Kalau kamu lagi cari serial sci-fi post-apocalyptic di Netflix, pasti nggak asing sama judul Tribes of Europe.
Serial asal Jerman ini punya konsep yang ambisius: Eropa di tahun 2074 terbagi menjadi banyak suku kecil alias “tribes”, masing-masing punya budaya, aturan, dan konflik sendiri.
Tapi apakah semua hype itu sepadan dengan pengalaman menontonnya? Simak ulasannya dulu sebelum kamu memutuskan nonton.
Cerita Singkat: Tiga Saudara di Dunia Terpecah
Cerita berfokus pada Liv (Henriette Confurius) dan dua saudaranya, Kiano (Emilio Sakraya) dan Elja (David Ali Rashed), dari suku Oringe.
Mereka hidup sederhana, dekat dengan alam, dan menjauh dari teknologi modern, sampai suatu insiden besar membuat mereka terpisah di tengah peperangan antar suku.
Salah satu momen penting adalah ketika Elja menemukan kubus misterius dari reruntuhan pesawat. Kubus ini ternyata punya kekuatan yang bisa menentukan masa depan mereka.
Sementara itu, suku mereka diserang oleh The Crows, pasukan bersenjata canggih yang mengincar kubus tersebut. Liv, Kiano, dan Elja pun bertekad bersatu kembali, menghadapi konflik dan bahaya di dunia yang hancur akibat peristiwa Black December.
Kelebihan Tribes of Europa
Serial ini memiliki beberapa keunggulan yang bikin penasaran:
- Konsep Dunia yang Segar
Dunia pasca-apokaliptik yang terbagi menjadi suku-suku unik terasa berbeda dari kebanyakan serial serupa. Setiap suku punya aturan, tradisi, dan estetika visual yang khas, membuat dunia Tribes of Europe kaya detail dan penuh potensi eksplorasi.
- Karakter Utama yang Mudah Dihubungkan
Ketiga saudara ini punya chemistry alami, membuat penonton bisa merasakan perjuangan mereka dalam mencari satu sama lain. Konflik emosional mereka terasa realistis dan membuat serial lebih menyentuh daripada sekadar aksi.
- Visual dan Latar yang Menarik
Desain suku, kostum, dan latar kota yang hancur terlihat apik. Sinematografi memaksimalkan atmosfer post-apokaliptik, memberi nuansa berbeda dari serial lain yang fokus pada kekacauan dan pertarungan semata.
Kekurangan yang Bikin Pusing
Namun, ada beberapa hal yang mungkin bikin penonton kewalahan:
- Cerita yang Rumit
Dengan banyak suku, karakter, dan subplot, kamu harus ekstra fokus. Kalau nggak, bisa cepat bingung siapa musuh siapa teman.
- Tempo Lambat di Awal
Episode pertama penuh eksposisi. Membangun dunia memang penting, tapi bagi penonton yang ingin aksi cepat, awalnya terasa lambat.
- Plot Terlalu Ambisius
Konsep besar kadang tidak seimbang dengan eksekusi. Beberapa subplot kurang menonjol sehingga konflik utama terasa kurang menggigit dan kadang meninggalkan pertanyaan yang belum terjawab.
Mirip Serial Lain tapi Tetap Unik
Kalau kamu pernah nonton serial seperti Brave New World atau serial post-apocalyptic lain, konsepnya agak mirip: masyarakat terpecah, teknologi jadi sumber konflik, dan manusia harus bertahan hidup.
Bedanya, Tribes of Europe menambahkan politik antar suku dan misteri kubus yang memberi twist sci-fi unik.
Nonton atau Lewat Saja?
Kalau kamu suka cerita post-apocalyptic yang simpel dan fokus, Tribes of Europe mungkin terasa terlalu rumit dan lambat di awal.
Tapi kalau kamu menikmati dunia futuristik kaya detail, konflik antar suku, dan karakter saudara yang ingin bersatu, serial ini layak dicoba.
Intinya, serial ini punya ide keren dan dunia yang menarik, tapi eksekusi cerita kadang menuntut perhatian ekstra.
Kalau kamu tipe penonton yang suka menikmati visual dan konsep unik, bisa dicoba. Tapi kalau pengin cerita cepat dan straightforward, mungkin ini serial yang bisa dilewatkan.
💡 Tip buat kamu: Tonton satu atau dua episode pertama dengan santai dulu, lihat apakah kamu bisa mengikuti alur dunia kompleks ini sebelum memutuskan lanjut atau skip.