Kamu pernah denger musik yang terdengar “asing” tapi tetap menarik di telinga? Mungkin itu adalah musik mikrotonal.
Jenis musik ini emang belum terlalu umum di kalangan pendengar mainstream, tapi sekali kamu tahu konsep dasarnya, dijamin kamu bakal makin penasaran dan mungkin jadi jatuh cinta sama keunikannya.
Musik mikrotonal tuh ibarat dunia lain dalam musik. Kalau musik pada umumnya dibatasi oleh 12 nada dalam satu oktaf (kayak di piano), musik mikrotonal justru mainin nada-nada yang ada “di antara” nada-nada itu.
Jadi, bayangin aja kamu bisa mainin nada yang lebih halus, lebih tajam, atau lebih lembut dari biasanya. Seru banget, kan?
Apa Itu Musik Mikrotonal?
Musik mikrotonal adalah jenis musik yang menggunakan nada-nada yang lebih kecil dari satu nada setengah (semitone).
Jadi, kalau biasanya dari nada C ke C# itu satu semitone, musik mikrotonal bisa ambil nada di tengah-tengahnya, atau bahkan membaginya jadi beberapa bagian kecil.
Secara teknis, ini berarti musik mikrotonal menggunakan sistem tangga nada yang berbeda dari sistem 12-nada-tempered yang umum di musik Barat.
Tapi jangan khawatir, meski terdengar teknis, konsep ini bisa kamu nikmati secara alami begitu kamu mendengarnya langsung.
Kenapa Musik Mikrotonal Terdengar Unik?
Karena kita udah terbiasa denger musik dengan nada-nada standar, begitu telinga kita menangkap nada yang “nggak biasa”, otak kita langsung ngeh. Rasanya bisa bikin merinding, bingung, tapi juga takjub.
Musik mikrotonal bisa memberi nuansa emosional yang lebih kompleks, mulai dari yang dreamy sampai yang terasa asing dan eksperimental.
Contohnya, dalam beberapa budaya tradisional seperti musik Timur Tengah atau gamelan Jawa dan Bali, penggunaan nada-nada mikrotonal udah jadi hal biasa.
Mereka punya sistem nada sendiri yang sangat berbeda dari sistem musik Barat, dan hasilnya bisa terasa sangat magis.
Siapa Aja yang Mainin Musik Mikrotonal?
Walaupun ini bukan genre yang umum, ada beberapa musisi keren yang mengeksplorasi musik mikrotonal. Misalnya:
- Harry Partch, komposer asal Amerika, menciptakan instrumen sendiri buat bisa mainin musik mikrotonal.
- King Gizzard & The Lizard Wizard, band asal Australia, juga punya beberapa lagu dengan tuning mikrotonal yang khas.
- Di Indonesia sendiri, kamu bisa nemuin rasa mikrotonal di musik tradisional kayak karawitan Jawa, yang pakai sistem nada pelog dan slendro.
Musik mikrotonal juga mulai diadopsi di dunia elektronik dan eksperimental, karena teknologi bikin kita bisa nyetel suara sesuka hati.
Bisa Dinikmati Semua Orang, Nggak Cuma Musisi
Tenang, kamu nggak harus ngerti teori musik buat bisa nikmatin musik mikrotonal. Justru, karena musik ini lebih main di “rasa” dan tekstur suara, pendengar awam pun bisa langsung kebawa suasananya.
Ada yang bilang musik mikrotonal itu kayak mimpi—sedikit kabur tapi indah dan bikin penasaran.
Kalau kamu suka musik ambient, world music, atau genre eksperimental, kemungkinan besar kamu bakal cepat cocok sama mikrotonal.
Coba aja cari di platform musik digital dengan kata kunci “microtonal music” dan siap-siap diajak menjelajah ke dunia suara yang belum pernah kamu bayangin sebelumnya.
Saatnya Buka Telinga Lebar-Lebar
Musik nggak harus selalu tentang melodi yang mudah diingat atau ketukan yang bikin goyang. Kadang, justru musik yang terasa “berbeda” bisa membuka cakrawala baru.
Musik mikrotonal ngajarin kita bahwa dunia nada nggak punya batas—kamu bisa eksplor sejauh imajinasi kamu berjalan.
Jadi, kalau kamu lagi butuh suasana baru, coba deh dengar musik mikrotonal. Siapa tahu, dari yang awalnya cuma penasaran, kamu malah jadi penggemar beratnya!