Kalau ngomongin jajanan tradisional, kue clorot mungkin nggak seterkenal klepon atau kue lapis. Tapi, di Jawa Tengah, kue ini punya tempat tersendiri di hati masyarakat.
Kue clorot bukan cuma enak dimakan, tapi juga menyimpan cerita sejarah dan budaya yang menarik buat kamu tahu. Yuk, kita bahas lebih dalam soal kue unik satu ini!
Apa Itu Kue Clorot?
Kue clorot adalah jajanan manis tradisional yang terbuat dari campuran tepung beras, santan, dan gula merah. Bentuknya unik karena dibungkus pakai daun janur (daun kelapa muda) yang digulung menyerupai corong.
Saat dimakan, teksturnya lembut dengan rasa manis gurih yang bikin nagih. Biasanya, kue ini jadi camilan di pasar tradisional atau suguhan di acara hajatan.
Asal Usul Nama dan Sejarah Kue Clorot
Nama “clorot” sendiri konon berasal dari kata dalam bahasa Jawa yang artinya “meluncur” atau “keluar dengan cepat.” Hal ini menggambarkan cara makannya, di mana adonan kue bisa langsung didorong keluar dari bungkus janurnya.
Kue clorot diyakini sudah ada sejak zaman kerajaan Jawa, saat masyarakat sering membuat jajanan dari bahan-bahan lokal yang mudah didapat.
Karena bentuk dan cara penyajiannya unik, clorot cepat dikenal sebagai salah satu makanan khas Jawa Tengah. Hingga kini, kue ini masih bertahan sebagai warisan kuliner yang terus dilestarikan.
Keunikan dalam Pembungkusnya
Salah satu ciri khas kue clorot adalah bungkusnya. Daun janur digulung membentuk kerucut kecil, lalu diisi adonan setengah matang.
Proses ini butuh keterampilan khusus, karena kalau gulungannya kurang rapat, adonannya bisa bocor saat dikukus. Justru inilah seni dari kue clorot yang bikin berbeda dibanding jajanan tradisional lainnya.
Selain memberi bentuk cantik, janur juga memberikan aroma alami yang bikin rasa kue semakin khas dan wangi.
Variasi Rasa dan Penyajian
Secara tradisional, clorot punya rasa manis gurih yang seimbang. Tapi sekarang, banyak juga kreasi modern yang muncul, misalnya dengan tambahan pandan, cokelat, atau bahkan campuran kelapa parut di dalamnya.
Walau begitu, clorot klasik dengan gula merah tetap jadi favorit banyak orang karena cita rasanya yang otentik.
Biasanya, kue ini disajikan bersama jajanan pasar lain seperti getuk, lupis, atau klepon. Jadi, kalau kamu datang ke pasar tradisional di Jawa Tengah, kemungkinan besar kue clorot bisa kamu temukan dalam satu paket jajanan.
Simbol Budaya dalam Kue Clorot
Kue clorot bukan sekadar camilan, tapi juga punya makna budaya. Di beberapa daerah Jawa Tengah, clorot sering hadir dalam acara adat sebagai simbol kebersamaan.
Bentuknya yang sederhana tapi menarik mencerminkan filosofi hidup masyarakat Jawa: apa adanya tapi tetap indah.
Selain itu, kue ini juga jadi bukti bagaimana masyarakat memanfaatkan bahan alami dari lingkungan sekitar, mulai dari beras, kelapa, sampai janur.
Menjaga Eksistensi Kue Clorot
Di era modern seperti sekarang, nggak bisa dipungkiri jajanan tradisional makin terdesak oleh makanan cepat saji.
Tapi untungnya, banyak komunitas kuliner dan UMKM yang terus melestarikan kue clorot. Bahkan, ada juga festival makanan tradisional yang menampilkan clorot sebagai salah satu andalan.
Kalau kamu pengin bantu melestarikan kuliner ini, cara paling gampang ya dengan sering membeli atau bahkan mencoba bikin sendiri di rumah. Resepnya nggak terlalu ribet, kok. Yang paling menantang biasanya cuma bikin gulungan janurnya.
Sejarah kue clorot dari Jawa Tengah membuktikan kalau jajanan tradisional bukan cuma soal rasa, tapi juga soal budaya dan filosofi hidup.
Dari bentuknya yang unik, rasa manis gurih, sampai makna kebersamaan, clorot layak banget disebut sebagai salah satu kekayaan kuliner Nusantara.
Jadi, kalau kamu nemu kue clorot di pasar atau acara keluarga, jangan ragu buat mencobanya. Siapa tahu, camilan sederhana ini bisa bikin kamu jatuh cinta sama jajanan tradisional Indonesia.