarga nggak sempurna dan penuh luka, tetap ada cinta dan harapan yang bisa ditemukan.
Film ini juga disebut sebagai karya paling personal dari Miyazaki, karena terinspirasi dari masa kecilnya sendiri, termasuk ayahnya yang dulu bekerja di pabrik pesawat dan kenangan akan masa perang.
Layak Ditonton Meski Sedikit Rumit
Walau mungkin terasa agak “berat” dibanding karya-karya Miyazaki sebelumnya, The Boy and the Heron tetap wajib kamu tonton kalau kamu penggemar Studio Ghibli atau suka film animasi yang punya makna mendalam.
Ini bukan sekadar film fantasi, tapi juga perjalanan emosional seorang anak yang mencari jawaban, harapan, dan keberanian.
Jadi, siap-siap hanyut dalam dunia ajaib Miyazaki yang satu ini. Jangan lupa siapin tisu juga, ya!