Pernah nggak sih kamu ngebayangin jatuh cinta pas lagi kuliah di luar negeri? Romantis banget, kan? Nah, film My Oxford Year coba membawa kita ke cerita cinta di tengah suasana akademik kampus legendaris di Inggris.
Tapi sayangnya, ekspektasi kisah romansa ala turis yang manis-manis itu malah berubah jadi drama yang cukup berat di pertengahan film.
Disutradarai oleh Iain Morris (yang pernah nanganin The Inbetweeners), film ini ngangkat cerita Anna de la Vega (diperankan oleh Sofia Carson), seorang mahasiswi pascasarjana asal Amerika yang memutuskan untuk ninggalin kariernya demi ngejar impian kuliah sastra di Oxford.
Cinta di Kampus Oxford: Dari Musuhan Jadi Baperan
Begitu sampai di Oxford, Anna langsung “tabrakan” sama Jamie Davenport (Corey Mylchreest), cowok lokal yang ternyata… dosennya sendiri!
Awalnya hubungan mereka nggak akur, saling sindir dan nyebelin. Tapi ya gitu deh, dari yang benci-benci lucu lama-lama jadi suka.
Mereka sepakat buat ngejalanin hubungan tanpa beban. Tapi ya namanya juga cinta, lama-lama Anna mulai baper, apalagi setelah Jamie ngasih kejutan romantis berupa buku langka puisi.
Walau manis, hubungan mereka diuji saat muncul sosok Cecelia (Poppy Gilbert), cewek yang selalu ada di sekitar Jamie. Anna pun mulai curiga dan galau, apalagi dia juga masih punya tanggung jawab dan karier menggiurkan di Amerika.
Dari Romantis ke Tragis: Pergeseran Nada yang Mengejutkan
Kalau kamu nggak suka spoiler, bisa skip bagian ini. Tapi buat kamu yang penasaran kenapa film ini nggak bisa disebut sekadar kisah cinta manis, jawabannya ada di pertengahan cerita.
Di momen ketika hubungan mereka makin dalam, Anna tahu kalau Jamie sebenarnya menyimpan rahasia besar, dia sakit kanker langka dan waktu hidupnya nggak banyak.
Nah, dari situ suasana film langsung berubah drastis. Bukan lagi soal jatuh cinta dan jalan-jalan di taman, tapi soal menerima kenyataan pahit, kehilangan, dan pilihan hidup yang sulit.
Buat kamu yang nyari film romansa yang ringan, bagian ini mungkin bakal terasa terlalu berat.
Chemistry Minim, Cerita Kurang Greget
Walau Sofia Carson dan Corey Mylchreest tampil cukup charming, sayangnya chemistry mereka kurang “nendang”.
Nggak ada getaran yang bikin kamu ikutan senyum-senyum sendiri kayak waktu nonton Before Sunrise atau Only You. Interaksi mereka terasa datar, apalagi setelah konflik besar muncul.
Beberapa karakter pendukung pun terkesan standar banget, seperti sahabat gay yang cerewet, teman nerd yang nggak sadar dia naksir temannya sendiri, dan cewek supportive yang selalu bilang “kamu pasti bisa.” Klise, ya.
Oxford yang Romantis Tapi Terasa Kosong
Setting Oxford yang megah dan penuh sejarah seharusnya bisa banget jadi nilai plus. Tapi entah kenapa, nuansa kampusnya malah nggak terlalu berasa.
Kehidupan Anna di sana terasa dangkal, padahal banyak banget potensi cerita menarik soal mahasiswa luar negeri, perbedaan budaya, sampai konflik personal yang bisa lebih dalam.
Ada satu bagian yang cukup menarik saat Anna dilema antara harapan ibunya yang pengen dia sukses secara finansial, dan keinginannya sendiri buat ngejar cinta dan sastra. Sayangnya, konflik ini cuma muncul sebentar dan nggak digali lebih lanjut.
Manis di Awal, Melelahkan di Akhir
My Oxford Year mungkin cocok buat kamu yang pengen tontonan ringan-ringan dengan bumbu drama. Tapi kalau kamu mengharapkan kisah romansa luar negeri yang penuh chemistry dan nuansa magis, film ini bakal terasa kurang memuaskan.
Meski ada momen-momen lucu dan suasana Inggris yang indah, perubahan nada cerita dari romantis ke tragis bikin film ini kehilangan pesonanya. Ujung-ujungnya, My Oxford Year terasa seperti promosi studi ke luar negeri dengan cerita cinta yang nanggung.