in ,

Ahli: Minum Obat Jangka Panjang Tak Picu Gagal Ginjal

Ilustrasi minum obat. Foto: Pexels

Banyak yang menganggap bahwa mengonsumsi obat-obatan jangka panjang untuk mengontrol penyakit, bisa memicu terjadinya penyakit ginjal. Hal itu menyebabkan banyak orang enggan meminum obat.

Namun, persepsi tersebut dibantah oleh ahli. Ada dua pemicu ginjal yang paling umum terjadi di Indonesia yakni hipertensi dan diabetes.

Ketua Umum Perhimpunan Nefrologi Indonesia, dr.Aida Lydia, PhD mengatakan, banyak persepsi di masyarakat yang salah tentang dua penyakit yang menyebabkan gagal ginjal, yaitu hipertensi dan diabetes. Salah satu penanganan penyakit tersebut adalah dengan konsumsi obat teratur di samping melakukan diet.

“Tujuannya adalah agar gula darah dan tekanan darah terkontrol sepanjang waktu, dengan demikian mencegah komplikasi ke organ lain, termasuk ginjal,” jelas Aida dalam webinar memperingati Hari Ginjal Sedunia 2021 yang diselenggarakan World Kidney Day bertajuk ‘Living Well with Kidney Disease’, Rabu (10/3/2021).

Hanya saja, timpal Aida, masih banyak orang menganggap bahwa tekanan darah dan gula darah tak perlu diperiksa secara berkala dan minum obat terus-menerus dapat merusak ginjal, sebab mengandung bahan kimia.

“Itu semua persepsi yang salah dan harus diluruskan,” ujar Aida.

Aida menjelaskan, persepsi yang betul adalah obat hipertensi dan diabetes tidak akan merusak ginjal. Namun, penyakit itu sendiri yang memicunya, bukan obatnya.

Hipertensi dan diabetes merupakan penyakit yang harus selalu dikontrol. Selain dengan pola hidup sehat dan menjaga diet, pasien juga mesti minum obat jika diperlukan.

“Obat-obatan hipertensi dan diabetes yang diberikan oleh dokter itu dipastikan aman,” lanjut Aida.

Solusi tersebut juga berlaku untuk obat-obatan lain. Dokter akan memberikan dosis yang tepat untuk setiap kebutuhan dan sudah dipertimbangkan manfaat dan risiko dari obat tersebut.

Aida menegaskan, walaupun ada obat yang bisa merusak ginjal, namun tidak semua obat demikian. Contohnya, obat penghilang nyeri. Jika mengonsumsi obat tersebut terus-menerus tanpa ada resep dari dokter, maka dapat memicu gangguan ginjal.

Pemicu gangguan ginjal lainnya adalah penyakit obesitas, ginjal diabetik, glomerulonefritis, obstruksi Infeksi, ginjal polikistik, nefropati urat, dan lainnya.

“Maka dari itu, edukasi mengenai faktor risiko penyakit ginjal dan bagaimana mencegah dan mengobatinya sangat penting untuk disosialisasikan secara luas,” ungkap Aida.

Upaya pencegahan dan deteksi dini penyakit ginjal dianggap menjadi amat penting untuk digalakkan.

“Bagaimana pun melakukan pencegahan lebih baik daripada mengobati. Diagnosis dini mengendalikan faktor risiko PGK seperti hipertensi, diabetes dan lainnya memegang peranan penting untuk mencegah kerusakan ginjal dan menjaga kualitas hidup,” tegasnya.