in

Kisah Hijrah Legendaris Musisi Metal Irfan Sembiring Sebelum Meninggal

Rotor, 1992 Irfan Sembiring (vokal/gitar), Bakar Bufthaim (dram), dan Judapran (bass) Foto: Shutterstock

Musisi Irfan Sembiring yang dikenal sebagai legendaris musisi metal meninggal dunia pada Selasa (16/2/2021). Ia dikenal menghabiskan sisa hidupnya dengan mendalami ilmu agama.

Irfan sendiri menolak disebut telah hijrah. Gitaris band Rotor ini lebih menyukai dianggap masih belajar hijrah. Hal tersebut ceritakannya saat berbincang di kanal YouTube Kana Musik yang diunggah pada 16 Agustus 2020.

Sebagai pembuka, Irfan lebih dulu ditanya kapan ia pertama kali dapat hidayah untuk hijrah. Tak disangka, ia mengatakan bahwa ia ingat Tuhan saat bertemu band cadas Metallica. Ketika itu, Rotor didapuk jadi band pembuka Metallica di Lebak Bulus, Jakarta pada 1993.

“Hidayah awal itu waktu main sama Metallica karena waktu itu kita di backstage kita bareng sama Metallica. Kita makan malam dan siang itu satu ruangan dan satu meja sama Metallica, tapi ambil sendiri karena prasmanan. Nah, selama di belakang panggung, selain nyiapin buat Rotor, gue juga belajar karena gue seneng belajar,” kisah Irfan.

Saat di belakang panggung, kata Irfan, ia terus mengamati setiap persiapan dan gerak-gerik kru dan personel Metallica. Saat itulah, ia menemukan sesuatu yang dianggap salah.

“Gue pengin belajar, gimana caranya band superstar menyiapkan konser. Gue perhatiin satu-satu, krunya gue perhatiin, terutama Metallica, tapi gua nggak mau ceritain apa yang mereka lakukan karena itu aib,” ungkapnya.

“Jadi ketika di belakang panggung gua lihat, ‘wah nggak asyik kalau kayak gini.’ Ada sisi baik yang Allah letakkan di hati gue. Jadi gue berpikir, kalau gue terus berkarier dalam musik dan jadi superstar seperti mereka, gue akan bertingkah laku seperti mereka. Kalau lu ikutin seseorang, lu akan jadi seperti dia,” lanjut Irfan.

Sejak itulah, Irfan mulai dilanda galau. Dia mulai khawatir bakal terjerumus ke dalam kehidupan yang tidak sesuai dengan hati nuraninya.

“Kalau gue berjuang terus nanti akan tur dunia juga seperti mereka walaupun mungkin nggak sebesar mereka. Dalam hati gue udah galau itu. Gue udah salah jalan, tapi gue juga nggak tahu mana jalan yang benar,” timpal Irfan.

Hidayah kedua Irfan Sembiring temukan yakni ketika ia memperhatikan perilaku penonton. Tak bermaksud merendahkan, Irfan merasa bahwa tidak ada satupun penonton yang sepenuhnya memberi support untuk bandnya.

“Hidayah kedua adalah ketika gue manggung. Gua kan frontman, gue ada di posisi tengah. Lampu sorot ke penonton itu terang banget. Gue nontonin penonton, mereka teriakin (mengelukan) Rotor, tapi nggak ada satupun yang pakai kaus Rotor,” ujar Irfan.

“Gue bukan mengecilkan penonton, tapi dalam hati gua aja nih, ternyata gua nggak bisa mendapatkan fans yang sejati dalam dunia musik. Mereka senang Rotor, tapi mereka juga senang dengan band lain. Jadi gue pikir, ini salah nih,” katanya.

Meski begitu, Irfan Sembiring juga tak pernah mau jika dia disebut telah berhijrah. Ia mengganggap dirinya masih jauh dari kata itu.

“Sebenarnya gue nih belum hijrah, kalau udah hijrah sih diwawancarai begini gue nggak mau. Hahahaha,” paparnya.

Menurut Irfan, sebelum hijrah kita harus tobat dulu. Tobat terdiri empat tahap yakni menyesali kesalahan, tidak mengulanginya lagi, menggantinya dengan perbuatan baik, mengajak orang lain untuk meninggalkan maksiat yang sama.

“Kalau empat tahap itu dilewatin dan lu udah Istiqamah selama bertahun-tahun dan sudah terbukti, maka itu baru bisa dibilang hijrah,” jelasnya.

Irfan Sembiring sendiri menganggap dirinya masih dalam tahap bertaubat yang dirasa masih jauh dari kata hijrah.

“Sekarang gue baru belajar bertobat. Belajar menangisi kesalahan di masa lalu,” kata Irfan Sembiring.