HALUAN.CO – Pandemi COVID-19 telah memicu akselerasi yang tak tertandingi dalam transformasi digital, dan menggarisbawahi peran pusat data yang tak ternilai dalam menghadapi krisis global. Pada saat yang sama, terdapat peningkatan kesadaran akan urgensi untuk mengatasi perubahan iklim dan mengurangi karbonisasi ekonomi hari ini.
Asia Tenggara adalah pasar utama untuk pengembangan pusat data. Singapura, khususnya, terus mendorong pertumbuhannya. Tetapi, Singapura perlu mengatasi beberapa tantangan jika ingin tetap menjadi pasar yang kompetitif dan berkelanjutan untuk pusat data.
Asia Tenggara digadang bakal menjadi kawasan dengan pertumbuhan tercepat pada bidang data center. Hal itu mengacu pada hasil laporan penelitian terbaru dari Digital Realty dan Eco-Business, yang dirilis pada 23 Oktober 2020.
Digital Realty sebagai penyedia solusi data center, colocation, dan interkoneksi global terkemuka yang netral carrier dan cloud, bersama dengan platform media berkelanjutan Asia Pasifik yakni Eco-Business, mempublikasikan hasil temuan mereka dalam laporan bertajuk The Future of Data Centers in the Face of Climate Change.
“Asia Tenggara telah muncul sebagai kawasan yang paling banyak diburu, dengan Singapura menguasai sekitar 60 persen dari total pasokan data center di kawasan tersebut,” urai Mark Smith, Managing Director Asia Pacific dari Digital Realty, dalam keterangannya.
“Di luar Singapura, Indonesia memiliki daya tarik sebagai destinasi investasi data center di kawasan tersebut karena besarnya pasar domestik yang melek teknologi. Indonesia juga menawarkan potensi yang sangat besar untuk menjadi produsen utama energi terbarukan yang menegaskan kemunculannya sebagai hub data center berkelanjutan,” imbuhnya.
Menurut laporan penelitian itu, sekitar 89 persen pakar yang disurvei di kawasan Asia Tenggara memperkirakan penggunaan data center bakal tumbuh secara signifikan dalam lima tahun ke depan.
Dalam beberapa tahun terakhir saja, kawasan Asia Tenggara—dipimpin oleh Singapura—mengalami pertumbuhan data yang eksponensial. Berbagai perusahaan melakukan ekspansi secara cepat di kawasan ini, sehingga mendorong permintaan terhadap infrastruktur IT yang begitu kuat.
Dalam survei yang dilakukan terhadap lebih dari 200 orang pakar di Singapura, Malaysia dan Indonesia sejak Mei hingga Juli 2020, 96 persen responden mengindikasikan bahwa COVID-19 semakin meningkatkan kebutuhan terhadap data dan menegaskan pentingnya teknologi digital serta data center.
Temuan-temuan itu sejalan dengan Data Gravity Index, penelitian yang dipublikasikan baru-baru ini yang mengukur, mengkuantifikasi, dan menentukan implikasi dari ledakan data di perusahaan-perusahaan.
Data Gravity atau gravitasi data (efek gaya tarik dari kumpulan data besar atau aplikasi / layanan sangat aktif terhadap kumpulan data atau layanan / aplikasi sangat aktif lain, seperti halnya gravitasi yang menarik planet-planet atau bintang-bintang) diperkirakan bakal meningkat lebih dari dua kali lipat setiap tahun dari tahun 2020 hingga 2024.
Asia Pasifik diperkirakan bakal menghasilkan pertumbuhan tercepat dalam intensitas data gravity di antara seluruh kawasan di dunia. Selain itu, Singapura diperkirakan akan menjadi pasar dengan pertumbuhan tercepat di antara 21 wilayah metropolitan yang dianalisa.
Lebih lanjut lagi menurut penelitian Digital Realty dan Eco-Business, responden menyoroti kurangnya kesadaran menjaga lingkungan (71%), kurangnya investasi (65%) dan kurangnya kerja sama dari pemangku kepentingan (61%) sebagai tantangan utama dalam upaya membuat data center yang lebih berkesinambungan.